🌸
__________________________🍁
•
•
❇The Truth❇
•
•
🍁
______________________Brian kembali ke ruang tamu sendirian. "Ji, bikinin kopi dong buat papa sama om Jay."
"Om Jay nya di mana, Pa?" tanya Jihan.
"Di taman. Anterin ke sana aja nanti papa nyusul."
"Iya, Pa." Tanpa rasa curiga. Jihan beranjak membuatkan kopi untuk dua lelaki dewasa itu.
Melihat gelagat papanya, Minho yakin apa yang dibicarakan oleh papanya dan Jay barusan adalah sebuah kenyataan. Bahwa Jae adalah ayah kandung Jihan. Bahwa Nayeon tidak menginginkan kelahiran Jihan dan kemungkinan besar wanita itu akan melukai Jihan jika tahu bahwa Jihan adalah anak Jay dari perempuan lain.
Dan Minho sadar akan satu hal-- Nayeon sudah tahu kebenaran itu. Nayeon sudah tahu kalau Jihan adalah anak Jay, karena kini wanita itu menatap tajam kepergian Jihan.
•
•
•
•Jihan menyimpan kopinya di meja di samping pintu samping yang mengarah ke taman sementara Jae terlihat berdiri membelakanginya di pinggir taman.
"Om, ini kopinya," panggil Jihan. Gadis itu mengernyit saat Jae menoleh dan mendapati raut kusut dan lelah di wajah itu.
Jihan mendekat. "Om kenapa? Ada masalah?"
Jae tercekat melihat kekhawatiran di wajah Jihan. Jae benar-benar yakin kalau Jihan adalah anaknya. Bahkan raut wajah gadis itu saja terlihat sangat mirip dengan mantan kekasihnya-- Sana.
Jae mengangguk. "Barusan ada telpon. Ada masalah di perusahaan."
Jihan cengo. "Om kaya papa ya, lagi libur aja ngurusin perusahaan mulu." Gadis itu mengerucutkan bibir sebal yang justru malah terlihat menggemaskan.
"Kalung kamu cantik, Ji."
Jihan meraba lehernya lantas tersenyum tipis. "Cantik 'kan, Om? Pasti bunda Jihan juga cantik."
"Bunda?"
Jihan mengangguk. "Hm, ibu kandung Jihan. Om belum tahu ya kalau Jihan bukan anak kandung mama?"
Jae menggeleng. Memilih berpura-pura tak tahu.
"Jihan itu dulu anak panti, Om. Dulu ibu panti bilang, kalung ini dari Bunda sama Ayahnya Jihan." Mata Jihan berkaca-kaca.
Jae mematung dengan air mata yang sudah bergumpal di pelupuk mata. Nafasnya terasa sesak melihat Jihan yang tersenyum namun dengan mata terluka.
"Ji, boleh om peluk kamu? Om juga kehilangan orang berharga belasan tahun lalu. Dan sekarang om kangen sama dia."
Jihan mendongak. Berniat menolak tapi wajah Jae terlihat menyedihkan. Akhirnya Jihan mengangguk. Jae merengkuh gadis itu ke pelukan lalu menangis di atas kepalanya. Jihan yang merasakan bahu Jae bergetar kini merasa sesak. Tak terdengar isakan tapi Jihan tahu lelaki yang berstatus sebagai sahabat papanya ini sedang menangis.
Jihan menepuk-nepuk pundak Jae pelan mencoba memberikan ketenangan pada lelaki itu. Kini isakan mulai terdengar. Jae menangis sesekali mengecup puncak kepala Jihan.
'Maafin ayah, Ji.'
'Pasti orang itu berharga banget sampe Om Jay nangis hebat gini.'
•
•
•
•Keluarga Jae sudah pulang. Jihan memilih masuk kamar, Mina membereskan ruang tamu sedangkan Minho masih berdiri di samping papanya yang masih menatap kosong kepergian mobil Jae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maze Of Memories || Minsung Lokal
Teen Fiction[ S E L E S A I ] "Siapa juga yang mau jadi kakak lo? Dasar anak pungut!" - Minho. "Jihan juga gak pernah minta buat jadi adik kak Minho, kok." - Jihan. Sepenggal kisah seorang Minho Adijaya dengan perasaan terkutuknya. Boy x Girl Latar tempat kubik...