Klik bintangnya doooong ⭐⭐⭐⭐⭐
"Kim, udah malam. Ayo bobo!" Ana membaringkan kepalanya pada bantal. Aroma shampo Dinan menguar pada sarung bantal. Ya, dia memang merebahkan dirinya di atas kasur Dinan dan bantal Dinan -juga.
Kimmy masih duduk. Tangannya membenahi selimut untuk membungkus badan Ana. "Ana bobok!" Kata Kimmy sambil menepuk tangannya pada bagian dada Ana.
"Salah, Kim. Kalo mau empok-empok tuh di pantat. Empok-empok on my bumbum. Yang ini bumbum." Ana menunggingkan bokongnya dan mempraktekan cara menepuk. Mulut Kimmy menganga takjub, dia menganggukan kepalanya bersemangat.
"Ana bobok. Aku em.pok.em.pok." Kimmy berusaha melafalkan kata unik itu. Bukan kali ini dia mendengarnya namun lidahnya masih asing menyebut kegiatan menyenangkan saat seseorang menepuk bokongmu berulang kali hingga kau terlelap. Kimmy menyukai kegiatan itu.
"Masak aku yang diempok-empok. Kimmy yang harus tidur. Buruan tiduran, nggak capek apa main di taman tadi?" Ana menarik bahu gemuk keponakannya agar turut berbaring di sisinya.
"Aku tired. Ana tired."
Bukannya percaya, Ana malah memicingkan matanya. "Masak capek? Tadi yang bobo di taman siapa?"
"Ana bobo di taman," sahut Kimmy pelan-pelan menyusun kalimatnya.
Jawaban Kimmy menyentil Ana. Memang dia yang tadi berniat tidur siang di taman. Siapa yang menyangka, dia yang ingin bermalas-malasan malah menghabiskan tenaga dengan berputar-putar mencari keponakan gemuk yang tahu-tahu tidur di tempatnya berbaring.
"Kapan-kapan jangan tidur sembarang tempat. Kalo kamu dikira sampah terus diangkut sama petugas kebersihan dan dibuang ke garbage truck, gimana? Kamu mau?" Cerocos Ana.
"Garbage truck?" Mata Kimmy membesar dan Ana menyukai respon Kimmy. Dia berpikir berhasil mengerjai Kimmy. "Aku mau garbage truck!!" Seru Kimmy sambil mengepalkan tangannya memukul ke udara.
Giliran Ana menganga takjub. Tidak habis pikir isi batok kepala bayi gemuk satu ini. Pintar cenderung unik dan tidak terprediksi. Ana menggeleng, Dinan punya homework ngasuh bayi absurd begini.
Sejam yang dilewati dengan celotehan Kimmy, Ana berhasil membuat bayi abangnya tertidur. Pelan-pelan dia turun kasur. Sebelum keluar kamar, dia membenahi selimut yang membungkus keponakannya.
Ana tidak perlu mengecup kening Kimmy untuk mengucapkan sayang. Satu usapan lembut di kepala dan doa pengantar tidur, itu pembuktian Ana mencintai keponakannya. Dia bukan seorang yang berkeliaran dengan tangan terentang siap sedia memeluk Kimmy tapi Ana tahu Kimmy mencintainya juga. Dan itu cukup menguatkan alasannya berjuang agar si bayi gemuk bisa hidup lebih baik.
"Kenapa tadi telepon?" Pertanyaan yang langsung diajukan Dinan begitu masuk ke dalam flat.
"Kimmy hilang," jawab Ana tanpa dosa.
"Apa?"
"I called you hundreds times. Tapi kerjaan lo kayaknya nggak memungkinkan gue ganggu."
"Ana please stop sarkas ya. Gimana kondisi Kimmy?"
"She's fine."
"Benar?"
"Periksa sendiri sana."
"Ana," geram Dinan sudah tidak tahan melihat tingkah adiknya yang mengesalkan.
