05. Hujan

3.3K 399 15
                                    


I'm Back,  jangan lupa voment 🐰

Kiranya langit malam akan damai dengan rembulan yang indah memancarkan sinarnya sambil ditemani dengan taburan bintang. Membuat siapapun akan betah ingin terus memandang akan indahnya karya Tuhan. Tapi ekspetasi memang tak sesuai—yang ada Hujan turun menggeroyok bumi, diiringi angin dan kilat yang sesekali berteriak gaduh. Seakan akan langit sedang memberikan amukannya.  Siapapun yang mengalami fenomena ini enggan untuk keluar, lebih memilih diam untuk berlindung, sambil mencoba menghangatkan diri.

Hyemi memang tengah berlindung seperti yang lain pada umumnya hanya saja lain lagi ceritanya, ia tengah meringkuk dengan tubuh dibalut selimut tebal, kedua telapak tangannya menutup telinga berusaha tak mendengar suara turunnya hujan. Dengan tubuh bergetar dan keringat dingin yang mengucur membasahi tubuhnya, ia menangis sendirian.

Berteriak dalam hati meminta pertolongan entah pada siapa. Ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya, yang ia tahu, ia sangat membenci segala hal yang berhubungan dengan hujan. Jika banyak orang yang menyukai hujan pengecualian Hyemi kebalikannya.

Ia benci, suaranya, baunya, semua hal yang berhubungan dengan hujan. Semua itu ia ketahui dari respon tubuhnya yang akan menolak akan kehadiran hujan, apalagi saat ini hujan turun lebat dengan mengerikan membuat Hyemi tak bisa apa apa selain menangis dan merapalkan do’a agar hujan berhenti atau setidaknya ada seseorang yang dapat menenangkannya, menyelamatkannya dari belenggu yang seakan mencekiknya hingga lupa bagaimana caranya bernafas. Bagaikan tenggelam di dasar lautan yang gelap, sungguh menyiksa.

***

Saat ini Jungkook tengah kalang kabut, ia merutuki kebodohannya sendiri yang tak menyadari akan turunnya hujan, ia terlalu terlena dengan rutinitasnya berlatih di lapangan basket dengan timnya. Tentu saja akhir akhir ini ia memang disibukkan mempersiapkan timnya.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan itu, ia bisa berdiam lebih lama lagi agar hujan reda, setidaknya ia harus menjaga tubuhnya, mengingat dirinya adaah atlet yang akan mengikuti turnamen dalam waktu dekat ini—mewakili sekolahnya.

Tapi masalahnya ada pada seseorang yang ada di rumahnya, sebagai kakak sudah tidak diragaukan lagi Jungkook mengetahui banyak hal mengenai Hyemi, begitu pula dengan phobia gadis itu akan hujan.

“Aku harus pergi!” Ujar Jungkook sambil dirinya sibuk mengenakan bomber merah miliknya.

Tentu orang yang ada disana kebingungan. “Kau bisa tinggal lebih lama lagi Kook! Kau tidak lihat hujan turun dengan lebat, jika kau memaksakan kami tidak bisa membayangkan kemungkinan hal hal buruk yang terjadi.” Balas Park Jimin panjang lebar, tentu karena laki laki itu terkenaml dengan sikkapnya yang peduli apalagi oada Jungkook yang bernotabene sahabatnya, tapi hal itu diabaikan oleh Jungkook, ia sudah berjalan keluar sambil berlari.

“Maafkan aku! Tapi aku harus pergi!!” Teriak Jungkook meninggalkan helaan nafas bagi yang ada disana. Sudah dapat ditebak bagimana keras kepalanya seorang Jeon Jungkook.

Jungkook menatap langit yang menghitam bersamaan dengan petir, angin kencang juga air yang turun dengan begitu deras, ketakutan melanda dirinya—bukan ketakutan karena dirinya sendiri. Tapi karena Hyemi, ia bisa membayangkan gadis itu pasti tengah menangis ketakutan. Tak ada pilihan lain, dengan segera ia meyalakan mesin motornya, dan langsung melesat memaksakan diri menerobos lebatnya hujan—menghiraukan tubuhnya yang basah kuyup yang terpenting saat ini hanyalah Jeon Hyemi.

