******
Its funny how we fall in love with the most unexpected person at the most unexpected time.
-Amel-
September 2017
Seiring berjalannya waktu, ada beberapa kejadian yang pada akhirnya membuatku menyadari arti dari hidup itu sendiri. Hari-hari yang telah berlalu mengajarkanku pada sebuah pertemuan dan perpisahan. Bahkan di setiap gang dan persimpangan jalan yang selama ini aku lewati mengarahkanku pada kejadian yang tanpa disadari akan mengubah hidupku kelak.
Seperti halnya yang aku alami hari ini. Entah bagaimana, tiba-tiba saja mama menelponku dan memaksaku untuk pulang ke rumah sekarang juga. Yang benar saja, ini awal libur panjangku setelah hari-hari terberat di semester awal perkuliahan and finally, I'm free now. Aku sudah membuat rencana untuk menghabiskan hari libur hanya dengan tidur di kamar kesayanganku. Lalu sekarang, rencana itu berantakan bahkan sebelum aku memulainya. Damn.
Ah benar, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Recristal Amelia Putri. Mereka sering memanggilku Amel. Aku merupakan salah satu anak rantau yang tengah menimba ilmu di kota Surabaya ini.
Seperti yang aku jelaskan tadi, aku hanyalah anak rantau yang pergi meninggalkan rumah dan keluarga dengan alasan ingin mandiri. Yah, sebenarnya itu hanyalah salah satu alasan yang paling masuk akal dan jelas akan diterima oleh mama saat aku mengajukan diri untuk meninggalkan rumah sementara waktu setelah hari kelulusanku.
Di sinilah aku sekarang, tinggal di sebuah rumah yang sebelumnya telah aku sewa untuk 1 tahun ke depan. Jika kalian bertanya, mengapa aku tidak tinggal di kost-kostan? Jawabannya adalah karena aku menginginkan suasana yang mampu membuatku nyaman.
Dan definisi nyaman menurutku adalah saat aku bisa mendapatkan waktu sendiri kapan pun tanpa harus memusingkan kericuhan tetangga kost sebelah dan hal semacamnya serta aku tidak harus terus menerus berkubang dengan kepingan kenangan yang menyiksa.
Saat ini aku tengah mengambil program studi bahasa dan sastra di salah satu Universitas Negeri terbaik di Surabaya. Banyak pertimbangan yang membuatku berakhir mengambil jurusan tersebut. Salah satu dari sekian banyak hal yang menjadi tujuanku adalah impianku saat aku masih kecil.
Aku teringat kembali akan kenanganku bersama papa yang tengah bercanda ria di atas tempat tidur. Entah aturan dari mana, papa selalu menemaniku bermain dan mengobrol hingga larut malam di atas tempat tidur hingga akhirnya aku terlelap. Aku bahkan masih ingat perkataanku dulu saat mengatakan pada papa bahwa aku ingin menjadi seorang penulis dongeng. Sedangkan papa hanya tersenyum lembut sembari mengusap kepalaku dengan penuh kasih sayang sebagai jawaban. Tatapan matanya saat itu seakan memancarkan kepercayaan bahwa aku akan berhasil dengan mimpiku.
Hari menjelang tengah malam tidak lantas membuatku beranjak dari sofa panjang berwarna merah maroon itu menuju ranjang queen size yang saat ini mungkin tengah menungguku untuk segera ditiduri. Setelah mengakhiri panggilan dari mama setengah jam yang lalu, rasanya aku sudah kehilangan minat untuk melakukan apa pun. Aku hanya memandang kosong dinding yang menjulang di depanku yang saat ini bertengger sebuah jam, menunjukkan pukul sebelas lewat lima menit. Uhh ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe You [TAMAT]
Roman d'amourDia muncul dalam mimpiku hari ini. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Cara bicara, suara, tindakan, gerak-gerik, dan aromanya. Semua terasa nyata. Tapi sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak bisa mengingat wajahnya. Justru makin lama wajahnya...