"Gue mau kita balik ke Jakarta. Coba dulu. Kalo gue bukan alasan lo mau balik, demi Kimmy please," lirih Ana sebelum Dinan benar-benar meninggalkan dia sendirian di ruang tamu.
Dinan menghirup udara banyak. Memenuhi seluruh rongga dadanya dengan oksigen. Paru-parunya terasa sesak akan ucapan Ana dan sebanyak apapun oksigen yang dia serap belum juga melenyapkan sesak di dadanya.
Tangannya meraih kenop pintu lalu memutarnya. Penglihatannya langsung terpuaskan oleh pemandangan Puteri kecilnya yang tertidur pulas.
"Di Jakarta, bakal ada lebih banyak orang yang bisa bantu lo jaga Kimmy. Trust me, Din, Kimmy bisa dapat pengalaman keluarga lebih baik daripada di sini," kata Ana yang tahu-tahu sudah berdiri di belakangnya.
"Kembali ke Jakarta dan-" ada gumpalan mencekat leher Dinan. Berat untuk dilontarkan dan menguak luka lamanya.
"Gue tahu lo berat kasih izin perempuan itu dekat dengan Kimmy but Kimmy needs to know her mom whatever the reason she can't. Gue mungkin nggak bisa memposisikan diri gue di tempat lo tapi kita tahu rasanya gimana saat mama bawa kita pindah ke Australia dan jauh dari ayah. Apa lo mau mengulang pengalaman kita ke anak lo?" Ana membersit hidungnya dan mengusap kasar pipinya yang sudah basah air mata. "Kita masih cukup beruntung karena mama dan ayah nggak pernah bercerai tapi Kimmy, Din..."
Tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari Ana kecuali isakan yang semakin nyaring. Dinan merengkuh adik perempuannya ke dalam pelukan. Menepuk lembut punggung Ana hingga napasnya kembali teratur.
"Gue takut kehilangan Kimmy," bisik Dinan dalam nada lirih yang terdengar menyayat telinga Ana.
Ana merenggangkan pelukan mereka. Kepalanya menggeleng kuat agar Dinan paham dia tidak setuju atas ucapannya barusan.
"Kimmy masih kecil tapi dia nggak bego buat tahu siapa yang sincere sayang sama dia. And she knows, you're the one she has." Ana merangkum wajah Dinan yang pias. Lalu mengecup pipi kanan Dinan bertepatan air mata menetes dari kedua mata kakaknya.
"Gue bakal ada buat lo dan Kimmy. Gue janji," kata Ana penuh ketetapan hati.
Baru kali ini Dinan melihat sisi lemah Ana. Bahkan sewaktu dia, Ana, dan mamanya pindah ke Australia karena pertengkaran hebat kedua orangtua mereka, Ana tidak pernah menunjukkan perasaan sedih dan terluka. Atau adiknya yang terlalu pintar menyembunyikan kesedihannya.
"Terima kasih," desis Dinan. Kemudian dia melepas pelukannya dan masuk ke dalam kamar.
Ana masih dia menatap pintu kamar Dinan yang sudah tertutup sempurna. Sudah berkali-kali dia berusaha meyakinkan Dinan untuk pulang ke Jakarta. Namun kembali Dinan memilih diam.
Me:
Apa abang gue dibuat dari es di kutub? Apapun alasan yang gw angkat, dia tetap gak mau balik. Gw frustasi di sini!!NovanAndityo:
Dia bakal pulang. Gue percaya Herdiana kesayangan gue pasti berhasil bujuk Dinan. Tinggal kita berdoa.Me:
Gw kangen Dinan yg duluNovanAndityo:
Me too.###
08/10/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
A Note of Kim
General FictionRATE +5 Tokoh utamanya bayi gendut. Jangan baca kalo gak mau obesitas!! Dinan kembali pulang ke Jakarta setelah sembilan tahun bertahan di NY. Bersama balita gemuknya, duda muda ini berharap dapat memperbaiki hubungan dengan orangtuanya yang sempat...