Begitu sampai dirumahnya ia langsung melesat berlari kedalam rumahnya, matanya celingukan mencari keberadaan adiknya . Dengan begitu saja ia langsung berlari ke lantai dua dimana terdapat kamar dirinya juga Hyemi. Ia melihat pintu bercat putih polos yang terbuka, menemukan Hyemi yang sedang meringkuk dengan lemah, Jungkook hendak masuk, namun langsung berhenti saat menyadari badannya yang basah kuyup.

Dengan helaan nafas ia segera berbalik ke kamarnya mengganti bajunya dengan kaus polos putih dan training miliknya. Setelah itu ia langsung datang menghampiri Hyemi yang terbaring di ranjangnya, dengan badan mungil yang habis dibalut selimut tebal, hatinya langsung terenyuh melihat bagaimana tersiksanya Hyemi yang memejamkan mata sambil kedua tangan menutup telinga, wajahnya pun pucat dengan tubuh yang bergetar. Dan Hujan pun turun semakin deras masih didiringi kilat dan angin kencang.

Jungkook pun langsung datang merengkuh tubuh yang sedang rapuh itu, dengan posisi yang sama sama berbaring. “Hyemi tenanglah, ini aku.” Ujar Jungkook terlampau lembut, mencoba menenangkan sambil mengeratkan pelukannya—benar benar khawatir.

Masih tak ada respon, terlihat dari dirinya yang masih menutup mata sambil kedua telapak tangan menutup telinga, seakan akan mengindahkan akan keberadaan sosok Jungkook disana. Dan Jungkook semakin tak kuasa melihatnya. Entah karena kekuatan batin dari seorang kakak beradik atau Jungkook yang terlalu berperasaan dan peka—yang jelas ia seperti merasakan bagaimana rapuhnya Hyemi saat ini. Ia bukan benci pada hujan, tapi ia benci pada keadaan Hyemi yang akan lemah karena membenci hujan.

Jungkook mengeratkan pelukannya dengan cara yang lembut sambil berujar. “Sstt, tak apa tenanglah, kau aman Hyemi-ah.” Kemudian ia pun mengelus kepala Hyemi  yang saat ini tenggelam dalam dekapannya. Lama kelamaan hujan menjadi reda, begitu pula dengan Hyemi menjadi lebih tenang—membuat kelegaan tersendiri bagi Jungkook, secara otomatis kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman tulus dan lega.

Bahkan saat ini Hyemi membalas pelukan Jungkook—mencari perlindungan sekaligus kenyamanan. “J-Jungkook.” lirih Hyemi, sambil menengadah berusaha mencari wajah tampan kakaknya, dengan wajah yang masih pucat seakan gadis itu tak memiiki darah sedikitpun, karena disedot habis oleh seorang vampir.

“Eum?” sahut Jungkook sambil menundukkan kepalanya.

“J-jangan pergi.”

Jungkook tersenyum sambil kembali mengusap rambut Hyemi. “Tak akan, aku disini bersamamu.”

Hanya kalimat sederhana itu saja, sukses menimbulkan kelegaan bagi Hyemi dengan wajah yang masih pucat, ia pun tersenyum. Sekali lagi ia bersyukur telah memiliki Jungkook disisinya. Hyemi terlalu terbiasa dengan semua yang Jungkook lakukan, bagaimana laki laki itu melindunginya, menyayanginya, menjahilinya. Namun ia sadar semua kenyamanan itu akan berakhir, entah kapan, hanya waktu yang mampu menjawabnya.

Saat ini ia mengenyahkan fikirannya, lebih memilih terlelap dalam dekapan hangat Jeon Jungkook—ya kakak dari dirinya, Jeon Hyemi.

[]

To Be Continued










©Park Ceunel
08 04 19

GRAY PAPER - JJK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang