16 | Mabuk

9K 774 147
                                    

Seminggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu. Dika menganggapku hantu. Ia mengabaikan keberadaanku, tak pernah sekalipun menatapku.

Semua orang juga pasti tahu, ada yang nggak beres dengan hubungan di antara Dika dan aku. Hubungan kami yang selalu ribut, mendadak hening dan kaku.

Dika yang nggak pernah berhenti memancing emosiku, mendadak nggak peduli dengan keberadaanku.

Sedangkan aku? Mungkin semua orang dapat melihat bagaimana besar harapan terpancar dari mataku saat menatap punggung Dika yang selalu berjalan menjauh.

Aku dan Dika setransparan itu.

Saat ini timku akhirnya sedang outing di Bali. Semua rombongan disuruh untuk berkumpul di lobi hotel untuk diberikan briefing tentang pembagian kamar dan acara hari ini. Aku sudah tau semua. Aku tetap sekamar dengan Fresia karena kita bisa pilih sendiri siapa yang akan menjadi teman kamar kita.

Hari ini akan free time hingga jam 4 sore sebelum akhirnya kita ada dinner di daerah Nusa Dua. Semua informasi tersebut sudah kuketahui karena aku panitia. Alhasil, saat briefing di lobi, tatapanku menerawang kosong tanpa arah.

Aku tidak memikirkan apa-apa karena aku sangat tidak bersemangat. Aku tidak mendengarkan apa yang sedang Kazi sampaikan di depan. Sedangkan semua orang memperhatikan dengan seksama. Setelah Kazi memanggil nama-nama perwakilan kamar untuk mengambil keycard, akhirnya semua dibubarkan dan diperbolehkan untuk ke kamar masing-masing. Fresia memberikan satu kartu kamar untukku.

"Lo ke kamar duluan, ya, Cha. Gue ada urusan ama anak acara," ucapnya sambil menyodorkan kartu untukku.

Aku mengangguk sambil mengambilnya.

Fresia berjalan melaluiku. Namun sambil berlalu, ia berbisik di depan telingaku, "Dika daritadi ngelihatin lo terus pas lo bengong."

Jantungku langsung berdegup kencang. Aku terdiam beberapa saat.

Dengan ragu, aku menoleh ke arah Dika. Namun, ia sudah memunggungiku, berjalan menjauh sambil menyeret kopernya bersama Kylo.


***


Aku menopang dahiku dengan kedua tanganku, menangis sesenggukan seperti bayi, mewek tiada henti, tanpa ada urat malu, di depan semua teman-teman kantor yang duduk di meja ini bersamaku.

Jangan tanya siapa aja. Banyak!

Dasar aku aja yang nggak tahu malu. Malah nangis sesenggukan kayak ababil baru putus cinta. Padahal—tolong dicatat—putusnya sama selingkuhan. Bukan sama pacar!

Aku tahu. Nista banget diriku ini.

"Sumpah, Cha. Lo kenapa, sih? Putus cinta?" tanya Vanny yang duduk di sebelahku. Ia berusaha mengelus-elus punggungku untuk menunjukkan rasa prihatinnya.

INFIDELITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang