Andra merasakan kepalanya bagai ditimpa batu besar menyebabakan kepalanya terasa berat dan semakin pening. Tubuhnya juga remuk seperti sudah melakukan pekerjaan yang begitu berat, padahal semalam ia hanya minum.
Ah minum?
Andra meringis pelan sembari memegang kepalanya. Matanya terasa berat untuk terbuka.
Inilah yang ia tidak sukai minum banyak karena membuat seluruh tenaganya terkuras setelahnya.
Perlahan Andra bangkit dari tidurnya. Andra bersyukur karena Malvin masih punya hati mengantarnya bahkan membopongnya hingga ke kamar. Walau diselingi makian saat membantunya.
Setelah membasuh wajahnya, ia menatap wajahnya di cermin. Wajahnya kuyuh dan bulu di sekitar rahang serta kumisnya semakin lebat tumbuh. Andra tidak pernah mempertahankan bulu-bulu di sekitar wajahnya tumbuh karena adiknya selalu protes. Andra merindukan dumelan adiknya yang selalu di dengarnya setiap hari. Namun, tidak lagi.
Atau mungkin tidak akan pernah....
Andra keluar dari kamar lalu berhenti melangkah saat melihat siapa yang sedang berkutat di dapur.
"Eh udah bangun!" Mami menyadari kehadiran Andra. Mami memang memiliki kunci cadangan rumah setelah Andra tinggal seorang diri. Sesekali ia datang mengunjungi putranya, walau Andra melarangnya dengan alasan Andra jarang berada di rumah.
"Mami buatin kamu nasi goreng. Eh ada sup pereda mabuk juga. Malvin yang ngasih tau kalau semalem kamu mabuk." Mami mulai mengomel membuat Andra meringis. Namun, juga bahagia karena sudah lama Mami tidak mengomelinya semenjak ia beranjak dewasa.
Andra merasa kembali pada usia remajanya, saat Mami yang mengurusnya, walau dulu hubungannya dengan Mami tidak lah seperti anak dan ibu pada umumnya.
Andra mulai menyantap sup buatan Mami. Mami duduk di sebelah Andra lalu memijat pelan kepalanya.
"Kepalanya pusing?" Andra hanya mengangguk dan tetap menikmati supnya.
"Kamu gak pernah hubungi Bibi Marti bersihin rumah ya?" Lagi-lagi Andra mengangguk. Mami hanya geleng-geleng kepala. Semenjak Andra tinggal seorang diri. Rumah ini seperti kapal pecah, Andra sembarangan meletakkan pakaian kotor bahkan tadi banyak piring beserta alat makan lainnya belum dicuci serta peralatan makan di dalam lemari sudah tidak ada karena semuanya kotor.
"Nanti Mami mau ke rumah sakit. Semalem, adikmu masuk. Kata Anis, perkiraan dokter, kalau bukan sore mungkin malem nanti dia lahiran. Kamu mau ikut?" Andra menghentikan makannya.
"Mau," jawab Andra pelan setelah minum.
"Makan nasi gorengnya ya. Kamu pasti laper." Mami kembali menyodorkan sepiring nasi goreng pada Andra.
Lalu hening setelahnya. Hanya dentingan peralatan makan yang terdengar.
Tanpa sadar air mata Andra tiba-tiba menetes satu per satu. Lalu dengan cepat ia menyekanya.
"Pedes banget ya?" tanya Mami karena melihat Andra mengeluarkan air mata. Andra hanya mengangguk, tapi tetap menyantap nasi gorengnya.
Tanpa kata Mami membawa Andra ke dalam dekapannya membuat Andra berhenti makan. Lalu Andra menyembunyikan kepalanya di dada Mami. Sungguh, inilah yang Andra butuhkan akhir-akhir ini. Sebuah pelukan hangat saat ia merasa frustasi dan tidak tau harus melakukan apa-apa.
Dulu, adiknya yang selalu menjadi sandarannya. Pelukan adiknya yang selalu menenangkannya jika ia sedang ada masalah.
"Kakak jahat Mi.... kakak brengsek," lirih Andra sesenggukan. Mami pun tanpa sadar menitihkan air mata. Terakhir kali ia mendengar Andra menyebut dirinya 'Kakak' saat Andra masih kecil, dan sekarang ia merasa putranya yang sudah dewasa kembali menjadi putra kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Sad
ChickLit》Love Makes Series 2《 • • • Tentang Laras yang ditinggal nikah oleh mantan kekasih yang telah lama menjalin hubungan dengannya. Sekitar tujuh tahun lamanya. Pengkhianatan membuatnya galau berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan. Merasa jika tujuh...