#23. Pertemuan

50 5 4
                                    

Dengan gaun putih seperti seorang pengantin, kak sara berseru pada ibuku seketika itu.

" bibi, apa maksudnya itu?! " ucap sara sangat bingung.

Mencoba untuk meluruskan kata-kata yang ia keluarkan tadi, lalu ibuku menjelaskan bahwa dulu. Ketika sara berumur 10 tahun, ia pernah berkata kepadaku..

" bibi, bibi.. Kalau besar nanti aku boleh jadi istrinya zen bi? "
" eeh? Ada apa sara? Kenapa kamu berkata seperti itu.. "
" aku ing- "

Belum selesai ibuku menceritakan kenangan diantara mereka berdua itu, tiba-tiba kak sara memotong kalimatnya itu, memberhentikan ibuku bercerita.

" haaa! Bibi.. Sudah cukup, sara malu tau! " ucap sara dengan mulut manyunnya itu.
" hhaha.. Maaf-maaf, bibi kira kamu melupakan ucapanmu waktu itu sayang. " balas ibuku sambil memeluknya.

Dihadapan kedua wanita ini, kami para pria hanya dapat terdiam mematung dan bertanya apa yang telah sara katakan pada ibu zen waktu itu.

" tolong lanjutkan ceritanya! Kami penasaran woy.. " teriak zen, fajar dan ayah zen didalam hati mereka masing-masing.

Sambil dipeluk oleh bibinya itu, sara berkata bahwa zen akan mendapatkan tugas keluar sekolah.

Dan untuk itu juga sara datang kemari, supaya sekiranya paman dan bibi memberikan restu supaya zen dapat pergi dalam mengemban tugas keluar sekolah nanti.

" eeh, benarkah itu zen? " tanya ayah terlihat kaget.
" hm, begitulah yah.. " balasku menganggukan kepala ini.
" tapi sara, apa misi keluar sekolah itu berbahaya? " tanya ibuku melepaskan pelukannya itu.

Lalu sara menjelaskan bahwa tidak hanya zen saja yang pergi, namun ketua OKSS juga akan ikut bersamanya.

Jadi, paman dan bibi tidak perlu khawatir mengenai hal tersebut.

" hm, baiklah kalau kamu berkata seperti itu.. " senyum ibuku kepadanya.

Ketika kesepakatan ini telah dilalui dengan kepala dingin, tiba-tiba teringatlah ayahku mengenai satu hal. Oiya zen, tunggu disini sebentar! Ucap ayah pergi kegudang yang ada didapur rumah ini.

" eh? Ayah.. " tanyaku bingung.
" paman.. " ucap sara dan fajar juga ikutan bingung.

Seakan merasa terlupakan sesuatu, lalu melangkahlah ibu menuju kegudang itu. Tanpa pikir panjang lagi, kedua orangtua zen ini terus membuat kami penasaran, atas tingkah laku dan perbuatan mereka.

Plaak.. Pluukk.. Braaak.. Brrukk.. Suara barang-barang berisik dari dalam gudang, tepatnya didekat dapur rumah ini.

" zen, orangtuamu kenapa itu bro? " tanya fajar dengan wajah polosnya.
" lah, mana aku tau jar.. " balasku melirik kearah kiriku.

Ketika pandangan ini ingin menoleh kekanan, tiba-tiba kak sara memalingkan pandangannya dariku hingga membuatku merasa seperti bersalah kepadanya.

" eh? Kak sara, kenapa dia memalingkan wajahnya dariku.. " teriakku didalam hati.

Berbeda dengan zen, dari dalam hatinya sara saat ini. Ia benar-benar merasa gugup dan tak berani lagi menatap kearah anak didiknya dan sekaligus sepupunya tersebut.

" ini semua salah bibi, jika saja dia tidak mengungkit masa laluku waktu itu. Aku pasti berani menatapnya seperti biasa.. "

Beberapa waktu kemudian..

" akhirnya ketemu! " ucap ayah keluar dari gudang itu.
" uuh.. Akhirnya ketemu juga! " sahut ibu juga keluar dari gudang tersebut.

Tanda tanya besar membuat kami semakin penasaran, sebenarnya apa yang mereka cari sih? Begitulah yang kami pikirkan didalam hati.

SPP (Sekolah Para Penyihir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang