NoK 6

9.1K 1.6K 65
                                    

"Challenge?"

"Ya. Aku janji bakal belikan dia push-up bra kalo Kimmy daftar. Dan dia melunjak minta ditambah Spanx. Susah memang punya satu bawahan maunya cari untung begitu."

"Push-up bra? Spanx?" Ekspresi Dinan terkejut bukan main. Jika ini NY dan seseorang membahas pakaian dalam, dia tidak masalah. Tapi ini Jakarta dan mereka guru, apa dalaman bukan topik sensitif lagi di sini, dia sungguh bingung.

"Mas, are you there?" Suara panik Velia menyapa pendengaran Dinan.

"Aku kelamaan di negara orang sampai kaget kalian bahas dalaman." Dia berbisik saat menyebut kata dalaman di depan puterinya yang serba ingin tahu.

"Kita bisa bahas lebih dari itu. So, kamu daftarkan Kimmy?" Dinan diam, tidak langsung menanggapi pertanyaan Velia. Dia memperhatikan puterinya yang mengambil kotak makan di atas meja dan menunjukkan padanya.

"Aku put my biscuits inside like Luth mommy," kata Kimmy sambil berusaha menutup kotak makannya.

"Apa yang dilakukan Luth's mom dengan kotak makan dan biskuit?" Dinan bertanya tidak jelas ke Velia di seberang telepon atau ke Kimmy di depannya.

"Luth mommy put biscuits inside box. Luth loves eating biscuits," jawab Kimmy berbarengan Velia berkata di seberang jalur telepon, "Luth's mom biasa membawakan bekal biskuit yang disimpan dalam kotak makan untuk pendamping snack buah yang diberikan sekolah. Ada apa memangnya, mas?"

Dinan mendengar jelas kedua perempuan itu berbicara. Dia menarik napas panjang lalu membuangnya dengan lemah sebelum bicara merapat ke ponselnya. "Kasih aku dua menit, Vel. Aku harus tanyakan Kimmy."

"Ya, tentu."

Dinan meletakan ponselnya, membalik terbalik di atas kasur Kimmy. Dia menarik Kimmy mendekat, menatap mata ke mata baru bertanya, "apa besok Kimmy mau ke sekolah membawa biskuit di dalam lunch box?"

"Sure, papa. Nanti I sharing my biscuits to my friends." Mata Kimmy berbinar mengingat tadi pagi dia menerima biskuit pemberian Luth, cookies pemberian Devi, wafer vanilla, dan camilan lain dari teman-temannya. Dia mau membagi camilan pada mereka.

Baru kali ini Kimmy merasa dia bagian dari friends. Entah Kimmy mengerti atau tidak makna kata itu, dia hanya merasa senang dan ingin melanjutkan kesenangannya.

"Jadi..." Dinan menarik napas, ini momennya, dia sebagai ayah akan melepas puterinya pergi ke sekolah. "Kamu mau sekolah lagi?"

"Yes. Biscuit aku siap." Kimmy mengangkat kotak makannya dengan bangga. Tadi pagi dia memang tidak membawa bekal apapun untuk mengikuti trial kecuali botol minum. Ada rasa iri melihat anak-anak lain makan camilan berbeda sementara dia hanya bisa melihat. Saat itu Miss Sandra mengusulkan membagi camilan dan Kimmy merasa sangat bahagia mendapat kebaikan hati dari anak-anak lain. Timbul perasaan dipedulikan dan dia suka itu.

Dinan mengambil ponselnya lagi. "Kamu bisa siapkan formulir pendaftaran Kimmy?"

"Oh, hebat. Aku bakal belanja push-up bra dan Spanx dengan sukacita." Suara bahagia Velia kentara. Tanpa bertatap muka, Dinan bisa membayangkan senyum menghiasi wajah perempuan yang seumurannya itu.

"One condition, Vel."

"Apa itu?"

"Let me pay for the bra and Spanx," bisik Dinan setelah Kimmy kembali sibuk mengurus tas mungilnya, memasukan kotak makan ke dalam dan beberapa mainan serangga.

"What?"

"Take it and I sign the formulir." Dinan tersenyum nakal dan hanya dia yang tahu itu. Kimmy sibuk pada urusannya dan Velia berada jauh entah di mana.

"Hard to believe ya, mas. Tapi aku ambil penawaran kamu asal Kimmy mendaftar dan Bu Tiara nggak maksa aku aneh-aneh."

"Senang bekerja sama," kata Dinan sebelum mengakhiri hubungan teleponnya. Malam ini dia ingin mengorek lebih banyak soal sekolah Kimmy.

###

20/11/2020

Republish niiii...

Aku udah pasang tag di blurb kalo cerita ini cerita bayi gendut. It supposed to be a children story, you still read it though. Pesona kimdut martabak manis SCBD emang susah ditolak *uuuups, keceplosan 🤭 harusnya aku ga biarin pembaca baru jadi tahu sesuatu tentang kimdut nii

A Note of KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang