4. Pasca Jatuh

7.7K 799 24
                                    

Andra mengantar Laras pulang. Niatnya makan bersama tadi diurungkan karena Andra harus segera kembali ke kantor. Tapi, Andra tidak lupa membeli makanan untuk Laras. Hati Laras terenyuh mendapat perhatian dari Andra.

Sepeninggalan Andra, Via datang dengan perutnya yang mulai timbul. Mereka baru bertemu setelah beberapa bulan lamanya.

Kalau saja kaki Laras tidak keseleo pasti ia akan memeluk erat Via hingga susah bernafas.

Perasaan bahagia karena Via datang menemaninya dalam kesendirian, menguap entah kemana karena Via menghabiskan makanan yang baru di sentuhnya separuh. Ternyata kebiasaan Via tidak hilang, masih doyan merampas makanannya.

"Vi, suami lo punya banyak duit, masa lo tega sih habisin makanan gue yang jomblo mengenaskan ini?".Laras menggerutu kesal.

"Yang beli makanan ini siapa?" tanya Via sinis. Laras semakin menggerutu. Via semakin judes saja. Ia pikir Via akan berubah setelah menikah.

"Kakak kesayangan lo!" Via tertawa. Sangat merindukan melihat ekspresi kesal Laras.

"Gue kira lo patah tulang La. Makanya gue ke sini. Eh cuma keseleo doang," cibir Via. Via adalah versi wanita dari Malvin. Ya itu menurut Laras.

"Cuma keseleo?!" sarkas Laras berdecak kesal. Lalu hening menyelimuti mereka. Hanya suara decapan Via yang mengemut tulang ayam, sepertinya Via ngidam mengemut tulang ayam, bahkan ia masih mau. Nanti sajalah menyuruh suaminya membelinya untuk makan malam.

"Tadi gue ketemu Aldi." Via berhenti mengemut tulang ayam lalu menatap Laras yang melamun.

"Dimana?" tanya Via. Laras mendesah berat lalu bersandar di punggung sofa, kepalanya menoleh ke arah Via.

"Ruma sakit."

"What?! Pantas aja kaki lo semakin sakit. Pasti sampai ke hati, 'kan?" Laras tertawa mendengar perkataan Via yang sama sekali tidak berniat bercanda malah nadanya ketus.

"Terus Kak An ketemu juga si bangsat itu?"

"Bangsat mantan lo kali Vi."

Laras terkikik melihat Via merengut kesal. "Iya. Kak Andra gak tau ya Aldi mantan gue?"

Via mengendikkan bahunya. "Emang kenapa?"

Laras pun mulai menceritakan apa yang terjadi tadi saat di rumah sakit. Dari pertemuannya tidak sengaja dengan Aldi, lalu Andra tiba-tiba datang dan menggendongnya hingga ke parkiran. Dan Andra menyuruh Aldi membawa kruk miliknya hinga ke parkiran.

Via tertawa mendengar cerita Laras. Sungguh, ia penasaran melihat bagaimana tampang polos Andra meminta tolong pada Aldi yang jelas-jelas mantan kekasih Laras. Juga tampang bingung Aldi yang mau saja disuruh mengantar kruk mantan kekasihnya serta melihat mantan kekasihnya di gendong pria lain.

"Kok Al ada di sana?" Via kembali lanjut mengemut tulang ayam sembari menunggu jawaban Laras.

"Mana gue tau!?" Laras buang muka ke depan. Merasa jijik melihat Via mengemut tulang ayam. Mau menegur, tapi takut disemprot. Dulu, ketika Via masih menjadi bawahannya, Via sama sekali tidak ada rasa segan padanya malah tidak memandangnya seorang atasan. Apalagi sekarang, ia yang sedang melakukan pendekatan dengan Andra, kakak dari Via.

"Terus maksud lo apa ngasih tau gue kalau lo ketemu Al?"

Laras menatap Via sambil mencebikkan bibirnya kesal. "Ya... ya gak ada maksud apa-apa."

Mata Via memicing tidak percaya. "Ah, really? Remember! He's a bastard! Dia ninggalin lo demi si lonte!"

"Vi! Inget lo hamil jangan ngomong kasar!" tegur Laras.

Love Makes SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang