Chapter 7

112 84 108
                                    

Bahagia rasanya saat mengetahui bahwa kamulah jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku. Seperti pelangi yang muncul setelah hujan reda.

-Amel-

Hari yang ditunggu-tunggu oleh mama dan anggota keluarga Gio akhirnya tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang ditunggu-tunggu oleh mama dan anggota keluarga Gio akhirnya tiba. Seharian ini aku dipaksa oleh mama untuk pergi ke salon. Entah motif apa yang mama miliki tapi yang pasti paksaannya itu secara tidak langsung membuatku mengalami perubahan di beberapa bagian seperti halnya kondisi kulitku yang rasanya lebih cerah dan lembut dibandingkan sebelumnya meskipun aku benar-benar tersiksa tadi.

Acara hari ini akan berlangsung pada malam hari. Mama dan tante Sarah sepakat untuk menggunakan tema garden party untuk acara ini yang nantinya hanya dihadiri oleh keluarga besar Gio dan orang-orang terdekat salah satunya Rara, sahabatku.

Berbicara soal Rara, aku sampai lupa untuk menceritakan pertemuanku dengan Regard yang telah dengan suksesnya menawan hatiku. Dan mengingat Regard membuatku merasa sedih, kecewa, marah pada diri sendiri dan semesta yang memisahkan kita bahkan sebelum aku memulai apa pun. Uhh, rasanya sakit sekaligus perih saat kenyataan menamparku. Beberapa jam ke depan aku akan bertunangan dengan laki-laki yang bernama Gio sementara hatiku telah jatuh pada orang lain. Bukan salahku jika akhirnya seperti ini.

Malam menjelang bersamaan dengan suara hiruk pikuk para tamu yang memenuhi taman belakang rumahku. Meskipun begitu aku masih malas untuk turun dan berbaur bersama dengan yang lain. Aku lebih memilih duduk diam di balkon kamar yang menghadap ke arah taman sembari menunggu kedatangan Rara yang sebelumnya telah aku wanti-wanti untuk mendatangiku di kamar terlebih dahulu.

Ketukan pintu yang lumayan kencang berhasil tertangkap oleh indera pendengaranku membuatku bangkit untuk membuka pintu dan mencari tahu siapa yang mengetuk pintu kamarku dengan penuh kesopanan itu.

"Amellll ...," pekik Rara saat melihatku setelah pintu kamarku terbuka sempurna.

"Apaan sih teriak-teriak gitu?!" gerutuku yang kemudian menyuruh Rara untuk segera masuk ke dalam kamar.

"Ih cantik banget sih, astagaaa!" seru Rara sembari menatapku dengan pandangan kagum yang membuatku sedikit risih.

"Ck, biasa aja. Udah abaikan, sekarang ini aku lagi mikir buat kabur tahu nggak?!" ucapku yang membuat Rara melotot padaku.

"What, gila ya kamu Mel. Jangan bikin masalah deh, inget umur. Kasihan tante Mira," serang Rara yang entah memang takut aku nekat kabur atau gimana, dia langsung menggenggam pergelangan tanganku erat dan membawaku keluar kamar menuju tempat acara.

Sesampainya di sana suasana ramai langsung memenuhi kepalaku. Aku melangkah perlahan dengan Rara yang setia mendampingiku hingga acara berakhir. 

Jika mengikuti susunan acara yang telah dibuat sebelumnya entah oleh siapa seharusnya sekarang aku sedang berhadapan dengan calon tunanganku itu dan saling memakaikan cincin di jari pasangan, namun yang terjadi kini berbanding terbalik. Acara memang masih berlangsung hanya saja sampai detik ini aku masih belum melihat sosok calon tunanganku itu. Dan saat aku hendak bertanya pada mama mengenai hal itu, Rara langsung memberitahukanku bahwa calon tunanganku akan sedikit terlambat datang dikarenakan suatu alasan menyangkut pekerjaannya. Oke fix, padahal aku sempat berpikir bahwa pertunangan ini tidak akan terjadi alias gagal.

Believe You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang