Kimmy duduk di kasur. Pakaiannya basah dan daerah di sekitarnya kotor oleh muntah. Airmatanya mengalir pada pipinya yang memucat.
"Papa," lirih Kimmy. Tangannya terentang mengharapkan pelukan atau gendongan yang hangat.
"Mana yang sakit?" Tanya Dinan panik sambil mengangkat badan Kimmy. Dia tidak peduli jika kemejanya ikut kotor, pikirannya hanya tentang Kimmy.
"Ini, sakit." Tangan Kimmy menepuk perutnya.
Dinan menurunkan Kimmy di dekat lemari pakaian. Dengan cekatan dia mengambil baju ganti dan jaket Kimmy. "Ganti baju dulu ya," katanya lembut.
Sandra tiba saat Dinan sedang menggantikan pakaian Kimmy. "Ada apa sama Kimkim?"
"Katanya, perutnya sakit. Aku mau antar ke dokter," jawab Dinan. Dia memasukan pakaian bekas muntahan ke keranjang pakaian kotor.
"Aku ikut, mas. Kamu pasti panik kalau berdua sama Kimmy aja."
Dinan melirik Sandra. Seandainya Sandra tahu, Dinan sudah biasa menghadapi masalah kesehatan Kimmy seorang diri sejak Kimmy masih bayi enam bulan. Tidak buruk juga menerima tawaran Sandra, mungkin benar dia panik dan butuh somebody stand by him.
Mereka berkendara menuju rumah sakit di daerah Karet. Kebetulan ada dokter anak yang masih praktik di jam kunjungan mereka.
"Ada riwayat alergi obat?" Tanya Dokter Pratiwi yang baru saja memeriksa Kimmy.
"Nggak ada, dok," jawab Dinan. Dia mengangkat Kimmy dalam gendongannya.
Dokter Pratiwi sudah memberikan diagnosis bahwa Kimmy mengalami infeksi saluran pencernaan. Infeksi ini tidak selalu karena makanan yang dikonsumsi, bisa juga karena virus dan bakteri yang menyebar dari penderita lain melalui muntah dan diare. Sebagai bentuk antisipasi, Dinan menginapkan Kimmy di rumah sakit. Melihat intensitas muntah dan diarenya yang meningkat. Selain itu, bayi gemuknya sama sekali tidak minat makan dan minum. Jujur, ini kali pertama Kimmy menolak something yummy for her tummy.
"Kata dokter, Kimkim boleh dibawa pulang, mas." Sandra bingung pada keputusan Dinan yang menginapkan Kimmy di rumah sakit.
"Kalau Kimmy pulang, siapa yang mau jaga dia? Di sini ada perawat dan dokter standby. Saya khawatir dia mengalami dehidrasi. Kita tunggu sampai infusnya habis," sahut Dinan. Tinggal sendirian, dia punya ketakutan salah mengambil langkah pengobatan jika sakit Kimmy bertambah parah.
"Oke," desis Sandra, mencoba memahami concern Dinan. Mereka duduk bersisian di kursi tunggu depan kamar Kimmy. Sejak tadi, mereka bolak-balik menggantikan popok dan pakaian Kimmy. Bayi gemuk itu sesekali menangis, bahkan tadi dia meminta maaf sudah mengotori bajunya. Betapa manis pemikiran gembil satu itu.
"Mau saya antar pulang, San?"
Sandra menengok jam digital pada ponselnya. Bola matanya nyaris melompat keluar mendapati angka yang tertera di situ. Oh my my, jam sepuluh belum balik? Bisa digorok bapak dan ibu!
"Nggak usah, mas. Aku temani mas di sini," kata Sandra dengan isi pikiran ketar-ketir hingga sebuah ide terlintas. "Aku pamit ke restroom ya."
Dinan mengangguk. Dalam hati bersyukur ada seseorang yang berada di sisinya. Seorang pasangan. Dan paling penting, memahami Kimmy. Matanya melirik pintu ruang rawat Kimmy, menimang bagaimana bisa Kimmy terserang penyakit itu.
******
Sandra masuk ke dalam restroom wanita. Nama pertama yang melintas ketika membuka daftar kontak adalah Elfin. Biar sableng dan ceplas-ceplos, Elfin paling punya alibi untuk memberi alasan kepergiannya semalaman. Elfin dan kost, perfecta!
