Love is composed of a single soul inhabiting two bodies.
(Aristitle)
Drrtttt ... Drrrrtttt ...
"Haahhh?!" pekikku dengan suara serak khas bangun tidur, belum sadar sepenuhnya. Jiwaku masih sibuk berkelana di dunia mimpi.
"Amel, ini Rara! Kamu udah bangun belum sih?"
Tentu saja aku sudah bangun. Memangnya siapa yang mengangkat telepon kalau bukan aku? Lagi pula, diteriaki dengan suara kencang seperi itu, aku jadi sadar seratus persen dari tidur panjangku.
"Iya iya, Ra. Aku udah bangun. Ngapain sih pagi-pagi begini telepon? Aku masih ngantuk banget nih!" protesku yang masih dengan suara serak. Aku baru tidur jam dua pagi karena terlalu memikirkan kabar Regard yang tak tahu rimbanya. Kalau dipikir-pikir lagi, aku kurang kerjaan banget mikirin orang yang belum tentu mikirin aku juga. Huhh...
Memang setelah pagi itu, aku sama sekali tidak mendengar kabarnya. Tidak ada lagi kejutan pagi di meja makan. Tidak ada lagi percakapan-percakapan ringan di dalam mobil. Tidak ada lagi yang akan membuat jantungku berdetak sedemikian hebatnya hanya dengan melihat seulas senyum manis sekaligus menawan itu.
Jika menuruti hati, aku ingin sekali menghubunginya duluan. Menanyakan bagaimana kabarnya. Bagaimana hari-hari yang ia lalui. Apakah ia sempat memikirkanku meski beberapa detik saja. Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang ingin aku utarakan. Namun untuk sekedar menyapanya saja aku tidak bisa karena aku baru sadar, kalau aku sama sekali tidak mengetahui apa pun tentang tunanganku itu, kecuali nama lengkapnya. Menyedihkan sekali.
Ah, rasanya sangat tidak nyaman. Membuatku uring-uringan di dalam kamar. Malas untuk melakukan apapun. Ingin melampiaskan rasa ini tapi tidak tahu bagaimana. Sepertinya bagi Regard, aku bukanlah prioritasnya sehingga tidak mengharuskan dirinya untuk setidaknya memberikan kabar padaku. Apalagi sebelumnya dia sudah mencari informasi mengenai diriku. Bukan lagi masalah yang sulit untuknya mendapatkan nomer teleponku.
"Mel, temani aku sarapan ya! Sekalian ada pengumuman penting yang mau aku kasih tahu," ucap Rara yang tidak memedulikan protesku dan berhasil menyadarkan aku dari lamunan tentang Regard.
Dahiku mengernyit bingung. Tumben Rara semangat banget. Padahal aku sendiri masih ingin meringkuk kembali di dalam selimut.
Aku menghela napas. "Iya, tapi aku mandi dulu ya ...."
"Oke, tapi nggak pake lama. Lima menit lagi aku bakal jemput kamu."
"Iyaa."
Aku meletakkan ponselku lalu bangun dari ranjang, menggeliat sebentar. Kemudian melepas baju tidur dan berjalan ke kamar mandi.
Setelah semuanya selesai, aku duduk di depan meja rias. Bersiap untuk mempercantik wajah.
Drrrtttt ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe You [TAMAT]
RomanceDia muncul dalam mimpiku hari ini. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Cara bicara, suara, tindakan, gerak-gerik, dan aromanya. Semua terasa nyata. Tapi sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak bisa mengingat wajahnya. Justru makin lama wajahnya...