Peringatan!
Kalian mungkin bakal pusing baca bab ini. Kesabaran dan air dingin buat rendam kepala (barangkali) dibutuhkan.ANoK 14 dalam;
GreenDecember event yang akan diadakan sekolah kali ini bertema Love in Blue. Berdasar pada warna biru, lukisan kelas yang dibuat oleh murid akan dilelang. Uang hasil pelelangan akan disumbangkan ke panti asuhan khusus anak dan bayi. Selain itu, lukisan murid per orangan juga akan dijual dengan taksiran harga terendah 350 ribu. Yang mana orangtua boleh membayar lebih jika mau.
Kelas Kimmy, Nursery Two, akan mengusung tema wild animal dalam lukisan kelas. Lukisan-lukisan murid per orangan pun akan bertema serupa, bedanya murid hanya bisa memilih satu hewan liar. Lukisan kelas diberi judul Tears of Animals.
Masing-masing anak dipersilakan memilih hewan liar yang ingin mereka lukis. Kimmy memilih caterpillar untuk lukisannya. Membuat kedua guru kelas, Sandra dan Arsee kebingungan.
"Emangnya caterpillar masuk hewan liar?" Bisik Arsee pada Sandra yang duduk di sebelahnya.
"Sedikit orang yang berpikiran merawat caterpillar kan?" Sandra terkekeh geli. Baru kali ini ada yang menginginkan ulat dalam tema hewan di alam liar. Kebanyakan murid meminta gajah, harimau, monyet, buaya, jerapah, dan hewan besar lainnya. Bukannya seekor ulat.
Murid-murid duduk di atas rumput yang sudah dialas koran dan tikar lipat berbahan plastik. Masing-masing diberikan kertas kanvas dan peralatan lukisnya. Hari ini sengaja mereka memanfaatkan waktu bermain di playground untuk mengerjakan lukisan mereka. Selain suasana taman yang nyaman dan hangat, anak-anak diharapkan akan memperoleh inspirasi dari lingkungan sekitar.
"I paint my gajah. So fantastic!" Luth yang paling pertama mengoceh setelah Sandra dan Arsee berhasil meminta anak-anak mengerjakan lukisan mereka dalam diam. Yeah, diam yang bertahan selama lima menit saja karena mereka sibuk meneliti peralatan lukis yang diberikan.
"Gajah is elephant," kata Revi menyahuti dengan sikap bak seorang guru.
"Elephant is gajah," timpal Luth riang merasa mendapat teman ngobrol.
"This is green." Giliran Anif yang bercuap sembari menunjuk palet warna kuning miliknya.
"No. That is yellow," kata Revi membetulkan.
"This is green." Anif merasa tidak terima membalas.
"Yellow!"
"Green!"
"Yes, this is green." Luth yang sama tidak kenal warna seperti Anif ikut-ikutan merusuhi percekcokan temannya.
Revi yang merasa ditekan, menoleh pada Kimmy yang tengah asyik memainkan tali apron pada badannya. Kimmy akan mengeluarkan kepalanya lewat lubang tali leher apron lalu balik mengenakannya, berulang-ulang demikian hingga kanvasnya belum tersentuh sama sekali.
"Kim, this is yellow. Yes or yes?" Revi menirukan bagaimana Sandra sering berkelakar menggunakan kata tanya begitu.
Mata Kimmy melirik palet warna yang ditunjuk Revi. Dia buru-buru mengenakan kembali tali apronnya. Baru dia berkata, "aku ada warna green."
"Anif nggak ada warna green," kata Luth mulai ganti kubu yang dibela.
"This is green," seru Anif belum mau kalah.
Kimmy kenal warna dan dia tahu warna yang ditunjuk Anif bukan hijau. Yang berikutnya dilakukan bayi gemuk itu adalah menukar palet warnanya dan palet warna Anif.
"Now, you have green." Kimmy mengarahkan telapak tangannya pada palet warna yang sudah dia pindah.
"This is green," kata Anif riang seolah baru kali ini melihat warna tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Note of Kim
Fiksi UmumRATE +5 Tokoh utamanya bayi gendut. Jangan baca kalo gak mau obesitas!! Dinan kembali pulang ke Jakarta setelah sembilan tahun bertahan di NY. Bersama balita gemuknya, duda muda ini berharap dapat memperbaiki hubungan dengan orangtuanya yang sempat...