"Halo, Fin. Bantu gue," serbu Sandra saat panggilannya diangkat.
"Woi, santai. Ngomong pelan-pelan, ada apa?" Sahut Elfin. Dia tidak terpengaruh keterburuan Sandra.
"Apapun alasan mau lo buat, yakinkan nyokap gue kalo gue nginap di kostan lo. Oke? Oke kan? Oke ya? Bye!" Selesai satu tugas mempertahankan stabilitas rumah tangga Pak Mujid, pikirnya. Dia berjalan lambat-lambat, merasakan nyeri yang menyakitkan pada mata kakinya. Dia tidak akan menambah kekhawatiran Mas Di dengan rengekan keseleo.
Dinan menyambut Sandra dengan senyuman lembut di dalam kamar rawat Kimmy. "Saya tadi pesan makanan via gojek. Makan dulu ya?" Kata Dinan begitu Sandra duduk di kursi sebelahnya. Kimmy tidur nyenyak. Selang infus tertancap pada lengan kirinya. Menurut Dinan, tangan kiri paling jarang dipakai gerak oleh Kimmy saat tidur sehingga dipilihlah lengan itu untuk dipasangi infus.
"Makan." Dinan menyerahkan kotak makan berlabel ayam siap saji. Sandra terima sukacita. Kakinya masih ngilu setiap dipakai bergerak. "Kaki kamu masih sakit?"
"Hah?"
"Kaki kamu," ulang Dinan seolah Sandra tidak paham bahasa Indonesia.
"Oh, ini." Sandra melirik kakinya yang keseleo. "Nanti juga baikan."
"Saya nggak tahu caranya memijat. Apa ini bisa membantu?" Dinan dengan polosnya menyerahkan sebungkus koyo.
Hal yang sederhana, sangat murahan. Namun bagi Sandra, luar biasa. Pertanyaan-pertanyaan berkumpul dalam kepalanya. Bagaimana bisa? Kapan tahu? Beli dimana? Yang Sandra nikmati hanya satu, jantungnya berdetak untuk seorang pria. Kegiatan yang sudah nyaris dilupakan organnya itu, terpengaruh oleh pria. Susah sekali menahan cengiran bodoh dan panas di pipi saat kulitnya tanpa sengaja menyentuh Dinan untuk menerima sebungkus koyo.
"Fried chicken," lirih Kimmy yang membuyarkan suasana syahdu di antara Dinan dan Sandra.
"Yes, my girl," sahut Dinan cepat.
"Fried chicken," ulang Kimmy lebih keras.
"Kimmy mau fried chicken?" Dinan mengambil kotak ayam crispy yang ada di bufet samping bangkar.
"Perut aku sick," keluh Kimmy. Dia berusaha bangun duduk dan mengambil alih kotak ayam crispy di tangan papanya. "I need food, papa." Lalu Sandra dan Dinan termangu. Pasien sakit perut mereka makan dengan lahap ayam crispy. Gerakan Kimmy lemah tapi dia berhasil menandaskan satu potong ayam.
"Tadi kamu nggak mau makan," kata Sandra. Hatinya penuh syukur nafsu makan Kimmy kembali. Dalam beberapa detik kemudian, Kimmy berdiri. Wajah nelangsanya mengarah pada Dinan.
"Ada apa?"
"Poo, papa," bisik Kimmy malu-malu.
Ya, pasien mereka belum benar-benar sembuh. Semalaman, Kimmy diare. Meski muntahnya sudah jarang, dia kesulitan tidur karena tidak berhenti buang-buang air.
"My bumbum sick, papa," keluh Kimmy. Dia tidur tengkurap dengan pantat yang mencuat minta dielus-elus papanya.
"Get well soon, deary," bisik Dinan, mengantar Kimmy tidur. Sandra iba melihat murid gemuknya yang doyan makan diare dan muntah.
"Cepat sembuh, sayang."
###
Apakah kalian nungguin aku? 🤔
Ato nungguin Kimkim? 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
A Note of Kim
Ficción GeneralRATE +5 Tokoh utamanya bayi gendut. Jangan baca kalo gak mau obesitas!! Dinan kembali pulang ke Jakarta setelah sembilan tahun bertahan di NY. Bersama balita gemuknya, duda muda ini berharap dapat memperbaiki hubungan dengan orangtuanya yang sempat...