Present 15

531 40 30
                                    

Di dalam sebuah kamar dengan penerangan yang minim, terdapat seorang wanita di sana. Dia tampak duduk di atas tempat tidurnya sambil menarik beberapa lembar tissue dari sebuah tempat. Dia menggunakannya untuk menghapus sesuatu di wajahnya. Isak tangisnya selalu dia tutupi sebisa mungkin supaya tidak terdengar oleh siapapun dari arah luar kamarnya. Pintu itu selalu tertutup rapat bahkan di kuncinya untuk menghindari siapapun untuk masuk tanpa seizinnya. 

Eomma, sampai kapan Eunji noona akan terus seperti itu?" Minki tampak berbicara pada Ibunya yang sedang sibuk di dapur. 

"Aku tidak tahu. Ini sudah hampir satu bulan sejak dia datang ke Busan. Mungkin keadaannya akan membaik besok. Apa kau bisa mengantarkan makanan ini untuknya?"

"Dia selalu menolak makan di pagi hari. Aku yakin dia pasti akan menolaknya lagi hari ini"

"Cobalah. Ketuk kamarnya dan katakan menu kesukaannya ini. Dia sudah lama tidak mencicipinya"

"Arasseo.." Lelaki itu mulai mengikuti perintah sang Ibu. Dia berjalan menuju depan pintu sebuah kamar sambil membawa nampan kecil di tangannya. 

Ketukan pelan berhasil dia lakukan. 

"Noona, tolong buka pintunya"

Tidak ada jawaban apapun dari dalam. Minki kembali mengetuknya sambil berbicara lagi. Beberapa kali dia mengulangi tindakannya itu namun tidak membuahkan hasil apapun. 

"Biar aku saja..." Ibunya mendekat dan mengambil alih nampan ke tangannya.

"Kau akan terlambat bekerja kalau terlalu lama berada di sini. Sekarang berangkatlah"

Minki pun segera meninggalkannya setelah berpamitan singkat terlebih dulu. 

Wanita tua itu menghela nafasnya sebentar sebelum membawa kembali nampan tadi ke arah dapur. Dia mulai merapihkan meja makan yang sempat digunakan anak lelakinya. Sesekali dia memikirkan sesuatu di kepalanya sampai tidak tersadar kalau ada seseorang yang berjalan ke arahnya sekarang. 

"Dimana sarapan untukku?"

Dia sempat menoleh dan mendapati kehadiran Eunji di sebelahnya. 

"Aku lapar....."

Ibunya mulai menaruh nampan berisi makanan di depannya. Dalam diam, dia menuju ke tempat pencucian piring dan melakukan tugasnya. Hanya hening yang menyelimuti mereka berdua di sana. Sesekali, Eunji melihat punggung sang Ibu yang semakin membungkuk dan mulai merasa penasaran akan sesuatu. 

"Kau tidak akan menanyakan alasanku mengurung diri di kamar sejak lama?"

Ibunya tidak menjawab. Wanita tua itu memilih untuk menyelesaikan kegiatannya terlebih dulu sebelum mengambil tempat duduk di depan sang anak. 

"Kenapa kau menanyakan hal itu?"

"Kau sepertinya tidak terganggu dengan sikapku itu dan malah bersikap biasa padaku seperti ini"

"Kau sudah bukan perempuan berusia remaja lagi, Eunji'ah. Aku tahu kau pasti merasa gugup dengan keputusan suami mu itu mengenai gugatan cerai yang kau berikan padanya"

"Gugup? Mana mungkin aku gugup?"

"Atau kau pasti hanya tidak ingin menerima kenyataan kalau nanti Chanyeol benar-benar menyetujui saranmu itu?"

Eunji mulai terdiam dan melihat ke arah sebuah gelas berisi air yang diberikan Ibunya. 

"Eunji'ah....aku tidak berharap banyak mengenai permasalahan yang sedang kalian hadapi ini tapi aku hanya ingin kalian bertahan bagaimanapun caranya. Aku akan ikut sedih kalau kau akhirnya menyesali semuanya di keesokan harinya. Kau sudah berusia 30 tahun lebih dan seharusnya bisa lebih mudah memahami karakter suami mu yang kau kenal sejak lama itu"

What Happened Between Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang