Hai kalian akan membaca The Dark!.
.
Hari ini semua anggota The Dark berkumpul di Markas mereka. Mereka benar-benar melakukan kerjasama dalam merenovasi, dan memperbaiki Markas. Saling bergotong-royong.
"Astaga gue enggak nyangka kalau sama-sama gini, enggak kerasa capeknya." Ethan berucap, lalu mengambil botol minum yang memang disediakan untuk mereka. Ia meminumnya sampai tandas, lalu tersenyum puas begitu menatap hasil kerjasama mereka yang begitu memuaskan.
"Setiap kerjaan kalau ikhlas, emang enggak akan buat capek." Benny menyahut, salah-satu anggota The Dark itu juga terlihat begitu bangga melihat hasil kerjasama mereka.
"Bicara tentang rumor, emang bener ya, ni Markas kita dibakar?" tanya Elang ikut nimbrung dengan mendekati mereka.
"Iya. Kabarnya sahabatnya Geon itu, si Arion." Jemmy menjawab, dia juga adalah salah-satu anggota The Dark.
"Arion? Anak SMA Cempaka itu? Anaknya sering ikut balapan, kan?" tebak Rangga. Rangga adalah anggota inti The Dark angkatan 6, yang sebentar lagi akan lulus SMA, alias anggota seangkatan dengan Gaelin, yang merupakan senior mereka.
"Dari mana Abang tau?" tanya Ethan.
"Taulah. Orang dia juga suka ikut balapan," sahut Andra.
Rangga yang mendengar hanya tertawa. Begitu juga dengan Ethan, yang langsung menepuk keningnya. "Gue lupa astaga. Padahal sering lihat bang Rangga waktu balapan," ucap Ethan.
"Lo pikun sih," celutuk Alden. Ethan refleks langsung menjitak kepala Alden, yang memang berdiri disebelahnya.
"Gaelin kemarin marah-marah sama Geon, karena Geon terkesan terlalu belain Arion itu." Gavin menjelaskan, lalu matanya melirik kearah dimana Gaelin dan Geon yang tengah saling berbicara.
"Gue kalau jadi Geon, bakal baku hantam itu sama Arion." Benny berucap, yang langsung disetujui oleh mereka yang ada disana.
"Kita tunggu aja gimana Geon nanti cari bukti, kalau emang Arion itu enggak bersalah. Kalau gue yakin Geon itu bisa buktiin omongannya." Rangga berucap dengan begitu yakin.
"Emang. Tapi wajar aja kemarin banyak anggota lainnya yang protes sama Geon. Orang Geon terlalu baik sama Arion." Ethan berucap, dengan kekesalan yang begitu terlihat jelas diwajahnya.
"Tunggu aja tinggal tiga hari lagi, waktu buat Geon cari tau tentang siapa yang sebenarnya ada di rekaman CCTV. Lagian cuman satu orang, kan yang sengaja bakar Markas kita." Elang ikut memberikan pendapatnya.
"Gue enggak sabar, misalnya Geon enggak bisa buktiin kalau Arion yang enggak bersalah. Geon bakal dapat konsekuensi apa?" Alden berbicara, dengan nada yang begitu serius. Pemuda itu menatap memicing pada Geon dan Gaelin, yang sedang menjadi pusat pembicaraan, dan perhatian mereka sekarang.
"Sama. Nanti bang Gaelin bakal lakuin apa ke Geon, ditinju atau baku hantam gitu?" tanya Elang.
Albern yang sedari tadi menyimak, tertawa pelan mendengar opini dari Elang dan kembarannya. "Bang Gaelin enggak bakal gitu, paling Geon nanti dikasih perhitungan, yang enggak kalian duga kalau misalnya bener-bener kejadian Geon salah." Jelasnya.
"Lo cenayang atau apa, si bang? Kenapa setiap tebakan lo selalu bener?" Alden beralih menatap kembarannya, yang selalu terlihat begitu keren menurutnya. Berbanding terbalik dengan dirinya yang malah susah sekali untuk terlihat begitu, apalagi untuk menjadi pria yang cuek. Sungguh Alden tidak bisa menjadi cuek.
"Nebak-nebak aja."
"Nebak-nebak tapi selalu bener," ucap Elang.
"Gue pengen deh jadi Albern!" seru Elang tiba-tiba.
Rangga yang berada disampingnya tertawa, lalu menepuk pundak adik kelasnya tersebut. "Jadi diri sendiri aja lo," ucapnya.
"Males bang jadi diri sendiri. Pengen jadi Albern aja," ucap Elang. Pemuda itu berdiri lalu berjalan menuju Albern, berdiri disampingnya. "Gimana udah sama belum?" tanya Elang. Bahkan, Elang menirukan gaya Albern yang tengah memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
"Gausah disama-samain. Jelas-jelas beda gitu. Albern mah keren, gak kayak lo," ketus Ethan.
Alden juga ikut mengambil posisi disamping Albern, keduanya benar-benar mirip di wajah. Namun, untuk hal lain semuanya berbeda. "Sama kayak gue, iya enggak, Than?" tanyanya.
"Mirip muka doang. Lainnya beda. Kalau bukan karena muka sama, enggak mungkin kalian dikira kembar." Ethan menjelaskan dengan jujur. Keduanya memang mirip di wajah saja, untuk hal lain berbeda. Albern cendrung pendiam, sedangkan Alden pecicilan dan tak bisa diam. Albern begitu rajin, sedangkan Alden sebaliknya. Mereka benar-benar berkebalikan semuanya dalam hal sikap, dan perilaku.
.
Calista berjalan dengan lambat, menghampiri seorang gadis yang duduk membelakangi dirinya menatap pesisir pantai di sore hari. Calista menoleh kebelakang, dimana ada Nara, Sherin dan Allea disana tersenyum menatap pada Calista dengan menganggukkan kepala.
Calista berdiri dibelakang Alice, yang juga tengah diam, atau mungkin bahkan tak menyadari kehadirannya sekarang ini.
"Alice!" panggil Calista pelan dan lirih. Namun, membuat gadis yang dipanggil namanya itu menoleh menatap padanya.
Calista ikut duduk, lalu langsung memeluk Alice. "Maaf. Gue minta maaf."
Calista menangis, begitu juga dengan Alice. Keduanya larut dalam tangisan, dengan posisi saling memeluk. Sampai akhirnya Alice melepaskan pelukan keduanya, dan berucap, "Gue juga minta maaf, kalau selama ini gue terlalu menutup diri."
Calista menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak. Ini salah aku yang maksa, buat ikut campur dalam urusan kamu." Keduanya saling berpandangan, sebelum akhirnya kembali saling memeluk lagi.
"Sekarang udah baikan dong!" seru Sherin senang. Gadis berambut sebahu itu, ikut memeluk keduanya diikuti oleh Nara, dan Allea yang melakukan hal sama.
Pada dasarnya memang tidak semua persahabatan itu, akan indah. Selalu ada lika-liku. Tapi dengan adanya lika-liku itu, seharusnya dijadikan pelajaran, bukan malah saling menjauhi. Enggak setiap orang akan sejalan pemikirannya sama kita, begitu juga dengan sebaliknya.
•••
Sampai jumpa di Chapter selanjutnya. Salah dari author. Jangan lupa untuk jaga, kesehatan dan bahagia semuanya. Bye-bye.
2maret2022
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK [ End ]
Teen FictionThe Dark Revisi start 15 Februari 2022 Finished 15 Mei 2022