39. Terluka Lagi

9K 685 13
                                    

Laras mengulum senyum saat membuka kotak bekal berisi ayam tahu cabai buatan Andra. Ia menatap Andra yang sekarang sibuk berkutat di dapurnya menyiapkan alat makan. Kemudian pria itu pun menyiapkan nasi dan lauknya. Andra juga membuatkan sup untuk Laras.

Diperlakukan seperti ini tentunya membuat Laras berbunga-bunga. Padahal Andra tidak tau memasak, tapi demi dirinya Andra belajar memasak.

Bibir Laras terkulum agar tidak tertawa karena melihat Andra yang tegang layaknya konsestan koki saat masakannya ingin dinilai.

"Gimana? Enak?" tanya Andra saat satu suapan masuk ke dalam mulut Laras.

Laras masih mengunyah. Sebenarnya ada yang kurang, tapi ia menghargai kerja keras Andra.

"Enak." Laras bisa melihat Andra tersenyum lega.

"Enak banget? Atau lumayan?" tanya Andra lagi.

"Engh... lumayan," jawab Laras pelan. Andra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lain kali pasti enak banget," ujar Andra membuat Laras tertawa. Andra sedikit terpengarah, akhirnya ia bisa melihat tawa Laras. Tawa renyah yang menjadi favoritnya.

"Aku tunggu," ujar Laras lalu kembali melanjutkan makannya.

"Enggak mau coba masakan sendiri?" tanya Laras. Andra membuka mulutnya membuat Laras bingung.

"Suapin." Laras yang malu, padahal Andra yang meminta. Dengan canggung Laras menyuapi Andra.

Andra mengunyah hasil masakannya, sedikit mengernyit saat merasakannya.

"Kurang garem sama pedes ya?" gumam Andra. "Pantes lumayan," tambahnya.

"Belajar sendiri?" tanya Laras.

"Anis yang ngajarin." Kemudian Andra terdiam sejenak. Merutuki Anis yang sudah membuat masakannya lumayan enak di lidah Laras. Dan baru ingat jika Anis tidak suka makanan yang pedas dan garamnya hanya sedikit.

"Mau lagi?" tawar Laras pada Andra. Lalu mereka pun makan bersama.  Laras yang menyuapi Andra. Keduanya melupakan kecanggungan masing-masing dan melupakan hubungan mereka yang belum jelas.

Laras memperhatikan punggung tangan Andra yang lecet, akibat terkena percikan minyak.

"Belum diobatin ya?" Refleks Laras memegang tangan Andra ingin melihat jelas. Andra tentu terkejut dengan perlakuan Laras, tapi kemudian ia mengulum senyum.

"Enggak sempat." Andra menjawab sembari meringis. Karena terlalu senang saat berhasil memasak membuatnya tidak merasakan sakit saat minyak panas terciprat di punggung tangannya.

Laras segera berdiri untuk mengambil kotak obat, lalu kembali duduk di sebelah Andra untuk mengolesi salep pada punggung tangan Andra. Laras berdecak saat melihat luka sayatan pada jari tangan Andra. Walau lukanya kecil, tapi Laras tetap khawatir.

"Gak usah masak lagi kalau gak hati-hati." Laras mulai mendumel sembari memasang plester luka pada jari-jari tangan Andra.

Andra mengulum senyum merasa sangat di perhatikan saat Laras mendumel padanya dan mengobati lukanya.

"Udah," ujar Laras sembari merapikan kotak obat.

"Belum selesai Ras." Laras kembali menatap bingung Andra.

"Lukanya dimana lagi?" tanya Laras. Andra tersenyum tipis lalu menyodorkan punggung tangannya menempel di bibir Laras.

"Bakal cepet sembuh," gumam Andra. Sekali lagi Laras salah tingkah. Sungguh, tingkah Andra benar-benar memalukan, tapi pria itu tidak menyadarinya sama sekali. Begitulah cinta, tidak mengenal rasa malu.

Love Makes SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang