Kamu menyebutnya sebagai takdir.
Sedang aku menyebutnya kebetulan.
Kebetulan kita berjumpa.
Kebetulan kita sempat menyapa disela-sela kecanggungan.
Kebetulan semesta seakan merestui.
-Amel-
Setelah malam itu, suasana rumah terasa berbeda. Beberapa dekorasi yang entah siapa yang menjadi otak di balik itu semua membuat kepalaku pening saat melihatnya keesokan paginya. Selain itu, keberadaan tante Sarah di pagi hari dengan wajah yang menampilkan raut bahagia sekaligus semangat itu mau tidak mau membuatku menghela napas panjang. Ditambah dengan kemunculan mama yang entah dari mana semakin menambah daftar ketidak nyamananku untuk tinggal di rumah.
Kembali melangkah memasuki kamar, aku mengganti pakaian untuk keluar rumah. Mungkin berjalan-jalan di pinggir pantai dan menyaksikan hiruk pikuk di sore hari dapat memperbaiki moodku yang telah jatuh hingga ke dasar.
"Bodo amat deh sama Mama dan tante Sarah!" sungutku tak mau ambil pusing--yang tengah berdiri di depan cermin besar dan meneliti penampilanku kembali.
Aku bergegas keluar menghampiri mama untuk pamit sebelum akhirnya meninggalkan rumah beserta penghuninya dengan urusan pertunangan gila itu.
Dengan menaiki sebuah taksi online yang aku pesan sebelumnya, aku menghela napas lega tatkala telah berhasil kabur dari keadaan yang tidak membuatku nyaman. Kendaraan roda empat itu melaju sedang menuju tempat yang aku inginkan, pantai.
Tidak butuh waktu lama untuk aku sampai di sana. Jarak rumah ke pantai sebenarnya tidaklah begitu jauh akan tetapi karena kepergianku di siang hari di mana matahari sedang berada tepat di atas kepala membuat sinarnya terasa sangat menusuk dan membuatku sakit kepala, aku memutuskan untuk menggunakan kendaraan.
Rencana untuk berjalan-jalan di pinggir pantai yang sebelumnya tercetus begitu saja terpaksa harus aku tunda hingga sore menjelang. Kini aku tengah duduk manis bersama segelas es kelapa muda dan sepiring pisang keju di sebuah warung yang berada dekat dengan pantai. Sembari menunggu sore, aku menyibukkan diri dengan membuka media sosial khususnya instagram. Hingga panggilan masuk dari Rara tampak di layar ponselku.
"Ya Ra ...," jawabku yang kemudian menyeruput sedikit es kelapa muda yang terlihat sangat menggiurkan di tengah teriknya siang ini.
"Lagi di mana?" tanya Rara yang sepertinya mendengar suara berisik yang ditimbulkan oleh sekitarku.
"Pantai, kenapa?" jawabku.
"Hah ... gila ya, siang-siang gini ke pantai?!" seru Rara tak habis.
"Nggak kok masih waras," jawabku acuh.
"Ahh ... terserah deh. Aku cuma mau memastikan aja kalo info yang aku dapetin barusan bener atau nggak," ucap Rara yang kembali pada tujuannya semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe You [TAMAT]
DragosteDia muncul dalam mimpiku hari ini. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Cara bicara, suara, tindakan, gerak-gerik, dan aromanya. Semua terasa nyata. Tapi sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak bisa mengingat wajahnya. Justru makin lama wajahnya...