13. Udah Siap!

5.3K 622 23
                                    

Andra masuk ke ruang inap Laras, ia menatap Laras yang tertidur pulas lalu ada Malvin yang sedang duduk di sofa sembari menatap layar ponsel. Sahabatnya itulah yang memberitahunya.

Sadar ada yang membuka pintu, Malvin menegakkan kepalanya. Ia pun berdiri sembari membereskan tas ransel serta snelli-nya.

"Thank's," Malvin hanya mengangguk membalas Andra lalu pamit untuk pulang.

Berakhirlah dua orang di dalam ruangan itu. Andra duduk di kursi sebelah brankar Laras setelah menaruh keranjang buah. Andra menatap wajah pucat Laras.

Sungguh, ia terkejut karena tiba-tiba mendapat kabar Laras di rawat di Rumah Sakit setelah wanita itu lagi-lagi menghindarinya selama seminggu ini. Ia tau alasan yang membuat Laras menghindar, pasti karena kedekatannya dengan Renata saat itu. Apalagi ia yang tidak mengejar Laras saat Laras melenggang pergi.

Sebenarnya Andra ingin menemui Laras beberapa hari yang lalu, tapi ia benar-benar sibuk. Maklum saja, jika di akhir tahun maka pekerjaannya akan membludak walau ada Iyo yang juga memegang alih perusahaan.

Terdengar lenguhan pelan membuat Andra yang tadi sibuk menekuni layar ponsel menatap Laras yang mengerjapkan matanya.

"Hai!" sapa Andra. Mata Laras yang tadi setengah terbuka, akhirnya terbuka sempurna nyaris melotot.

"Ha-Hai." Suara Laras serak, perpaduan karena flu dan baru bangun. Laras terbatuk empat kali. Andra segera menyodorkan air yang tersedia.

"Kak Malvin mana?"

"Udah pulang." Laras manggut-manggut. Perasaan Laras mendadak tidak enak. Laras ingin buang air kecil, ia membuang pandangan sejenak lalu kembali menatap Andra. Kembali lagi ia terbatuk membuatnya semakin ingin buang air kecil.

Laras bergerak ingin bangun, Andra yang melihat itu berdiri lalu memegang kedua pundak Laras. Membantu Laras berdiri.

"Aku..." Jantung Laras berdegup kencang, entah karena apa. Canggung dan malu mendominasinya saat ini.

"Kenapa?" Andra menunduk sedikit untuk melihat wajah Laras.

"Aku mau pipis." Andra mengangguk. Walau Laras tidak menyertakan minta tolong mengantarnya ke kamar mandi, tapi ia memiliki inisiatif sendiri dan meraih botol infus lalu memberinya pada Laras.

Laras bingung, tapi tetap memegang botol infus itu lalu ia memekik saat Andra menggendongnya.

"A-aku bisa jalan sendiri," cicit Laras meronta pelan agar Andra menurunkannya.

"Udah terlanjur," ujar Andra lalu mereka telah tiba di kamar mandi. Andra mendudukkan Laras di kloset yang tertutup lalu mengambil alih botol infus dan menggantungnya ke tempat yang tersedia.

"Teriak aja kalau udah selesai." Laras hanya mengangguk tanpa berani menatap Andra yang telah keluar dan tidak lupa menutup pintu.

Beberapa kali Laras menghela nafas untuk menormalkan degupan jantungnya. Kemudian ia berkutat untuk menuntaskan panggilan alamnya. Bukan hanya buang air kecil, tapi ia kelepasan buang air besar. Dengan cepat Laras menekan flush kloset agar suara keras yang di timbulkan tidak terdengar. Bisa double malunya Laras kalau Andra mendengarnya.

Hampir lima belas menit Laras di dalam kamar mandi membuat Andra yang tadi duduk di sofa berjalan ke arah kamar mandi lalu mengetuk pintu kamar mandi Laras.

Laras berjengit kaget karena ia sibuk mengibaskan tangannya agar bau yang menyengat dari hasil penuntasan alamnya tadi menghilang. Untuk kesekian kalinya, ia batuk lagi.

"Ras? Are you okay?!" Laras bisa mendengar suara Andra yang cemas.

"I-iya. I'm okay!" Laras mengeraskan suaranya. Terbatuk lagi. Kemudian ia menekan flush lagi. Lalu berdiri dan meraih botol infusnya. Untung saja ia memiliki tinggi di atas rata-rata, jadi tidak kesusahan meraih botol tersebut.

Love Makes SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang