NoK 7

13.1K 1.8K 92
                                    

"Pewnah. Papa use card baju aku beli," cerita Kimmy berantakan.

Sandra dan Arsee yang menggandeng tangan Kimmy kiri-kanan hanya bisa melempar senyum maklum. Ya, maklum Kimmy baru pindah ke Jakarta. Maklum dia mengalami kagok bahasa. Maklum kalau anak ini mulai senang berceloteh saat tidak ada teman-teman lain.

Arsee melepas gandengannya pada Kimmy untuk mengambil satu troli. Yadi datang tepat ketika mereka baru berjarak semeter dari pintu masuk supermarket. Dengan sopan Yadi menawarkan diri mendorong troli dan Arsee sukacita menerima tawaran meringankan kerjanya.

"Kita ke bagian sayuran," ajak Sandra yang memegang kertas catatan belanja yang mereka butuhkan.

"Aku biscuit, candy, wafer, chocolate, chips..."

"Stop, Kim. Itu buat siapa jajanan kamu?" Arsee bingung dengan daftar camilan yang Kimmy sebut.

"Buat aku. Papa no shopping. Aku mau shopping. Kulkas aku kosong," jawab Kimmy bersemangat.

Yadi mengulas senyum tidak enak. Anak bosnya memang pintar berbicara walau agak berantakan. Dan dia merasa tidak nyaman melihat kedua guru perempuan itu memaksakan senyuman.

"Miss belanja saja. Kalo Kimkim ada butuh beli sesuatu, papanya sudah kasih saya kartu buat bayar belanjaan Kimkim," kata Yadi berupaya mengurangi ketidaknyamanan.

"Oh, begitu ya, pak. Kalo gitu saya yang temani Kimkim," kata Sandra. "Bisa minta tolong Pak Yadi temani Miss Arsee mengambil sayuran yang kami perlu di sana?"

Arsee dan Yadi tidak paham maksud Sandra. Dahi mereka berdua mengerut.

"Saya akan temani Kimkim belanja kebutuhan kulkasnya dan nanti kami susul Pak Yadi dan Miss Arsee. Oke?" Sandra mengacungkan ibu jarinya dan tersenyum lebar.

Arsee yang pertama mengiyakan dan mengajak Yadi menuju area sayuran. Tinggal Sandra dan Kimmy yang masih diam menatap punggung kedua orang dewasa itu menjauh.

"So, Kim, what do you have to buy?" Tanya Sandra.

Tidak perlu waktu lama, Kimmy melepas pegangan tangan Sandra. Dia berjalan duluan menuju rak camilan. Kurang dari sepuluh detik, kedua tangannya penuh memeluk beragam makanan ringan.

Sandra mengulum tawanya. Dia punya murid pintar yang menyembunyikan bakatnya. Bakat belanja. Menarik, pikir Sandra.

"Sudah cukup?" Tanya Sandra.

Mata Kimmy mengerjap beberapa kali. Sandra tahu anak itu masih ingin mengambil camilan lain tapi tangannya sudah penuh. Pandangan Kimmy masih melirik pada deretan rak yang belum dia ambil camilannya.

"I have no more space here," kata Kimmy menunjukan pelukan tangannya yang penuh berisi makanan kecil.

"Miss Sandra rasa, perut kamu juga tidak punya cukup ruang untuk menampung semua makanan itu," kata Sandra. Satu ucapan yang akan dia sesali kelak begitu tahu seberapa besar porsi makan Kimmy.

Kimmy diam, menatap jejalan makanan yang dipeluknya. Dia masih ingin lagi tapi dia tidak bisa mengambil lebih. Secara kebetulan seorang ibu menenteng keranjang belanja. Kimmy memeperhatikan bagaimana keranjang itu membantu si ibu menyimpan belanjaan. Papanya pernah menggunakan keranjang serupa saat mereka masih tinggal bersama Ana.

"Miss San, wait here!" Kata Kimmy. Dia membuang camilan di tangannya ke lantai di depan Sandra. Dia pergi berbelok di ujung lorong rak camilan dan kembali beberapa detik kemudian bersama keranjang yang kesulitan dia bawa. Sandra menutup mulutnya dengan tangan menyaksikan kepintaran balita gemuk itu. Kimmy memasukan belanjaannya ke dalam keranjang lalu mendorong keranjang itu menuju bagian rak yang belum dia jamah.

***

"Kim, enough!" Sandra mencekal tangan Kimmy yang sudah akan mengambil satu pringles ukuran besar. Tidak ada ekspresi berarti keluar dari wajah Kimmy tapi sorot sedih dalam mata bulat hitamnya menyebabkan Sandra tidak nyaman. Tapi Sandra sudah membiarkannya selama kurang lebih tiga menit sejak dia mempunyai keranjang.

"Look at your back!" Sandra menunjuk ke arah belakang Kimmy. Sesaat bola mata Kimmy membesar. Keranjang belanjaannya sudah membludak, bahkan camilannya sudah banyak jatuh ke lantai.

"Who do that to me?" Seru Kimmy kesal, menduga seseorang menjatuhkan belanjaannya yang menggunung.

"No one," jawab Sandra geli. "Sudah banyak yang kamu pilih. Lain kali belanja bersama papa kamu ya."

Kimmy tidak mempedulikan ucapan Sandra, dia memunguti camilan yang jatuh, memeluk dengan satu tangan dan mendorong keranjang dengan tangan yang lain.

"I'm done, Miss San." Kimmy memamerkan bagaimana dia masih bisa mengatasi semua belanjaannya.

"Do you need my help, sweetie?" Tanya Sandra.

Kepala Kimmy sedikit menunduk, tampak seperti berpikir ulang atas tawaran gurunya. "I will give you my chips if you help me," balas Kimmy mengejutkan Sandra.

"Miss Sandra bantu Kimkim tanpa mengharapkan balasan."

"No. I am good girl, I give chips for exchange," sahut Kimmy tidak kalah mantapnya.

"Dari mana Kimkim belajar kata exchange?" Sandra merasa dia belum pernah mengajarkan kata itu pada Kimmy dan dia penasaran bagaimana gadis cilik ini leluasa menggunakan kata tersebut.

"People said so," jawab Kimmy. Yang sebenarnya Lizzy pernah berkata, "people said exchange was the way to give something to somebody and receive something in return. For example, Ana help me to wash the dishes and I make a lunch for her."

Saat itu Kimmy memang kebetulan mendengar kosakata baru dari mulut Ana yang sedang berdebat bersama papanya dan menanyakan maknanya pada Lizzy.

"She got what she need in divorce, then you stayed here with Kimmy. That's great exchange in my ears," seru Ana berapi-api saat mendengar Dinan menerima e-mail dari ibu kandung Kimmy. "But Kimmy needs to know her. She does."

Kala itu Kimmy hanya tertarik pada kata 'exchange' yang ditekankan Ana. Kata yang terdengar keren.

"Terima kasih untuk kebaikan hati kamu," kata Sandra tulus. Dia mengambil keranjang belanjaan Kimmy dan tangan lainnya menggandeng murid gemuknya menuju tempat Arsee dan Yadi berada.

Hari ini cukup observasi yang dilakukan Sandra. Dan dia menyukai kedekatan yang mereka berdua buat.

###

12/12/2020

A Note of KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang