Prolog

1.6K 88 3
                                    

Suara sirine ambulan terdengar menggema di seluruh wilayah Rumah Sakit Andalas, seluruh dokter dan petugas medis yang lain bergegas menghampiri ambulan tersebut. Bahkan semua orang yang ada di rumah sakit langsung tertarik untuk menonton siapa yang datang dengan ambulan.

Namun tidak dengan gadis bertubuh mungil yang sejak tadi menunggu di depan ruangan dokter spesialis mata. Gadis itu mati-matian menutup telinga nya sambil berlari pergi menjauhi suara sirine itu. Kepala nya jadi sakit. Tubuh nya bergetar hebat. Inilah alasan kenapa dia benci sekali dengan yang nama nya Rumah Sakit.

Gadis itu menoleh ke sana kemari, kemudian mendapati seseorang yang tengah duduk di taman rumah sakit hendak menggunakan earphone di kedua telinga nya. Dia butuh itu. Gadis itu berlari menghampiri pria itu dan langsung mengambil earphone yang hampir saja terpasang di telinga namun sudah berpindah tangan pada nya.

"Hey!" sentak pria yang earphone nya di ambil sembarangan oleh gadis itu.

Gadis itu memilih untuk tidak menjawab dan duduk di sebelah pria itu seraya menstabilkan nafas nya kembali. Entahlah, musik apa yang kini secara tidak sengaja masuk ke dalam telinga nya. Tapi cukup membuat nya merasa tenang.

"Kamu siapa!?" lagi-lagi pria itu menyentak nya.

Kini gadis itu melepaskan sedikit earphone yang tadi ia kenakan, memastikan apakah suara ambulan itu sudah menghilang atau belum. Hening. Suara ambulan itu sudah tidak lagi terdengar.

Dia melepaskan earphone milik pria itu, "oh- hai kak? Aku Athira," kemudian menyerahkan tangan nya untuk di jabat. Tapi pria itu hanya menghadap ke arah lain dengan ekspresi yang kelihatannya kesal sekali. Dia mengabaikan tangan Athira.

Pria itu memakai kacamata hitam dan ... ah, tampan.

Gadis itu menggulung tangannya. Seketika hawa canggung langsung menyelimuti diri nya.

"Ini kak, earphone nya. Makasih ya ... maaf tadi sembarangan. Soal nya Aku nggak suka suara ambulan," jelas gadis itu ragu-ragu sambil menyerahkan earphone milik pria itu, namun lagi-lagi pria itu tidak mau mengambilnya. "Ini kak earphone nya."

Kemudian Athira langsung mengamit tangan pria itu dan meletakkan earphone milik pria itu pada telapak tangannya.

"Ng ... Kakak masih marah? Maaf kak, tapi aku bener-bener nggak tahan sama suara ambulan. Sekali lagi maaf ya kak," pinta Athira dengan kedua telapak tangan menyatu sambil memohon pada pria itu.

Pria itu masih menghadap ke arah lain namun ekspresi nya sudah berubah, sudah kelihatan tidak kesal lagi dengan Athira.

"Iya, aku maafin."

Athira tersenyum senang namun belum puas, "tapi kenapa kakak ngacangin aku? Sekarang aja nggak mau ngeliat ke arah ku. Beneran kakak udah maafin aku?"

Pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya melepas kacamata hitam yang dia kenakan. Athira melihat nya. Kemudian ikut membisu.

Tatapan itu ...

Kosong. 

Immaculate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang