Laras mengernyit saat Via menyodorkan amplop padanya. Wanita hamil itu mengendikkan kepala agar Laras membuka isi amplop itu.
Akhirnya Laras pun membukanya dan memekik lalu menatap Via tidak percaya. "Vi... lo serius?"
Via mengangguk. "Gue tau lo butuh liburan La setelah kakak gue yang bajingan itu bikin hati lo hancur berkeping-keping."
Laras terdiam sejenak karena diingatkan kembali tentang kejadian beberapa minggu yang lalu.
Laras mendesah, ini bukan pertama kalinya ia patah hati, namun ini adalah patah hati yang benar-benar membuatnya hancur berkeping-keping. Merasakan sakit luar biasa. Meski hubungannya dengan Andra masih singkat, tapi entah kenapa ia lebih sakit di banding putus dari Aldi dulu yang nyata-nyatanya hubungan mereka tujuh tahun lamanya.
Benar apa yang banyak orang katakan, sesuatu yang singkat biasanya yang paling berarti.
"So sorry La." Laras terbuyar saat Via menggenggam tangannya. Sudah beberapa kali ia mendengar Via mengucapkan kata maaf. Hampir setiap hari sejak gagalnya pertunangannya malam itu.
Walau Via adalah wanita yang memiliki sikap judes, tapi sahabatnya itu benar-benar menyayanginya. Sangat merasa bersalah karena Via, ia dan Andra dekat dan akhirnya menjalin hubungan lalu berakhir menyakitkan.
"Udah deh Vi... gue bosen tau denger lo minta maaf mulu," ujar Laras tertawa pelan. Ia memang akan bersikap seperti biasa akhir-akhir ini, namun ketika ia sendirian, ia akan termenung dan bayangan-bayangan kebahagiaan saat bersama dengan Andra terlintas serta diikuti bayangan menyakitkan.
"Gue malu tau gak La punya kakak kayak dia yang bener-bener bajingan," ujar Via menggebu-gebu. Sungguh, masih menaruh rasa benci dan dendam pada Andra.
"Udah lah Vi. Gue dan kakak lo emang bukan jodoh." Via mendesah mendengar Laras yang berujar santai. Namun, ia tau kalau sahabatnya itu masih bersedih. Maka ia berinisiatif memberikan tiket liburan ke kapal pesiar yang ada di Singapura.
"Jadi, ini beneran serius Vi?" Laras mengalihkan pembicaraan dan kembali membahas tentang liburan gratis yang Via berikan padanya.
"Hm... uang PP gue juga yang tanggung."
"Vi..." Via menggeleng menyela Laras yang nampaknya merasa sungkan.
"Duit suami gue banyak La. Gak usah khawatir." Laras tertawa memdengar Via. Sungguh, Via yang tiap hari berkunjung ke rumahnya selalu saja membuatnya tertawa.
Urusan pekerjaannya ia alihkan pada Randa karena ia masih belum bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya, serta ia masih malu dengan orang-orang yang di luar sana karena pertunangannya gagal. Jika ada yang bertanya perihal kegagalan tersebut, Laras hanya menyunggingkan senyum tipis sebagai respon tanpa mengeluarkan sepatah kata.
"Jadi, kapan lo beli rumah baru?" tanya Laras karena ia tau Via telah memisahkan diri dari Andra, atau lebih tepatnya pergi dari rumah yang menjadi naungannya semenjak ia lahir hingga menikah.
"Udah ada sih. Tapi, Anis masih betah tinggal di rumah Mamanya. Lagian gue juga hamil gede gini dan gak bisa ngapa-ngapain kalau tinggal berdua doang sama Anis."
Saat ini Via dan Anis menumpang di rumah kedua orang tua Anis, atau juga sesekali mereka menginap di rumah Mami dan Papa tiri Via.
"Mungkin setelah gue lahiran... gue bakal pindah," Via menambahkan membuat Laras manggut-manggut. Laras menjulurkan tangannya untuk mengusap perut Via.
Saat Andra melamarnya malam itu, ia juga membayangkan bagaimana rasanya menjadi seperti Via. Perut buncit yang di huni nyawa. Apapun yang ia makan akan dimakan juga oleh nyawa itu. Kemana pun ia pergi, ia akan membawa nyawa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Sad
ChickLit》Love Makes Series 2《 • • • Tentang Laras yang ditinggal nikah oleh mantan kekasih yang telah lama menjalin hubungan dengannya. Sekitar tujuh tahun lamanya. Pengkhianatan membuatnya galau berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan. Merasa jika tujuh...