NoK 6 dalam;
Biskuit dan Kotak MakanDinan masuk ke dalam mobil yang tiba di lobi kantor. Matanya bertemu tatapan ramah sopir pribadinya melalui spion tengah.
"Bagaimana sekolah Kimmy hari ini?" Dinan sudah tidak sabar mengetahui kisah puterinya yang mengikuti trial di sekolah milik tantenya.
Tante Tiara tiada henti memaksa Dinan mendaftarkan Kimmy masuk sekolah miliknya. Demi menghormati keinginan sang tante, Dinan mengirim Kimmy trial sekolah selama satu hari. Daftar atau tidak, semua bergantung pada keputusan anaknya. Tidak akan ada pemaksaan, itu yang ditekankan Dinan saat menerima tawaran tante Tiara.
"Saya ndak tahu, pak. Tadi Kimmy diam saja," jawab Pak Yadi mulai memanuver mobil menyatu dalam keramaian lalu lintas.
Pengalaman pertama Kimmy bersekolah, Dinan berharap ada kisah menyenangkan yang menyambutnya di sana. Ya, semoga saja. Ini akan menjadi kali pertama Kimmy masuk sekolah normal. Semasa tinggal di Amerika, sesekali Dinan memang menitipkan Kimmy ke daycare karena Lizzy berhalangan kerja. Namun sejak Ana memilih tinggal bersamanya setahun belakangan, ketiadaan Lizzy akan digantikan Ana.
Mungkin dia ayah yang tampak tidak peduli, hari percobaan sekolah Dinan tidak mendampingi. Kimmy mungkin merasa takut dan gugup berada di lingkungan baru, ditambah minimnya waktu sosialisasi Kimmy selama di Amerika, Dinan tidak menampik bila puterinya mungkin tidak kerasan di sekolah. Mau bagaimana lagi, dia baru bekerja dan sebagai karyawan baru ada banyak tanggung jawab yang harus dia utamakan.
Kepercayaannya menjaga Kimmy sepenuhnya dia limpahkan pada Velia, perempuan yang sedang dekat dengan Novan dan kepala sekolah di sekolah Tante Tiara.
Pengasuh Kimmy yang bernama Narti duduk di lantai dekat meja rias. Wajahnya letih dan tidak bergairah menanggapi Kimmy yang sibuk menata sesuatu ke dalam kotak makan. Saat Dinan masuk ke kamar puterinya, Narti tersenyum lega. Tugasnya hari ini menjaga Kimmy sudah selesai, dia sudah bisa pulang. Memang jam kerja Narti dimulai dari jam tujuh sampai jam lima, kadang-kadang lebih dari itu. Dia baru bisa pulang kalau bosnya sudah pulang. Berbeda dengan Murni yang bertugas masak dan bersih-bersih, tidak ada kewajiban lembur.
"Terima kasih ya, Nar. Kamu sudah boleh pulang," kata Dinan.
Narti segera mengangguk dan mengucapkan salam. Dia sebenarnya suka berlama-lama menatap wajah bos barunya yang tampan dan wangi, hanya saja buat apa berlama-lama jika itu sama dengan berlama-lama mengasuh Kimmy yang sukar diatur dan tidak jelas berbicara.
"So how's your day in school?" Dinan menarik perhatian Kimmy dengan ikut duduk di tepi kasur puterinya.
Agak sedikit telat membiarkan Kimmy memiliki kamar menurut Dinan. Kebanyakan anak-anak temannya di NY sudah membiarkan bayi mereka tidur di kamar sendiri. Baru sekarang, di negaranya, Dinan mencoba membiarkan Kimmy memiliki kamar dan tidur sendiri. Walau belum berhasil, dia tidak memaksakan balitanya tidur di kamar ini sepanjang malam. Jika Kimmy terbangun tengah malam, pintu kamar Dinan selalu terbuka untuk dimasuki puterinya.
"Pa, I bump Miss San," kata Kimmy menghentikan kegiatan membuka camilan biskuit alfabet ke dalam kotak makan. Dinan memicing tidak mengerti akan kelakuan Kimmy memindahkan biskuit-biskuit itu.
"How could you do that?" Dinan menepikan sesaat rasa penasarannya pada kotak makan di meja rias mini.
"I push the door, papa."
"You pushed the door then..." Dinan kepalang penasaran perbuatan apa yang dilakukan Kimmy pada gurunya.
Dinan mulai bisa menebak sedikit saat Kimmy menyentuh pipi kirinya dan berkata, "AUW, it's hurt!"
"She got bruises," gumam Dinan. Ponsel di saku celananya keluar, sejenak dia ragu menekan tombol panggil pada kontak bernama 'Velia'.
Detik berikutnya Kimmy melanjutkan ceritanya, "Miss San cheek red, papa."
"I needa call her," gumam Dinan memantapkan hatinya menghubungi Velia. Pada dering kedua, panggilannya diangkat.
"Halo, Mas Dinan," sapa orang di seberang telepon. Dinan berani sumpah ini kali pertamanya menelepon Velia, bagaimana bisa Velia mengenali nomor yang baru saja dipasang pada ponselnya satu dua minggu ini?
"Hai, Vel." Dinan paham pentingnya basa-basi tapi kondisinya agak mendesak dan dia sangat tidak nyaman mengulur-ulur maksud tujuannya. "Apa Miss San mengalami kecelakaan sewaktu Kimmy trial?"
"Miss San?" Velia ketara sekali kebingungan. "Oh Miss Sandra, I see. Aku dengar pipinya memerah karena kena pintu yang didorong murid tadi pagi."
Alis Dinan mengerut. Rasanya agak ganjil jika sesama perempuan tidak membesarkan kecelakaan kecil yang diterima. Kecuali guru Kimmy bukan perempuan dalam bayangannya.
"Apa ini ada kaitannya dengan Kimmy?" Pertanyaan Velia menyadarkan Dinan dari lamunannya. Dia melirik Kimmy yang antusias menungguinya berteleponan. Kedua mata balita itu mengerjap penuh binar, entah apa yang menggelayuti khayalannya. Dinan hanya tahu Kimmy mungkin menebak telepon ini akan berakhir dengan Kimmy bisa menyapa seseorang di seberang sana.
"Kimmy cerita dia dorong pintu jadi..." Dinan tersenyum membalas cengiran puterinya. "Mungkin aku bisa mengucap maaf atas perbuatannya."
"Cukup daftarkan Kimmy di sini dan kamu mendapat kata maaf. Sandra bukan cewek yang mempedulikan satu dua hal remeh. Dia lebih suka membahas challenge-ku."
"Challenge?" Muncul ketertarikan dalam pembicaraan Velia.
###
19/11/2020 Republish
Kumenunggu... kumenunggu si Kimkim update lageeee...
😙 Kalian simpan cerita ini karena pengen baca kelucuan Kimkim ato kenal Papa Di ato karena kena pelet Miss Bek?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Note of Kim
Genel KurguRATE +5 Tokoh utamanya bayi gendut. Jangan baca kalo gak mau obesitas!! Dinan kembali pulang ke Jakarta setelah sembilan tahun bertahan di NY. Bersama balita gemuknya, duda muda ini berharap dapat memperbaiki hubungan dengan orangtuanya yang sempat...