#24. Misi Tiga Orang

31 2 0
                                    

Setelah mendapat perizinan dari kedua orangtua zen itu, pergilah mereka bertiga kembali kesekolah sihir.

" ayah.. Ibu.. Kami pergi dulu ya! " teriak zen dari atas kepala steven.
" hati-hati yaaaa.. " balas kedua orangtua zen itu sambil melambaikan tangan mereka.

Laju langkah steven yang cukup kencang, membuat kami menjadi perhatian orang-orang yang ada disekitar jalanan negeri ini.

Lebar jalan yang cukup luas, membuat pejalan kaki dari trotoar itu merasa kaget bercampur heran melihat zen berada diatas kepala kadal besarnya itu.

" zen, pelan-pelan nanti kita kenak tilang! " teriak bu sara sambil mencekik leher fajar.
" uhk.. Aahk.. Uhk.. Bu- bu.. Leh- leher say- " ucap fajar merasa kesulitan bernafas.
" aku lupa, kita harus tiba dihutan wilayah iblis pukul 6 sore bu! " teriakku membalasnya.

Walau keadaan sudah terbilang genting, tapi tetap saja zen melanjutkan perjalanan ini dengan sangat cepatnya.

Hingga benar seperti yang bu sara katakan barusan, entah dari mana asalnya tiba-tiba muncul seorang personil keamanan sihir, yang mengejar mereka dengan menunggangi seekor hewan sihir bentuknya mirip seperti Harimau Sumatera.

" woy! Berhenti.. " teriak personil keamanan itu mengejar mereka dari belakang.
" eeeh, eeeeeheehhh...!! " kaget kami melihat kearah orang tersebut.
" bujubuset kenapa dia ngejar kita woy?! " teriakku menoleh kebelakang.

Personil pengaman itu terus berteriak meminta kami berhenti, woy berhenti kubilang! Teriaknya semakin kencang.

Dengan prasaan was-was bercampur kebingungan, aku terus bertanya didalam hati ini.. Sialan, aku tidak punya SIM (Surat Izin Monster) teriakku didalam hati.

" zen, bagaimana ini.. Apa kamu punya SIM? " teriak bu sara sambil mencekik leher fajar.
" aahk.. Uhkk.. Bu.. " suara fajar mulai terlihat sekarat.
" tidak punya bu.. " jawabku dengan wajah tak berdosa.
" aaaaaahhh.. " teriak bu sara mencecik leher fajar semakin kencang.

Menyadari keadaan fajar yang dalam keadaan hidup dan mati itu, lalu berteriaklah zen pada kakaknya itu.. Woy! Anak orang sekarat itu.. " teriakku merasa kesal kepada kakakku yang satu ini.

Karena merasa keadaan mulai terlihat tidak benar lagi, lalu kuminta steven untuk menambah kecepatannya dan berbelok kearah gang sempit yang ada didepan sana.

" steven, kita belok kekiri kawan! " teriakku menunjuk kearah kedepan sana.
" arggkk.. Arrg.. (baik tuan!) " balas steven berlari semakin kencang.
" woy! Tunggu.. " teriak personil keamanan itu masih mengejar kami.

Aksi kejar-kejaran antara harimau dan komodo itu menjadi perhatian warga sekitar, dan tidak hanya itu mereka juga berteriak seolah-olah menyemangati kadal besar tersebut.

" lari om kadal.. Lari yang kencang! "
" jangan kasih kendor semangatnya! "
" berjuanglah kadal besarku.. " teriak para warga yang menonton aksi kejar-kejaran ini.

Suara teriakkan orang-orang di jalanan ini membuat suasana semakin tegang, dan ketika zen hampir tiba di gang sempit itu, dengan cepat zen berteriak pada steven sang komodo peliharaannya tersebut.

" steven, sekarang! " teriakku memintanya berbelok dengan cepat.
" arrgkk.. Aarggh.. (baik tuan!) "

Dengan sangat cepatnya, steven mengambil tikungan yang sangat tajam saat berbelok. Bunyi dari cakar komodo ini membuat kebisingan suara yang amat mengganggu telinga.

Ciiiittt... Ciiittt.. Ciiiittt... Bunyi cakar kaki steven yang sedang berusaha berbelok kearah gang sempit ini.

Dikarenakan suara itu sangat mengganggu sekitar tempat ini, membuat harimau yang mengejar itupun jadi tak konsentrasi, dan malahan keterusan melaju dengan kencangnya.

SPP (Sekolah Para Penyihir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang