- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
"Iya juga ya. Sebaiknya uangnya papa beliin perlengkapan untuk dedek aja dari pada untuk beli mobil lagi" Dicky.
"Syukur ya dek papa nya sadar" ujar Andin. Dicky mencubit gemas pipi Andin.
"Cie mama udah bisa ngontrol diri untuk hemat cie... Eh borosnya pindah kayaknya nih ke papa" Dicky. Andin tertawa kecil.
"Lagian, kamu kan udah ada mobil. Mobil juga udah dua, tiga sama mobil kodok kamu yang di pajang doang di garasi tu, pakai mau beli lagi. Untuk apa sih? Kan gak kepakai juga" Andin.
"Enak aja di pajang. Aku rawat terus tau sayang. Aduh, itu mobil kodok udah masuk barang antik loh sekarang, kalau dijual harganya bisa mencapai ratusan juta juga, gak kalah sama mobil-mobil sekarang yang di pasaran itu harganya" Dicky.
"Tetap aja gak pernah di pakai, palingan juga cuma untuk mutar komplek doang biar sekalian manasin mesin mobilnya" Andin.
"Ini nih ke-egoisan wanita. Maunya aja di ngertiin tapi gak pernah ngertiin balik. Kalau wanita hobi ngoleksi tas-tas mahal, laki-laki juga pingin dong punya koleksi juga. Mobil salah satu koleksi yang di sukai laki-laki" Dicky.
"Tapi gak bisa di samain dong. Mobilkan harganya ratusan juta bahkan sampai miliyaran. Mana sebanding dengan harga tas wanita. Tetap aja lebih pemborosan kalau laki-laki yang hobi ngoleksi mobil mewah dan mobil antik" Andin.
"Tas kamu juga ada kan yang harga ratusan juta. Ah jangan bohong, mama Arum pernah cerita ke aku" Dicky. Andin memukul lengan Dicky.
"Aku cuma punya satu yang harganya 800jt. Ya itu waktu aku masih gadis dan hobi keluar negeri. Ada tas merek ternama yang keluarnya cuma 200 tas doang. Limited banget, jadi aku nangis-nangis deh sama papa minta di beliin, mama yang gak tega dan ngasih aku izin buat beli. Tas nya juga sekarang masih ada tuh di lemari tas aku di kamar koleksi" Andin. Dicky tertawa.
"Tuh kan masih ngeles aja. Biar cuma satu tapi harganya hampir sama sama harga mobil" Dicky.
"Udah ah, malas debat sama Dicky" Andin beranjak dan meninggakan Dicky.
"Ngambek deh" Dicky tertawa dan mengejar Andin.
***
Bisma hanya duduk di sebelah Tatha yang sedang tidak sadarkan diri. Bisma beberapa kali terlihat mengusap wajahnya. Bisma bersandar pada punggung tempat tidur.
"Kapan ini semua berakhir ya Allah? Kapan aku bisa menjalani hidup seperti dulu? Kenapa rasanya hidup ini terlalu sulit?" Bisma menghela nafas panjang.
Tatha mulai sadar. Bisma membantu Tatha untuk duduk. Bisma menyodorkan beberapa obat yang memang harus di minum oleh Tatha. Tatha menolaknya.
"Aku gak mau" ujar Tatha.
"Jangan seperti ini, minum obatnya, biar kamu cepat sembuh" Bisma.
"Cepat sembuh? Aku cuma akan jadi ketergantungan sama obatnya. Aku gak akan cepat sembuh cuma karena obat ini bis. Karena aku bukan demam, aku lupa ingatan! Cara agar aku cepat sembuh, cuma mengingat-ingat kejadian yang aku lupakan. Itu aja" Tatha. Bisma terdiam sejenak. Bisma melenguhkan nafas panjang.
"Aku capek hadapin sikap keras kepala kamu hari ini" Bisma meletakkan obat Tatha dan beranjak dari tempat tidur.
"Kalau kamu pergi ninggalin aku, berarti kamu gak sayang sama aku" ucapan Tatha mampu membuat Bisma berhenti melangkah.
Tatha menatap punggung Bisma. Berharap Bisma membalik badan dan berbicara baik dengannya. Tatha hanya ingin tau siapa wanita yang ada di dalam foto yang di bakar Bisma tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only You 'Cuma Kamu Satu-satunya Bagi ku'
Hayran KurguBisma Karisma, anak tunggal keluarga Karisma. Memiliki wajah yang tampan, dan karir yang cemerlang, tapi punya masalah dengan urusan percintaan. Kisah kelamnya di masa lalu, membuat Bisma tak lagi mau mengenal cinta, sampai akhirnya, perjodohan menj...