17. Gombal

4.5K 549 12
                                    

"La, kok lo tegang gitu sih? Kita gak lagi mau ujian kali!" tegur Via tertawa karena melihat Laras yang tegang saat membantu Mami memasak. Hari ini Laras berkunjung ke rumah Andra dalam rangka bertemu dengan Mami setelah mereka resmi pacaran. Walau sudah mengenal dan akrab dengan Mami, tapi situasinya sekarang berbeda. Status Laras sekarang bukan hanya teman Via, tetapi juga kekasih Andra.

Poin utama dalam hubungan adalah restu orang tua. Harus bersikap baik di depan orang tua kekasihnya. Itulah yang dipikirkan Laras.

"Laras gak usah tegang gitu. Kayak baru kenal Mami aja?" ujar Mami tersenyum geli sembari menyentuh pundak Laras.

Perbedaan umur mereka tidaklah jauh seperti orang tua dan anak pada umumnya. Mami hanya berbeda dua puluh tahun darinya, Mami bersikap seperti layaknya teman.

Hanya Mami dan Laras serta Bibi Marti yang menyiapkan makanan. Sementara Via duduk di kursi makan sembari mengemut buah stroberi hingga sarinya habis tanpa memakan buahnya.

Kemudian Andra dan Anis bergabung dengan mereka. Anis duduk di sebelah Via, hendak makan buah stroberi juga, tapi Via melarangnya dan menyuruh Anis makan bekas emutannya yang tentunya sudah tidak ada rasa.

"Dari pada mubasir," ujar Via santai. Mau tidak mau Anis memakannya. Laras yang melihat itu geleng-geleng kepala.

"Kalian gak apa-apain Laras, kan?"  tanya Andra sembari duduk di kursi tinggi.

"Kenapa nanya gitu?" tanya Mami heran.

"Dia diem aja," ujar Andra mengamati Laras yang tersenyum canggung.

"Enggak kok Kak. Aku lagi fokus masak jadi diem," ujar Laras menyengir.

"Hadeh! Inget! Bukan cuma kalian di sini!" tegur Anis karena kedua sejoli itu saling tatap-tatapan. Semuanya tertawa, kecuali mereka.

"Oh iya? Kemarin aku VC-an ama Ai, dia bilang pengen banget ketemu sama pacarnya Kak An pas aku kasih tau kalau pacarnya Kak An itu La. Dia makin antusias. Pasti dia keinget tuh, dibeliin es krim dan permen kapas sama La," jelas Via panjang lebar menyampaikan pesan sang adik kecil pada dua sejoli itu.

"Dean udah kasih tau Papi?" tanya Mami yang diangguki Andra.

"Responnya Papi apa Kak?" tanya Via.

"Kepo!" Via merengut kesal. Laras terkikik melihatnya.

"Ajakin Laras ke sana Bang. Sekalian kenalin secara resmi ke Papi dan Adel." Anis memberi saran agar Andra mengajak Laras ke tempat tinggal Papi yang berada di negeri kincir angin.

"Apalagi di sana masih musim dingin. Enak ngadem sama pasangan. Suasananya mendukung." Anis menambahkan sambil tertawa keras karena Andra mengepalkan tangannya di udara. Laras hanya tersipu malu dan merutuki Anis dalam hati karena membuatnya mati kutu dan semakin kikuk. Ia masih merasa geli harus mendengar percakapan yang berbau dewasa, walau usianya sudah dewasa.

"Anis, mereka belum nikah. Gak boleh gitu," tegur Mami membuat Anis meringis.

"Bercanda Mi." Anis cengengesan. Via menepuk pelan perut suaminya agar berhenti bicara mesum.

"Dean, inget yang selalu Papi bilang sama kamu!" ujar Mami memperingati Andra. Andra mengangguk. Tentu saja ia akan menaati wejangan dari Papi. Untuk tidak melakukan apa yang Papi lakukan di masa lalu.

"Kemarin Mami ketemu sama Maminya Sasa, dia bilang Sasa udah hamil," sahut Mami lagi.

"Wah gak nyangka Chito jago juga! Belum genap setahun aja Sasa udah hamil," sahut Anis tertawa diikuti Andra.

"Kalian kapan nyusulnya?" Baik Andra dan Laras sama-sama tersedak mendengar pertanyaan Mami.

"Kompak banget nih pasangan baru," ujar Anis menggoda.

Love Makes SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang