🍃 Nervous

591 95 0
                                    

🌸
_________________________

🍁


Nervous


🍁
________________________

Hyunjin tidak tahu harus bersikap seperti apa ke pada Jihan saat ini setelah apa yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu.

Orang tuanya bertengkar hebat hingga Hyunjin mengetahui fakta menyakitkan bahwa gadis yang ia sukai adalah adiknya sendiri. Itu artinya ia harus melupakan perasaannya, tapi bagaimana bisa ia melupakannya begitu saja.

Melupakan perasaan jelas tidak semudah saat kau jatuh hati.

Hyunjin menatap Jihan dari kejauhan. Gadis itu sedang membaca buku di bawah pohon rindang di taman. Angin sepoi-sepoi menerbangkan beberapa helai rambutnya, terlihat sangat cantik.

Tatapan Hyunjin teralih pada gadis lain yang baru mendudukan bokong di samping Jihan lalu menyandarkan kepalanya ke bahu gadis itu dengan mulut sibuk memakan keripik dari tangannya.

Tanpa sadar bibir sexy itu tertarik membentuk senyuman tipis.

Lucu.

Ryujin terlihat lucu saat tidak berteriak atau membentak seperti itu. Namun senyuman itu luntur saat sekelebat bayangan kembali melintas di benaknya--

Confess Ryujin malam itu.

Hyunjin membalikan badan lalu berjalan menjauh. Mencoba mengenyahkan bayangan gadis tomboy itu dari pikirannya.

Tangannya terulur menyentuh bibir dengan mulut bergumam-- "Ryu ... lo beneran suka gue?"

Hyunjin hanya masih tak percaya. Lebih tepatnya tak ingin percaya karena yang mereka lakukan selama ini hanya sekedar bercanda. Bahkan Hyunjin tidak menganggap serius saat Ryujin tanpa sengaja menciumnya di apartemen Abin tempo hari.

Ah, bicara soal Abin, di mana teman boncelnya itu?




Abin menoleh saat seseorang membuka pintu atap. Tatapan mereka beradu dan sama-sama terkejut. Cukup lama mereka dengan posisi seperti itu hingga akhirnya gadis yang sedang berada di ambang pintu memutus kontak mata mereka sepihak.

"Kok bengong, Ji?" Lia yang berada di belakang Yeji melongokan kepalanya ke arah depan dan mendapati Abin berdiri diam di sana.

"Ah, hey Bin!" sapa Lia.

"Gue turun lagi deh, ada yang ketinggalan di kelas." Tanpa menunggu balasan Lia, Yeji buru-buru turun.

Lia yang melihatnya mengerti lantas kembali menoleh pada Abin. "Duluan ya, Bin!" Ia berjalan cepat menyusul Yeji yang sudah turun lebih dulu.

Sementara Abin menatap kepergian keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tidak lama setelahnya, pintu atap kembali terbuka lalu seorang pemuda jangkung muncul membuat Abin menatapnya malas.

"Barusan ... tuh dua cewek dari sini?" tanyanya memastikan. Abin hanya mengangguk.

"Lo ngobrol sama mereka?"

Maze Of Memories || Minsung LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang