23 | Ciuman Pasha

7.6K 610 64
                                    

"Icha?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Icha?"

Aku yang sedang berjalan ke arah toilet, segera berbalik dan melihat siapa yang ada disana.

"Zaki?"

Aku melihat Zaki menatapku dengan senyum lebar. Ia mengenakan baju casual dan rapi yang biasa ia gunakan ke kantor.

"Udah lama banget nggak ketemu. Apa kabar?" tanyanya sambil mengacak-acak rambutku dengan sok akrab seperti waktu di kantor.

Aku mengerang sebal sambil merapikan rambut. "Baik, Zak. Kamu?"

"Baik. As always."

"Sama siapa di sini?"

"Oh! Rame. Ada anak kantor. Aku, Kylo, Elsen, Kazi—ah! Sama ada bapak kamu juga, tuh! Dika." Zaki menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya.

Aku langsung mematung.

Daritadi aku berharap tidak ada nama itu disebut, tapi ternyata dia ada di sini—di Beer Hall.

Aku langsung teringat dengan semua pesan Dika yang belum kubalas. Semua pesannya masih kudiamkan tak terbaca.


Mahaprana Bratadikara
Cha, udh 4 hari
knp gada kbr sama skali?
km baik2 aja kn?
Apa aku hrs ke rmh km, Cha?
Inget kn sm omongan aku kalo km ngilang?


Aku belum berani menghadapinya. Aku belum siap bertemu dengannya. Namun, saat ini dia akan melihat bagaimana aku baik-baik saja, hang out bersama Qiandra dan Shalitta di hari Jum'at malam, tanpa sama sekali membalas pesannya.

"Kita duduk di agak pojok. Ntar mampir, lah, say hi. Udah lama juga, kan, nggak ketemu Dika?"

Aku hanya tersenyum canggung. Iya, aku sudah 4 hari tidak ketemu Dika, dan bahkan tidak mendengar suaranya. Biasanya kalo susah untuk bertemu saat weekdays, aku harus mendengar suaranya. Namun, kali ini tidak. Maka dari itu, ya, untuk aku dan Dika, 4 hari tergolong lama untuk kami tidak berhubungan.

"Iya. Nanti aku mampir," jawabku berbohong. "Aku ke kamar mandi dulu, ya."

"Oke, oke. Bye, Cha." Akhirnya Zaki pun pergi dan aku memasuki kamar mandi.

Setelah aku selesai, aku kembali ke meja. Aku duduk di mejaku dan aku dapat melihat dari mejaku, Zaki dan yang lain duduk di pojokan. 

Zaki menunjuk ke arahku dan perlahan semua yang ada di mejanya menoleh ke arahku. Termasuk laki-laki yang mengenakan polo shirt dengan apple watch hitam di lengannya, yang duduknya memunggungiku. Dika berbalik dan melihat ke arahku dengan tatapan kaget.

Seketika jantungku langsung berdebar tidak karuan saat mataku dan matanya bertemu.

Zaki, Kylo, Elsen dan Kazi langsung melambaikan tangan, menyapaku dari jauh, dan dengan canggung, aku melambai balik diikuti senyum. Sedangkan Dika menatapku lurus dengan sorotnya yang menusuk.

INFIDELITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang