Maaf untuk typo yang masih bertebaran ya :)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
"Belum mas, aku takut. Aku takut dia jadi kefikiran dan berusaha mengingat saat-saat sebelum dia lupa ingatan. Karena memori tentang kehamilannya yang sangat rentan menurut dokter" tante Ratih. Tante Dian mengangguk.
"Dokter bilang, ketika dia tau kalau dia sempat keguguran, dia pasti akan merasa kalau memang ada sesuatu yang berbeda dari dirinya selain karena dia sudah lupa ingatan. Hal ini adalah hal yang paling akhir untuk kita beri tahukan sama Tatha. Demi kebaikan Tatha, Bisma juga setuju untuk tidak mengatakan dulu tentang keguguran yang dialami Tatha" tante Dian.
"Apa ada luka lain yang dialami Tatha selain di kepalanya?" om Darma.
"Tidak mas, Tatha hanya mengalami benturan kuat pada kepalanya. Dokter bahkan sudah memeriksa daerah perut serta rahim Tatha, semua baik-baik saja. Cuma kejadian itu memang menakutkan sekali, Tatha kehilangan janin yang di kandungnya, nyawanya hampir hilang juga, sekarang dia harus kehilangan ingatannya, bahkan ini akan semakin memburuk kalau dia tidak ditangani dengan baik" tante Dian.
"Mas, kita harus cari informasi tentang pengobatan diluar negri, siapa tau Tatha bisa pulih mas, aku rela mengorbankan apapun demi putri ku mas" tante Ratih. Om Anton memeluknya.
"Kamu jangan khawatir. Aku juga sedang berusaha mencari informasi mengenai dokter terbaik di luar sana, tapi kehilangan ingatan itu tidak butuh dokter yang hebat Ratih. Yang di butuhkan Tatha adalah keluarganya. Kita semua" om Anton.
"Benar Ratih, kamu jangan terlalu lemah seperti ini. Tatha sedang tidak stabil sekarang. Kamu sebagai ibunya harus kuat demi kebaikannya" om Darma. Tante Dian mengangguk setuju.
"Tapi rasanya aku tidak sanggup melihatnya seperti itu terus mas. Dia kebingungan dan bahkan ketakutan untuk mengenali orang di sekitarnya. Mas gak tau bagaimana rasanya di posisiku, putri ku sedang dalam kondisi yang tidak baik, mas" tante Ratih.
"Tatha bukan hanya putri mu Ratih! Dia juga putri ku!" om Anton. Tante Ratih menangis dan memeluk erat tubuh om Anton. Om Darma dan tante Dian hanya menatap pasangan suami istri itu dengan senyuman iba.
"Tatha juga putri ku, dia putri ku dan putri mu, Ratih. Walau hanya putri tiriku, dia lebih dari sekedar anak kandung bagi ku. Seandainya Rangga bisa menerima kamu seperti Tatha dapat menerima aku sebagai ayah sambungnya" batin om Anton.
***
Tatha merasakan jantungnya berdebar dengan kencang. Dia menatap tangannya yang digenggam erat oleh Bisma. Bisma membuka pintu kamar dan berbalik badan menatap Tatha. Tatha menatap Bisma.
"Loh, kenapa? Kok kamu kelihatan tegang banget?" Bisma. Tatha menggeleng kecil.
"A...aku... Aku cuma merasa asing sama semua ini" Tatha. Bisma tersenyum.
"Ini kamar kita. Belajarlah untuk merasa nyaman di dalam sini. Karena ini adalah tempat terbaik untuk kita saling menunjukkan perasaan sayang kita satu sama lainnya" Bisma tersenyum.
"Jantung aku berdebar kuat, kenapa? Kenapa selalu seperti ini saat aku bertatapan sedekat ini dengan Bisma, atau sedang diperlakukan dengan manis oleh Bisma? Kenapa aku seperti orang yang baru pertama kali jatuh cinta? Bukankah kami sudah menikah? Harusnya perasaan berdebar seperti ini gak pernah ada lagi, kan?" batin Tatha.
"Lihat! Itu foto pernikahan kita" Bisma menunjuk figura yang terpajang di dinding kamar dengan ukuran cukup besar. Tatha membalik badannya dan menatapnya. Tangannya masih terpaut dengan tangan Bisma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You 'Cuma Kamu Satu-satunya Bagi ku'
FanfictionBisma Karisma, anak tunggal keluarga Karisma. Memiliki wajah yang tampan, dan karir yang cemerlang, tapi punya masalah dengan urusan percintaan. Kisah kelamnya di masa lalu, membuat Bisma tak lagi mau mengenal cinta, sampai akhirnya, perjodohan menj...