5. Traktir Makan

7K 737 22
                                    

Seorang wanita memasuki rumah Laras, ia langsung di sambut salah satu karyawan Laras yang bertugas berada di lantai satu.

"Selamat siang! Ada yang bisa sa..." perkataannya berhenti saat melihat wanita itu membawa sebuah koper besar, ia mengernyit bingung menatap koper dan wajah wanita itu secara bergantian.

Wanita itu memakai kacamata sehingga wajahnya tidak terlalu kelihatan.

"Larasnya ada?" Suara serak terdengar setelah wanita itu setelah membuka kacamatanya.

"Ah... ada. Tapi lagi sakit. Mbak siapa ya?"

"Gue Miranda. Lo bisa panggil gue Randa." Randa mengulurkan tangannya. Wanita yang memiliki mata sayu itu tersenyum ramah pada karyawan Laras setelah melepas kacamatanya.

"Gue Dwi."

"Gue sepupunya Laras," ujar Randa setelah tautan tangan mereka terlepas.

"Ah penggantinya Mbak Via ya?"

Randa memiringkan kepalanya agak bingung. "Maksudnya?"

"Kata Mbak Laras, bentar lagi bakal ada yang gantiin Mbak Via yang biasa bantuin Mbak Laras handle pekerjaannya."

"Apa?!" Randa terkejut begitupun Dwi.

"Kenapa Mbak?"

"Ah gue dikerjain," gerutu Randa kesal. "Dimana dia?"

Dwi pun memberitahu jika Laras ada di lantai tiga. Akhirnya Randa naik ke lantai tiga tanpa membawa kopernya.

Sementara itu Laras kesusahan meraih tutup toples kacang polong yang terjatuh di dekat kaki ranjang.

Laras tersentak dan refleks melepas kruk yang ia pegang membuatnya jatuh terduduk. Sekali lagi bokongnya yang tepos menghantam lantai. Lalu matanya mengarah ke pintu kamarnya yang terbuka tanpa di ketuk.

"Randa?!" Laras terkejut melihat kedatangan Randa karena sepupunya itu tak memberitahunya. Meski beberapa hari yang lalu ia memang menghubungi sepupunya untuk datang berkunjung ke rumahnya dengan alasan rindu. Padahal ada maksud lain dari kata rindu itu.

"Kaki lo kenapa?" tanya Randa khawatir lalu membantu Laras berdiri dan mendudukkan Laras di tepi ranjang.

"Kemarin gue habis jatuh dari tangga. Dan asal lo tau lutut gue kemarin geser tempat Da! Lo bisa bayangin itu! Ngilunya sampai ke hati gue tau gak!" cerita Laras heboh membuat Randa meringis dan melirik kaki Laras yang diperban.

"Astaga! Gue kangen banget!" Laras memeluk erat Randa. Terakhir Laras bertemu dengan Randa saat umur sepupunya itu enam belas tahun, sementara Laras berumur sembilan belas tahun. Tubuh Randa lebih montok darinya, bahkan lebih tinggi. Yang Laras tau Randa seorang pengangguran yang hobinya traveling dan mencicipi kuliner sana sini.

Meski pengangguran, tapi Randa di biayai kekasihnya. Seketika Laras iri pada Randa.

"Gue juga." Mata sayu Randa menatap Laras penuh hangat. Randa memang tidak memakai embel-embel 'Kak' karena kebiasaan dari kecil, Laras yang tidak ingin di panggil Kakak.

"Oke. Bukan cuma kangen lo nyuruh gue ke sini, 'kan?" Laras menyengir saat Randa tau maksudnya.

"Hehe gue bener-bener butuh orang buat bantuin gue nge-handle pekerjaan, awasin karyawan gue. Terus bagi klien kalau ada klien di luar kota. Dan gue ngerasa sangat butuh sekarang dengan kondisi gue yang seperti ini." Laras memelas menatap Randa yang mendesah pelan.

"Tapi kasih tau gue yang sebenarnya. Kalau kayak gini, gue mana siap?" Laras cemberut mendengar Randa. Setelah memikirkan apakah ia akan membuka lowongan pekerjaan, ia memutuskan untuk menghubungi Randa saja. Rasanya lebih baik memilih orang yang di kenalnya sebagai asisten.

Love Makes SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang