3. Jatuh Dari Tangga

8.6K 848 17
                                    

"Mbak Laras! Bunga untuk bagian tengah kurang!"

Laras yang berada di atas tangga besi lipat menoleh lalu tangannya mengarah ke tempat bunga yang ia taruh tadi.

"Noh!"

Setelah itu Laras kembali fokus ke sudut langit-langit ruangan untuk memasang dekorasi. Walau Laras adalah bos dan sering menyuruh ini itu, protes sana sini, tapi ia akan terjun langsung untuk membantu karyawannya.

Kemudian, ia pun turun setelah selesai. Perlahan kakinya menjejak undakan tangga. Hingga undakan ketiga, ia salah pijak dan langsung terjun ke lantai. Tangga ikut jatuh menimpa tubuh kurusnya.

Semua karyawan menghampiri Laras, memindahkan tangga dari tubuh Laras. Saat dua di antara mereka hendak membantu Laras berdiri, Laras menjerit sakit. Merasa aneh pada lutut sebelah kirinya.

"Astaga! Mbak! Lututnya pindah tempat!" jerit Kamel melihat lutut Laras secara langsung karena Laras memakai rok di atas lutut.

"Apa?!" Laras semakin menjerit. Apalagi saat merasakan lututnya ngilu. Matanya pun menatap lututnya dan ia tidak bisa menahan air matanya lagi.

Dito segera menggendong Laras sementara Kamel menyiapkan mobil.

Laras mengklaim jika hari ini adalah hari tersial baginya.

Yang dilakukan Laras hanya menangis kesakitan. Sungguh, lututnya ngilu! Laras takut jika lututnya tidak akan kembali ke tempat semula.

Sesampainya di rumah sakit ia dibopong ke IGD. Karena harus ditangani dengan cepat.

"Aduh! Ini bakal dioperasi, Sus?! Lutut saya bakal balik ke tempatnya, kan?!"

"Hadeh! Cukup mantan yang gak balik, lutut saya jangan Tuhan!" Suster menahan gelak tawa mendengar ratapan yang begitu memilukan dari pasiennya tersebut.

"Kenapa Sus?" Seketika Laras berhenti menangis saat melihat Malvin berdiri di dekat suster satunya.

Mata sipit Malvin membulat sejenak melihat pasiennya ternyata Laras.

"Kenapa?" Laras tertegun sejenak mendengar Malvin yang tidak seperti biasanya. Terdengar begitu ramah dan lembut.

Gara-gara kehabisan maskara waterproof miliknya, ia menggunakan maskara biasa pemberian salah satu temannya. Jadilah maskaranya luntur karena air matanya. Di sekitar sudut matanya menghitam.

"Ini Dokter, lututnya." Suster yang menjawab. Malvin pun melihat lutut kiri Laras, hendak menyentuhnya tapi Laras menahan tangan.

"Sakit," cicit Laras mencebikkan bibirnya menahan tangis. Mencoba untuk tegar sembari melepas tangan Malvin karena mendapat pelototan. Harusnya Laras tidak lupa siapa Malvin. Pria kaku nan dingin. Pasti tadi bersikap ramah dan lembut karena menghadapi Laras sebagai pasien. Pikir Laras.

"Gak bakal dioperasi, kan?" tanya Laras takut-takut. Kemudian menggigit bibir bawahnya untuk meredam rasa sakit saat Malvin menyentuh lututnya.

Laras hanya mampu memejamkan matanya mencoba mengalihkan rasa sakit di lututnya. Namun, tiba-tiba ia malah mengingat rasa sakit di tinggal nikah mantan. Sungguh  sakit di lututnya berkali-kali lipat terasa sakit di sertai ngilu.

Saat mendengar Malvin bicara pada Suster, meminta sesuatu yang Laras tidak mengerti karena mungkin bahasa dalam dunia medis, ia membuka matanya dan melihat Malvin yang ingin menyentuh lututnya lagi.

"Eh?! Aku gak di bius, Kak?! Please, bius aku.. bener-bener aku gak tahan... sakit banget ini!" rengek Laras kembali menangis layaknya anak kecil yang tidak dituruti maunya.

Dua Suster yang berada di dekat mereka saling pandang saat mendengar Laras memanggil Malvin 'Kak'. Mereka pun berspekulasi jika Malvin dan pasien mereka saling kenal.

Love Makes SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang