NoK 3 dalam;
I find herAna merebahkan dirinya asal ke atas hamparan rumput Central Park. Semalaman dia lelah menyelesaikan tesisnya dan pagi ini dia sudah terbangun untuk alasan yang masih sama, mengasuh Kimmy. Badannya letih karena kurang tidur. Dan matanya makin susah diajak bekerja sama, dengan sebelah tangannya diletakkan di bawah kepala Ana tidur.
"Ana!" Kimmy mengguncang badannya yang sudah akan terlelap.
Ana membuka matanya dan berdecak sebal. "Mau ngapain? Sana main!"
Bibir Kimmy mengerucut. Ana selalu begini, membawanya ke taman tapi tidak pernah mengajaknya bermain seperti anak-anak lain yang seru bermain bersama keluarga atau teman.
"Mau main apa pulang ke flat?" Tanya Ana. Badannya sudah sedikit tegak dengan bertumpu pada satu lengan.
"Main," jawab Kimmy layaknya cicitan anak ayam.
"Ya sudah sana main." Ana kembali membaringkan badannya. Cuaca hari ini lumayan hangat ditambah kondisi taman yang lumayan sepi, dia bisa mengistirahatkan badannya sejenak. Musim panas ini mestinya dia habiskan bersama teman-temannya di pantai, sun bathing atau swimming pasti menyenangkan. Tapi mengingat padatnya kerja Dinan dan kondisi Lizzy yang belum bisa kembali mengasuh Kimmy, Ana menekan egonya untuk menghabiskan liburannya di flat bersama keponakan gemuk.
Kimmy mengangkat bokongnya malas-malasan. Matanya menjelajah setiap orang yang berpapasan dengannya selama berjalan. Nihil, tidak satupun yang dia kenal. Sebagai bayi dua tahunan yang banyak menghabiskan waktu di dalam flat sangat wajar jika orang yang dikenalnya tidak banyak.
Kakinya yang sudah lelah berjalan berkeliling melihat sekelompok anak berlari menuju gerobak penjual es krim. Kimmy sangat mengenal logo es krim. Matanya berbinar membayangkan camilan manis itu dijilatnya. Tanpa ragu, dia mengikuti sekelompok anak yang berlari itu.
Ponsel di saku celana Ana berdering. Sekali lagi acara tidurnya terganggu. "Like father, like daughter. Pintar banget ganggu tidur orang," kata Ana setelah membaca nama si penelepon.
"What's up?" Sapa Ana ketus.
"Lo bersama Kimmy? Dia dimana?" Suara Dinan di seberang menyambut tanpa basa-basi. Ana menghela napas mendapatkan perlakuan blak-blakan Dinan jika berurusan dengan anaknya.
Kepala Ana memutar. Di kejauhan dia melihat keponakan gemuk sedang bermain bersama sekelompok anak. "Lagi main."
"Oke," suara Dinan terdengar lega.
"Ada apaan sih?"
"Nggak. Gue cuma mendadak eum-"
"Firasat bapak-bapak nongol ya?" Ledek Ana.
Dinan menyahuti kelakar Ana dengan tawa. "Gue rasa gitu."
"Payah! Udah ya, gue sibuk." Ana mematikan hubungan telepon tanpa menunggu respon Dinan. Dia kembali melirik keponakannya sebelum merebahkan diri. Matanya yang sudah terpejam mendadak terbuka. Dia melompat bangun lalu berlari menuju sekumpulan anak yang bermain lari-larian. Tangannya menangkap sosok keponakannya.
Salah.
Itu bukan Kimmy.
"Sorry," gumam Ana pada anak yang memiliki rambut dan postur tubuh mirip Kimmy itu.
Ana kemudian berlari ke dekat danau, berharap keponakannya benar ada di sana. Ini bukan kali pertama mereka berdua bermain ke Central Park. Kimmy tidak akan pernah bermain terlalu jauh darinya tapi kini dia panik, keponakannya tidak terlihat di antara orang-orang dan anak-anak yang menghabiskan Rabu pagi di sini.
"KIM!!"Ana berteriak memanggil Kimmy. Dia sudah panik. Tangannya merogoh ponsel di sakunya. Mendial nomor Dinan tapi tidak bisa tersambung. Sudah lima belas menit dia berputar mencari Kimmy. Beberapa orang sudah dia tanyai tapi tidak ada yang melihat Kimmy.
"Din, angkat teleponnya," gumam Ana frustasi. Matanya terus menjelajah sekitar. Berharap keponakannya bisa ditemukan.
Saking frustasi, Ana membanting ponselnya lalu berjongkok. Kedua tangannya menjambak rambutnya kesal. Dia tidak bisa menyalahkan Kimmy yang masih bayi. Dia yang sepenuhnya salah melepas Kimmy bermain tanpa pengawasan sama sekali.
"Ana."
Ana mengangkat kepalanya. Matanya yang sudah berembun mendadak cerah. Di hadapannya seorang perempuan menunduk menatapnya penuh kekhawatiran.
"Mama!" Ana meringsek ke dalam pelukan ibunya, Astri.
Astri yang tidak paham memeluk anak bungsunya kembali. "Ada apa?"
"Kimmy hilang, ma," kata Ana sedih bercampur kesal dan stres.
"Mama bantu cari ya, nak," kata Astri berusaha menenangkan anaknya meski dia pun ikut merasakan kekhawatiran jika cucunya mengalami kecelakaan atau bertemu penjahat.
"Ma-" belum sempat Ana melanjutkan perkataannya, matanya menangkap sosok gemuk yang dicarinya duduk persis di tempat dia tidur tadi.
"I find her!" Seru Ana. Dia melepas pelukan ibunya lalu berlari menuju Kimmy yang tidur di atas rumput. Satu tetes air mata mengalir di pipi Ana karena bahagia melihat Kimmy kembali dengan selamat.
"Jaga dia baik-baik. Dinan butuh kamu," kata Astri sambil menepuk bahu Ana.
"Dinan juga butuh mama. Dia cuma masih gengsi buat balik ke Jakarta dan ketemu mama, ayah, dan bunda," sahut Ana setelah mengangkat badan Kimmy yang pulas tidur ke dalam gendongannya.
"Dia butuh waktunya sendiri." Mata Astri menatap cucu yang belum pernah dia gendong itu penuh kasih. Tangannya mengelus punggung montok Kimmy sambil berujar, "mama percaya Dinan pasti kembali ke Jakarta. Bersama cucu mama."
"Aku bakal buat mereka balik ke Jakarta, ma. Apapun alasannya. Kita bakal jadi satu keluarga utuh lagi," kata Ana mantap.
"Mama percaya kamu bisa." Giliran pipi Ana yang dielus Astri. "Mama pergi dulu."
"Hati-hati di jalan, ma." Ana terus menatap kepergian ibunya. Sudah sebulan ini Astri tinggal di New York dan memantau kondisi Dinan dan Kimmy sembunyi-sembunyi. Sebenarnya hampir tiap setengah tahun sekali, Astri pasti datang ke kota ini. Sekadar memandangi jendela flat puteranya atau menunggu Dinan keluar apartemen saat berangkat kerja. Usaha keras seorang ibu yang merindukan anaknya. Usaha yang tekun dia kerjakan selama sembilan tahun.
###
07/10/2020
"How is it going?"
👆itu alternatif buat nanya how are you (info buat yg belum tau ya)
Buat yang jago enggress, coba share alternatif lain kamu nanya how are you
Yuk, kita sama-sama belajar n saling mengajarkan biar ilmunya bermanfaat 🤠
#kimenglish #kimenggress
KAMU SEDANG MEMBACA
A Note of Kim
General FictionRATE +5 Tokoh utamanya bayi gendut. Jangan baca kalo gak mau obesitas!! Dinan kembali pulang ke Jakarta setelah sembilan tahun bertahan di NY. Bersama balita gemuknya, duda muda ini berharap dapat memperbaiki hubungan dengan orangtuanya yang sempat...