26. Sesak

6.7K 661 36
                                    

Laras menikmati makan malam ditemani lantunan musik klasik di restoran kapal pesiar tersebut. Walau hanya duduk sendirian, tapi ia tak masalah. Toh di sekitarnya ada juga yang seperti dirinya. Asik menikmati makanannya, ia berhenti mengunyah saat ada dua wanita yang tersenyum ramah padanya dan meminta izin duduk dengannya.

Laras mengedarkan pandangan untuk mencari apakah meja sudah penuh sehingga dua wanita itu memilih duduk dengannya. Tapi ternyata tidak. Atau dua wanita itu kasihan padanya karena ia duduk sendirian? Laras meringis.

"Boleh gak, Mbak?" tanya salah satu dari mereka lagi karena Laras hanya diam.

"Engh.... tapi kan masih banyak meja yang kosong." Laras berujar sopan. Terlihat dua wanita itu saling berbisik.

"Kami teman kerjanya Dokter Malvin loh, Mbak." Laras tersedak dan segera meneguk air. Ekor matanya menangkap dua wanita itu kembali berbisik.

Apa hubungannya kalau dua perempuan itu teman kerja Malvin dan duduk satu meja dengannya?

"Mbak kenal Dokter Malvin, 'kan?" Laras mengangguk pelan. Laras pun membiarkan kedua perempuan tersebut duduk dengannya.

"Kenalkan saya Sinta dan dia Mega," ujar Sinta menjulurkan tangannya, Laras pun membalas uluran tangan Sinta dan Mega secara bergantian.

"Laras." Sinta dan Mega manggut-manggut saat mengetahui nama Laras.

"Mbak Laras..."

"Laras aja," sela Laras karena merasa canggung jika di panggil 'Mbak' oleh Sinta.

"Hehe iya-iya. Makasih loh udah biarin kita duduk di sini," ujar Sinta.

"Biar gak duduk sendirian aja sih." Ketiga wanita itu tertawa bersama karena ucapan Laras.

"Kenapa gak bareng Dokter Malvin?" Kali ini Mega yang berbicara.

"Ya?" tanya Laras tidak mengerti. Kenapa kedua wanita itu sedari tadi menyebut nama Malvin?

"Maksudnya makan bareng Dokter Malvin gitu," jelas Sinta.

"Harusnya saya tanya kalian, 'kan? Kalian temen kerja kenapa gak gabung dengan dia?" tanya Laras tidak mengerti menatap Sinta dan Mega secara bergantian.

"Ya karena kita cuma teman kerja dan gak terlalu akrab. Sedangkan kamu pacarnya " Sontak Laras tersedak air liurnya dan segera meneguk air.

"Eh saya sama Kak Malvin gak pacaran... engh... cuma saling kenal gitu," jelas Laras.

"Ah masa cuma saling kenal? Pasti dekat ya?" Laras semakin tidak mengerti dengan tingkah kedua wanita itu yang mengorek tentang dirinya dengan Malvin.

"Gak mungkin kan gak deket, tapi sore tadi Dokter Malvin samperin kamu terus fotoin kamu," sahut Mega. Sinta menjentikkan jarinya.

"Benar! Karena setahu kami, Dokter Malvin itu orangnya dingin dan irit bicara. Sama kita aja jarang ngobrol, itu pun ada seperlunya. Nah waktu sama kamu, dia sama sekali gak mancarin aura dingin. Jadi.... kamu pacarnya, 'kan?" jelas Sinta panjang lebar. Mega menepuk bahunya lalu meralat pertanyaan Sinta.

"Bukan pacar... mungkin saja gebetan.,"

Laras mengerjapkan mata beberapa kali. Benar-benar ia tidak mengerti kenapa bisa kedua wanita itu mengklaim dirinya sebagai kekasih ataupun gebetan Malvin?

"Sepertinya kalian salah paham...," ujar Laras tersenyum. "Saya sama Kak Malvin hanya saling kenal karna sahabat saya itu teman dekatnya Kak Malvin dan..."

"Oh jadi sahabat kamu yang gebetannya Dokter Malvin?" Perkataan Laras di sela Sinta.

"Siapa? Bisa kasih tau akun medsos-nya gak?" Mega ikut-ikutan bertanya. Keduanya begitu penasaran.

Love Makes SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang