#4. Realitas

110 9 4
                                    

Keesokan harinya..

Didalam kelas 3-A para siswa terlihat belajar sungguh-sungguh, mendengarkan penjelasan materi oleh bu sara pagi ini, sama seperti biasanya dia terlihat sangat cantik nan anggun.

Ting.. Tong.. Ting.. Tong! Bel sekolah berbunyi, tanda jam istirahat telah tiba. Bu sara mengakhiri pelajaran, dengan sebuah pengumuman untuk materi pelajaran besok.

" saya harap kalian semua agar mempersiapkan diri, untuk praktek sihir besok ya anak-anak.. "
" baik bu! " ucap kami bersamaan.

Keluarlah bu sara meninggalkan kelas 3-A. Lalu, dibarisan paling belakang Fajar membisikkan sesuatu pada zen yg duduk disebelahnya tersebut, Zen bagaimana tentang gadis bernama Nova itu?

" aku belum ada bertemu dengannya hari ini jar. "
" hmm, begitu yah.. " menatap lesuh.

Setelah itu, salah satu murid yg berada di luar kelas 3-A ini berteriak, menyebut bahwa Nona Nova telah akan datang kemari! Teriaknya terlihat pucat.

" dia datang, zen! " serunya terlihat sangat senang sekali.
" hmm.. " menganggukan kepalaku.

Lalu, masuklah Nova bersama para fensnya itu, nampak tempat ini sudah seperti pasar yg ramai akan pengunjung. Zen, izinkan Aku melihat ketidak disiplinan para bangsawan yg kau sebutkan kemarin! Serunya dari depan kelas.

" apa kau yakin? " langkahku mendekatinya yg sedang berdiri didepan kelas itu.

Perlahan ia menelan air ludahnya, melihat kearah zen sedang berjalan mendekati dirinya saat ini. Tatapan semua orang membuat suasana dikelas ini semakin tegang, benar-benar situasi yg sangat tidak menyenangkan.

Dihadapan Nova sekarang, berdirilah pria berambut putih bernama Zen. Ia menatap mata Nova dengan tatapan yg seriusnya, namun Nova tak mampu menatap mata Zen tersebut. Karena ada hal lain yg membuatnya, tidak kuat melihat mata calon masa depannya itu.

" Nova, aku punya satu permintaan. Apa kau bisa menurutinya? "
" tergantung, jika permintaanmu itu adalah permintaan yg aneh-aneh, maka aku tidak akan melakukannya. "
" tidak. Aku hanya ingin kau menggenggam tanganku, dan jangan pernah kau lepaskan. Bisa? "

Sontak Nova sangat kaget mendengarnya, buset! Yg benar saja, dia ingin aku menggenggam tangannya terus! Ucapnya didalam hati, dengan ekspresi bingung itu.

Tidak hanya Nova, tapi semua orang juga ikut terkejut mendengarnya, woy! Apa maksudmu itu, enak banget lo main pegang-pegangan tangan Nona Nova! Ucap para fensnya merasa tidak terima.

Akupun menjelaskan keadaan yg sebenarnya, bahwa aku akan menghilangkan tubuh ini, agar tidak ada yg melihat kami ditempat yg akan kami kunjungi nanti. Aku bisa membawa orang tidak terlihat juga, jika kami memiliki kontak langsung seperti berpegangan tangan.

" aah, apa maksudmu zen? " tanya Nova penasaran.
" kau lihat ini.. " menutup mataku.

Perlahan Aura kehidupan disekitaran tubuhku mulai menghilang, membuat wujudku manusiaku terlihat mati dan menjadi transparan. Orang-orang terkejut melihat sihir yg kugunakan ini, lalu mereka semua mengucek-ngucek mata mereka masing-masing. Memastikan bahwa mereka tidak salah lihat, bahwa kenyataannya Zen benar-benar menghilang.

" dia menghilang? " tanya para siswa sangat kebingungan.

Aura kehidupannya juga tidak dapat dirasakan oleh penyihir elemen air, yaitu sihir pendeteksi kehidupan. Aku menjelaskan bahwa Nova akan menghilang juga, jika kami saling membuat kontak langsung seperti menggenggam tangan kami.

" hmm, baiklah.. " mempercayai kata-kata Zen barusan.
" oke, jangan pernah dilepaskan apapun yg kau lihat nanti, bisakan? " tegasku mencoba memastikanya sekali lagi.
" aku mengerti zen! "

SPP (Sekolah Para Penyihir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang