Langit sudah berubah menjadi berwarna jingga, sore ini aku menggendong Nova yg masih syok melihat kejadian sebelumnya.
" hey.. Kamu makan apa sih, kok ber- "
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Nova langsung menjambak rambut putihku ini sambil berteriak, dasar tidak sopan! Hmm.. Geramnya padaku.
" adeh.. Deh.. Dehh.. Sakit Nov! "
" berani kamu berkata seperti itu lagi?! "
" tidak.. Tidak.. Ampun tuan putri! "Lalu ia melepaskan tangannya itu dari rambutku, sambil tertawa ringan ditemani dengan senyuman manisnya tersebut.
" hhehe.. Zen, terimakasih banyak yah. "
" eh terimakasih buat apa? " tanyaku berhenti melangkahkan kaki ini.Nova berkata, aku sangat berterimakasih padamu, berkat dirimu aku jadi tau ketidak disiplinan kaum bangsawanku sendiri.
Perlahan aku kembali melangkahkan kakiku sambil bertanya kepadanya, Nov! Aku yg harusnya berterimakasih padamu, senyumku dengan pasti.
" eh, kok gitu? "
" iyah.. Karena aku di izinkan menggendong tuan putri sepertimu ini. Hhaha! "
" aah?! " kagetnya Nova mendengarnya.Wajah dan telinga Nova tiba-tiba menjadi berwarna merah, karena salting, iapun memukul-mukul pundakku ini, merasa habis dikerjain.
" adeh.. Adeh.. Kenapa kau memukulku sih! "
" dasar pria menyebalkan.. " senyumnya terlihat bahagia.Setelah berjalan cukup panjang, akhirnya tibalah kami didepan sebuah kastil yg bentuknya hampir seperti sekolah sihir.
" Woh! Gedenya.. " seruku sangat kagum melihatnya.
" zen, apa kau mau mampir sebentar? "
" aah.. Kurasa lain kali saja Nov, oiya aku harus pergi dulu yah. Dadah.. " berlari melambaikan tanganku meninggalkannya didepan gerbang rumahnya yg seperti kastil itu.Dari depan gerbang ini, Nova merasa seperti sedang ditinggalkan oleh masa depannya. Didalam lubuk hatinya sekarang, Nova hanya ingin selalu didekat pria yg dapat membuatnya nyaman itu.
Prasaan yg sebelumnya tidak saling mengenal, namun kini ingin lebih dekat dengan dirinya. Jika hati sudah berkehendak, siapa yg mampu melawan hal tersebut?
Malam ini ribuan bintang dapat terlihat jelas oleh mata telanjang, sama halnya seperti hati wanita yg sedang berbunga-bunga malam ini.
Pikirannya hanya tertuju pada satu pria saja, diatas tempat tidurnya sekarang. Nova mengguling-gulingkan tubuhnya sambil membayangkan wajah zen yg selalu berbicara dengan jarak yg amat dekat.
" aaaah! Zen, kenapa kau membuatku seperti ini! " ucapnya sangat kegirangan dengan mulut yg tersumpal oleh bantal putihnya itu.
Malampun berganti menjadi terang, kicauan burung dipagi hari menjadi lantunan merdu mengawali hari ini.
" ibu aku berangkat! " ucap zen keluar dari rumahnya.
" hati-hati yah.. Zen! " balas sang ibu.Didunia ini tidak memiliki kendaraan umum, tapi orang-orang menggunakan sapu terbang untuk berpergian setiap harinya. Namun ada satu peraturan mengatakan, yg boleh menggunkan sapu terbang itu hanyalah kaum bangsawan, untuk rakyat biasa seperti kami ini harus berjalan kaki, karena tidak mampu menggunakan sihir terbang.
Dan ada juga catatan lama yg mengatakan, bahwa rakyat biasa tidak di izinkan memakai sapu terbang dengan seenaknya, hanya kaum bangsawan sajalah yg boleh menggunakannya sihir tersebut. Aku tidak mengerti, mengapa mereka menulis seperti itu?
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya tibalah aku didalam sekolah sihir. Orang-orang menatapiku dengan tatapan sinis yg ingin membunuhku, semakin hari rasanya tatapan mereka itu semakin serem aja yak! Ucapku didalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPP (Sekolah Para Penyihir)
FantasySebuah kisah fantasi, yang merujuk kepada kekuatan elementalis para remaja, yang bersekolah di tingkat 3. Tingkat 3 yang setara dengan siswa tingkat SMA, jika dikaitkan dengan keadaan dibumi. Kekuatan sihir dunia ini terbagi menjadi 5 elemen, yaitu...