Laras meliarkan pandangannya agar tidak bertemu pandang dengan sosok yang enggan ditemuinya. Laras ingin beranjak dari tempatnya duduk di salah satu restoran, tapi kembali lagi ia mengingat jika ia datang bersama Randa yang sedang berada di toilet. Ponselnya mati total dan ia tidak membawa pengisi daya hingga ia tidak bisa menghubungi Randa kalau ia ingin keluar dari restoran tersebut.
Apa yang tidak diinginkan Laras malah terkabul. Sosok itu melihatnya dan bahkan menghampirinya dengan memasang senyum manis.
"Laras!" Laras hanya tersenyum kikuk pada Aldi yang menyapanya. Pertemuan terakhir mereka tidak baik, karena saat itu istri Aldi menganiaya dirinya dan pria di hadapannya itu sama sekali tidak menolongnya bahkan meminta maaf pun tidak. Dan sekarang Aldi masih saja menyapanya bahkan duduk di hadapannya, seakan kejadian yang hampir setahun berlalu itu tidak pernah terjadi.
Atau mungkin Aldi telah melupakannya dan menganggapnya angin lalu?
"Sendirian?"
Laras menggeleng. "Bareng sepupu."
Laras merupakan wanita pemaaf dan tidak pendendam, jadi jika lawan bicaranya bersikap ramah, maka ia akan membalasnya ramah.
"Aku denger-denger... soal... kamu batal tunangan ya?" Lama mereka diam. Laras pikir Aldi akan segera lenyap dari hadapannya, tetapi ternyata tidak karena pria itu malah mengingatkannya pada ingatan yang paling menyakitinya. Bahkan lebih menyakitkan dari pada diselingkuhi dan ditinggal nikah.
"Hm." Laras hanya berdehem. Raut wajahnya sudah berubah tidak ramah dan Aldi tidak menyadarinya.
"Harusnya kamu enggak buru-buru nerima gitu aja walaupun itu kakak temen kamu. Kamu terlalu gampang percaya sama orang Ras." Niat Aldi begitu baik ingin menasehati Laras karena iba dengan mantan kekasihnya itu. Namun tanggapan Laras beda.
Laras sama sekali tidak menangkap niat baik Aldi, ia merasa Aldi mengejeknya karena gagal bertunangan dan di tinggalkan lagi.
Laras bangkit berdiri, menatap tajam Aldi yang terksesiap.
"Terserah aku mau gampang percaya orang atau enggak. Itu bukan urusan kamu. Jangan sok jadi orang yang bijak. Harusnya kamu ingat dan malu dengan kelakuan kamu di masa lalu!" Setelah mengatakan itu Laras melangkah pergi meninggalkan Aldi yang bungkam.
Laras menarik Randa yang sudah keluar dari toilet. Randa mengernyit bingung karena Laras menariknya keluar padahal mereka belum makan.
Saat hendak masuk ke dalam mobil, Laras berhenti saat pintu mobil di sebelah mobilnya parkir terbuka dan keluar lah Renata yang menatapnya agak terkejut lalu menampilkan senyum pongah.
Laras mendengus kesal. Kenapa siang ini, ia bertemu dengan orang-orang yang enggan di temuinya?
"Eh kok buru-buru sih?" Renata menahan pintu mobil Laras saat Laras hendak membukanya. Randa yang juga hendak masuk ke balik kemudi terurungkan saat melihat Laras di cegah Renata.
"Bisa minggir, gak?" tanya Laras pelan.
Renata tertawa tiba-tiba membuat Laras dan Randa saling tatap tidak mengerti.
"Dimana sikap ramah Laras?" sinis Renata.
Kejadian dimana Laras yang menyindirnya beberapa malam yang lalu membuatnya ingin membalas wanita itu.
"Mau lo apa sih?" Laras kehilangan kesabaran. Laras yang memang tadi sudah tersulut emosi karena Aldi sepertinya akan melampiaskannya pada Renata.
"Wow! You look different!" sarkas Renata. Lalu maju selangkah mengikis jaraknya dengan Laras.
Randa siap sedia melerai, kalau-kalau kedua wanita itu bertengkar. Randa hanya diam karena itu bukan urusannya sama sekali.
"Gue cuma mau bilang...." Kedua mata wanita itu saling terkunci. Renata yang menatap remeh Laras sementara Laras menatap berani Renata. "Apapun yang lo rebut bakal terlepas dengan sendirinya dan kembali ke pemiliknya." Renata tersenyum sinis lalu menepuk pelan pundak Laras, tapi dengan segera Laras menepisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Sad
ChickLit》Love Makes Series 2《 • • • Tentang Laras yang ditinggal nikah oleh mantan kekasih yang telah lama menjalin hubungan dengannya. Sekitar tujuh tahun lamanya. Pengkhianatan membuatnya galau berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan. Merasa jika tujuh...