🍃 W Two World

572 76 2
                                    

🌸
____________________________

🍁


W Two World


🍁
_______________________

Jihan terus meronta meminta dilepaskan, namun seakan tuli Minho tetap berjalan di depannya-- setengah menyeret dengan tangan masih mencekal pergelangan Jihan.

"Kak Minho lepas!"

Pats!

Cekalan terlepas tepat saat mereka sampai di lorong gudang yang cukup sepi. Minho membawanya ke sini.

Jihan mendongak kesal. Jangan kira hanya Minho saja yang bisa marah, Jihan pun bisa.

Ia mengelus pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat cekalan Minho tadi.

"Kakak 'kan udah bilang, jangan deket-deket sama Hyunjin." Minho berkata dingin. Namun Jihan tak acuh, ia malah tertawa remeh. Jihan bahkan tak mengindahkan tatapan tajam Minho.

"Hak aku mau deket sama siapapun," balas Jihan memberi tekanan di setiap katanya.

Jihan memekik saat Minho tiba-tiba mendorongnya ke dinding lalu mengukung gadis itu. Menumpukan kedua tangan di tiap sisi tubuh Jihan, mengurung semua pergerakannya.

"Kakak gak suka kamu yang pembantah gini, Ji." Suara rendah itu sukses membuat Jihan merinding. Namun ia mengingatkan diri untuk tetap fokus pada tujuan awalnya-- membalas perlakuan Minho.

"Cih, aku gak boleh deket-deket sama Haje, tapi kakak boleh deket-deket sama Lia, nyuapin Lia, ngejemput Lia, gitu?"

Ekspresi Jihan berubah seketika. Ini adalah pertama kalinya Jihan menunjukan raut dinginnya di depan orang lain. Terima kasih kepada Ryujin yang sudah menyuruhnya berlaku kurang ajar pada Minho.

"Mulai sekarang gak usah ngurusin hidup aku lagi." Jihan mendorong tubuh Minho lalu berjalan cepat meninggalkan Minho yang menatapnya kaget namun dengan raut yang tetap datar.

Hingga kemudian senyum tipis tersungging di bibirnya.

"Jihan cemburu? Baguslah, gak sia-sia gue minta bantuan Lia."




Hari ini Jihan pulang naik bus. Moodnya tidak begitu baik, namun tak begitu buruk juga. Saat sampai di depan rumah, motor Minho belum ada.

"Ck-- pasti nganterin Lia dulu!" gerutunya kesal. Ia memasuki rumah lalu langsung menuju dapur, mengambil minum. Sungguh, marah-marah ke pada Minho membuatnya dehidrasi.

Jihan melangkahkan kakinya menuju kamar. Hari ini cukup panas, dan Jihan merasa gerah. Ia segera melempar tasnya ke sofa lalu membuka lemari, mengambil handuk dan juga baju ganti. Jihan harus segera mandi dan mendinginkan kepalanya yang terasa panas.

Jihan keluar kamar mandi dengan tangan yang sibuk mengusak rambut basahnya. Tiba-tiba---

Sret--

Seseorang mengambil handuk di tangannya lalu menggantikannya mengusak rambut. Jihan tidak bisa melihat orang tersebut karena wajahnya tertutupi handuk. Namun dari baunya saja Jihan hafal siapa yang kini berdiri di hadapannya.

"Jihan bisa sendiri!" katanya, mencoba mengambil handuk di tangan kakaknya.

"Diem, kakak aja ngeringin." Minho menarik tangan Jihan untuk duduk di di depan meja rias. Ia melempar handuknya ke keranjang cucian lalu mengambil hair dryer dan mulai mengeringkan rambut Jihan tanpa perduli bibir Jihan yang sudah cemberut kesal.

Maze Of Memories || Minsung LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang