Aku kangen ceritaku rame.
Mau gak kalian ramein? :(Biar aku semangat rasanya makin ga pede karena makin dikit yang komen sama vote
Malam yang dingin berselimutkan salju menjadikan suhu begitu dinginnya. Di tengah suasana yang dingin tersebut nyonya Jeon bergerak gelisah sebab kekhawatiran yang mendalam dirasakannya saat ini. Wanita
Kedua tungkainya tak henti henti berjalan bolak balik tak tentu arah sambil sesekali menghembuskan nafas gusar.
Hal yang sama pun dialami oleh sang suami namun ia berusaha bersikap lebih tenang. Tak ingin memperkeruh keadaan. Bahkan sang istri sempat ingin menyusul Hyemi yang berlari. Namun segera dicegah olehnya, berakhir mempercayakan kepada putra sulungnya.
Masih dapat diingat dengan jelas bagaimana raut wajah putrinya yang menunjukkan keterkejutan, kecewa dan kesedihan. Tentu saja hal tersebut memanggil sisi keibuan dari wanita tersebut. Meski fakta mengatakan bahwa Hyemi bukan putri kandungnya namun teta sajap kasih sayang yang dirasakan dan diberikan begitu besar. Layaknya darah daging sendiri. Membuktikan begitu murninya kasih sayang seorang ibu.
"Bagaimana ini, cuaca semakin memburuk." Ujar Nyonya Jeon dengan gelisah.
Pun Tuan Jeon, bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati sang istri-berdiri di depannya. Mengusap lembut punggung tangan yang lebih kecil darinya. "Tenanglah mereka akan baik baik saja." Ujarnya menenangkan.
Bagaikan sebuah mantra, setelah kalimat yang diucapkan tuan Jeon terlontar, pintu rumah mereka terbuka, menampilkan Hyemi yang nampak kecil berada dalam rangkulan tangan besar Jungkook. dengan Jaket Jungkook yang udah bertengger di pundaknya. Matanya sembab sebab menangis, pipi dan hidungnya merah karena cuaca yang begitu dengan.
Maka dengan begitu saja Nyonya Jeon langsung berjalan cepat dan memeluk erat Hyemi. Matanya sudah berkaca kaca tak kuasa menahan tangis. Kekhawatiran yang sedari tadi menghantuinya telah hilang, beganti dengan rasa lega.
"Putriku"
Hyemi tersentak kaget tentu saja. Ia hanya bisa diam. Sampai ibunya melepaskan pelukan mereka dan memandang Hyemi dengan penuh kasih, dapat ia lihat dari sorot matanya yang berkaca kaca.
"Syukurlah kau baik baik saja, demi Tuhan aku akan membenci diriku sendiri jika sampai sesuatu terjadi padamu." Ujarnya lemah. Siratnya memancarkan kekhawatiran yang mendalam. Pun Hyemi merasa terenyuh matanya kembali memanas, entah kenapa rasanya sedari tadi ia begitu cengeng. Susah sekali untuk menahannya.
"Eomma?" Lirih Hyemi, hanya satu kata namun bermakna begitu dalam, ia merindukan sosok wanita di hadapannya. Sangat rindu, namun kata yang berupa panggilannya itu ia ucapkan dengan ragu, seolah mempertanyakan kebenaran akan sosok itu.
Wanita paruh baya itu pun menganguk sambil tersenyum dengan air mata yang berlinang membasi pipinya. "Iya, ini Eomma. Kau putriku, putri Appa. Kau bagian dari kami. Jangan pernah merasa dirimu bukan bagian dari kami, jangan lagi berlari menjauh dari kami. Eomma akan benar benar membenci diri Eomma jika kau melakukan hal itu lagi eoh? mengerti Jeon Hyemi?" air mata masih setia mengalir di pipik wanita yang mulai terlihat adanya keriput namun masih terlihat begitu cantik.
Hyemi yang melihatnya ikut meneteskan air mata, mengangguk. Kemudian memeluk wanita paruh baya itu. Sambil mengujarkan kalimat kerinduan.
Sedangkan Jungkook dan tuan Jeon yang sedari tadi berdiam, memerhatikan dan memberikan ruang bagi kedua wanita disana, kini tersenyum merasa lega. Berakhir baik.
***
Setelah insiden mengenai terungkapnya kebenaran yang selama ini disembunyikan dan menyebabkan sedikit masalah, dan ketegangan. Mereka berangsur membaik, kembali seperti semula. Bercanda gurau, menghabiskan waktu bersama. Layaknya tak pernah terjadi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAY PAPER - JJK
FanfictionDi atas kertas abu abu berjanji untuk tak membutuhkan, tak menyayangi, dan tak mencintai. Namun janji itu selalu dilanggar. Hanya bisa menyalahkan takdir dari Tuhan. Mereka harus terjebak dalam cinta yang salah. Begin : 17 12 2018 End : - ©Park...