|| 18. Their story and their vengeful past

1.2K 118 8
                                    

Hai kalian akan membaca The Dark!

.

.

"Suka banget kalo pelukan gini, Ra. Ilang deh sakitnya gue." - Geon

..

Allea dan Nara, berlari dilorong rumah sakit. Kedua gadis itu sama-sama terlihat begitu khawatir. Sampai akhirnya di depan sebuah ruangan, keduanya bergeming di depan pintu. Apalagi melihat seorang pria dengan pakaian serba hitam, yang tengah menatap kedalam lewat jendela kaca, tempat dimana Geon dirawat. Geon dirawat dirumah sakit, karena kabarnya ketika The Dark ke markas. Ada kejadian tak terduga terjadi, yang membuatnya dirawat dirumah sakit.

"Arion," lirih Allea. Pemuda dengan pakaian serba hitam itu menoleh, terlihat terkejut saat melihat gadis yang memanggilnya tadi.

Nara yang memperhatikan keduanya hanya diam. Namun, dengan jelas Nara dapat melihat, dari bagaimana tatapan keduanya yang seolah saling merindukan.

Pemuda berpakaian serba hitam itu, langsung berbalik dan pergi. Sehingga Allea ikut mengejarnya. Sebelum pergi, Allea menitipkan pesan pada Nara. "Kamu jenguk Geon dulu. Aku ada urusan sebentar."

Allea pergi, setelah Nara mengangguk. Allea mengejar pria itu. Nara hanya memperhatikan, sampai akhirnya Allea hilang dari pandangannya.

Nara menarik nafasnya panjang, sebelum akhirnya memasuki ruang rawat Geon. Gadis itu masuk, lalu menatap Geon khawatir saat melihat tangan pemuda itu, yang diperban.

Geon terlelap tidur. Sedangkan teman-teman Geon, yang berada disana menemani Geon langsung berdiri saat melihat kehadiran Nara.

"Eh, ada Bu bos!" sapa Alden. "Pak bosnya lagi tidur, Bu bos," ucapnya.

Nara tersenyum canggung pada Alden. Ia tidak terlalu pandai merespon candaan dari pria.

Gaelin, seniornya yang juga ada disana, seolah mengerti dengan kecanggungan Nara, langsung mencoba mencairkan suasana. "Ra, kita semua keluar dulu, ya. Cari makan. Lo jaga Geon aja," ucapnya. Setelah mengatakan hal itu, Gaelin mengajak teman-temannya yang ada disana untuk keluar, memberi ruang untuk Nara dan Geon.

Sekarang benar-benar tinggal, Geon dan Nara yang berada di ruangan ini. Nara menghampiri Geon yang tengah terbaring. Ia duduk di kursi yang berada, tepat di samping brankar tempat Geon terbaring.

Nara memandang Geon sendu. Dulu, dia tak bisa melihat Geon sedekat ini. Hanya dari jauh, mengangumi dari kejauhan. Bermimpi dapat melihat Geon dari jarak dekat. Sekarang, mimpi itu benar-benar nyata.

Nara mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. Entah kenapa, dirinya begitu sensitif begini terhadap luka fisik seseorang. Ada sebuah rasa takut dalam hatinya, saat melihat luka fisik. Takut jika sewaktu-waktu orang itu akan kesakitan, dan sebagainya.

"Kenapa pacarnya Geon nangis?" Sebuah tangan mengusap air mata Nara, membuat Nara tersentak kaget dari lamunannya. Ia memegang tangan, yang tengah mengusap air matanya.

"Geon gapapa, kan?" tanya Nara khawatir.

Geon yang baru sadar dari tidurnya, menggelengkan kepalanya. Pemuda itu mengubah posisinya dari berbaring, menjadi duduk, membuat Nara dengan sigap membantunya. "Gue gapapa, Ra."

"Gapapa, tapi diperban?!" Nara berucap dengan nada kesal, membuat Geon tersenyum karenanya.

"Khawatir?"

"Jelas," jawab Nara cepat.

Geon tersenyum karenanya. Pemuda itu menatap Nara, lalu mengusap rambut panjang kekasihnya. "Waktu ngeliat Nara, semuanya jadi baik-baik aja."

Nara tersenyum. Ada rasa hangat yang menjalar di pipinya. "Emang Geon kenapa bisa gini?" tanyanya.

Geon hanya mengangkat kedua bahunya acuh. "Luka kecil, Ra."

"Luka kecil?" Nara mengulangi ucapan Geon. "Geon lukanya sampai diperban loh, terus bilangnya luka kecil?" Nara benar-benar tak mengerti dengan Geon sekarang. Bagaimana Geon begitu terlihat baik-baik saja sekarang, seolah lukanya itu tak ada.

"Aku nanya serius Geon." Nara berucap tegas. Sehingga Geon tertawa, karena menurutnya wajah Nara yang seolah serius begitu terlihat menggemaskan olehnya.

Geon menghentikan tawanya. "Kena pisau, Ra. Ke gores dikit, ditangan sama diperut. Enggak nusuk, ke gores dikit aja." Geon menjelaskan tentang lukanya kepada Nara.

Nara yang mendengarnya, menatap Geon sendu. "Tega banget sih orang itu," lirihnya.

Geon tersenyum melihat ekspresi Nara, yang tadinya kesal berubah menjadi sedih. Begitu sangat menggemaskan dimatanya. Ada rasa bahagia dihatinya, saat diperhatikan begitu oleh Nara.

"Udah biasa. Jangan nangis," ucap Geon. Pemuda itu dengan cekatan mengusap air mata Nara, dengan kedua tangannya.

"Boleh peluk, Ra?" pinta Geon.

Nara mengangguk. Geon langsung menarik gadis itu kedalam pelukannya. "Suka banget kalo pelukan gini, Ra. Ilang deh sakitnya gue."

Nara hanya tertawa pelan, baginya ucapan Geon hanya candaan. Tapi bagi Geon, ucapannya memang benar-benar begitu adanya. Pelukan Nara benar-benar membuatnya tenang, walaupun jantungnya berdetak lebih cepat, tapi dengan Nara seolah sakit Geon tadi hilang.

.

"Arion!" Allea berlari mengejar pemuda dengan pakaian serba hitam tersebut, sampai kesamping gedung rumah sakit. Gadis itu langsung menarik tangan pemuda itu, saat jarak keduanya begitu dekat.

Pemuda itu berbalik, lalu menatap gadis dihadapannya kini. Pandangan keduanya bertemu.

Plak!

Satu tamparan mendarat tepat di pipi kiri pemuda itu. Allea menatap pemuda dihadapannya kini, dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi satu yang jelas, kekecewaan terlihat dengan jelas dimatanya.

"Satu hal yang perlu kamu tau, Arion. Kamu jahat!" ucap Allea, dengan nada yang cukup tinggi.

Allea menangis terisak, sedangkan pemuda dihadapannya hanya menatapnya dingin. Allea mencoba menetralkan emosinya, setelahnya menghapus kasar jejak air matanya. Sebelum akhirnya, kembali menatap pemuda dihadapannya.

Allea tersenyum. "Aku harap kamu enggak jahat lagi sama Geon," ucapnya. Setelah mengatakan hal itu, Allea langsung berlalu meninggalkan Arion, yang hanya bergeming menatap raga gadis itu sampai benar-benar hilang dari pandangannya.

°°°

Sampai ketemu di chapter selanjutnya. Jangan lupa untuk jaga kesehatan, dan bahagia semuanya. Bye-bye.

23feb2022

THE DARK [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang