🌸
___________________________🍁
•
•
❇Stay With Me❇
•
•
🍁
________________________Hay kalian yang baru baca book ini. Jangan lupa vote ya!
Vote kalian tetap berharga meskipun ceritanya udah tamat :)
______________________________
Minho berlarian di lorong rumah sakit. Tak ia perdulikan tatapan orang-orang yang mungkin kini sudah menatapnya aneh. Yang ia pikirkan sekarang hanya Jihan. Bagaimana caranya agar ia bisa segera sampai di kamar rawat Jihan.
Sejak panggilan dengan mamanya terputus, pikiran Minho terus dihantui bayang-bayang buruk tentang Jihan. Apa lagi mamanya menghubunginya dengan suara yang terdengar begitu sedih.
Minho takut hal buruk terjadi pada kekasihnya.
Brak!!
Pintu terbuka cukup kasar menampilkan Minho yang berdiri membungkuk dengan tangan bertopang pada lutut dan nafas yang tersengal akibat lelah berlari.
Lelaki itu masih menunduk menghirup nafas tanpa memperdulikan peluh yang membanjiri pelipisnya.
"Ma, ada apa? Jihan kenap--"
Kalimatnya terpotong saat tatapannya bertemu pandang dengan manik hazel yang kini menatapnya terkejut.
"Kak Minho ..." Suara yang setahun belakangan tak bisa ia dengar kini kembali menyapa pendengarannya.
Minho membeku.
Jihan ... Jihannya sudah sadar?!
Manik hazel itu berembun. Nafas Minho semakin tercekat saat suara lirihnya kembali terdengar.
"Kak Minho ..."
"Jihan ..." Minho mendekat lalu menubrukan tubuhnya pelan memeluk Jihan yang kini tengah terduduk di ranjang pasien.
Minho menangis, terisak hebat di bahu Jihan. Menumpahkan segala kesedihan dan kekhawatirannya di sana.
"Akhirnya kamu sadar, Ji."
"Tolong jangan bikin kakak khawatir, Jihan."
"Maafin kakak, kakak bener-bener minta maaf." Minho terus menggumamkan kalimat maaf di sela tangisnya.
Mina dan Brian yang berada di ruangan ikut menangis menyaksikan kedua anaknya melepas rindu. Brian merasa gagal menjadi seorang ayah. Dia sudah membuat keputusan yang salah dengan memisahkan Minho dengan Jihan.
"Maafin papa karena udah jahat sama kalian."
Minho dan Jihan melepaskan pelukannya. Mereka beralih menatap kedua orang tuanya yang juga menangis tak jauh dari sana.
"Minho tau papa ngelakuin ini karena papa sayang sama kita 'kan?"
Brian mengangguk.
"Papa gak akan ingkarin janji papa 'kan buat ngijinin Minho kuliah di sini?" Brian kembali mengangguk.
"Selama kamu bisa menjaga Jihan, papa akan dukung kamu."
Perasaan lega menyeruak. Semua beban yang selama ini Minho tanggung rasanya terangkat begitu saja.
Jihan yang sudah sadar, dan sang papa yang tak lagi melarang hubungannya.
Minho kembali memeluk Jihan melepaskan rindu, mengganti satu tahun yang mereka lewati tanpa adanya temu.
•
•
•
•"Jadi itu beneran kakak? Jihan pikir, Jihan cuman mimpi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maze Of Memories || Minsung Lokal
Novela Juvenil[ S E L E S A I ] "Siapa juga yang mau jadi kakak lo? Dasar anak pungut!" - Minho. "Jihan juga gak pernah minta buat jadi adik kak Minho, kok." - Jihan. Sepenggal kisah seorang Minho Adijaya dengan perasaan terkutuknya. Boy x Girl Latar tempat kubik...