Evan turun menuju dapur. Kerongkongannya yang semula terasa kering kini ia pulihkan dengan menegak separuh air yang diambil dari dalam kulkas. Rumah Evan tampak luas dan mewah. Namun, penghuni di rumah ini hanya dirinya dan dua pembantu saja.
Evan tidak memiliki keluarga di rumah ini. Ayah dan Ibu-nya sudah berpulang ke rumah sang pencipta akibat kecelakaan yang pernah terjadi menimpanya dulu. Evan sangat terpukul. Tetapi ia masih bisa bersyukur karena Tuhan masih menyisahkan kakek dan neneknya meski mereka tinggal di tempat berbeda dan cukup jauh dari jangkauan.
Evan tak butuh pelengkap hidup. Karena bagaimanapun, hidupnya akan terus berjalan seperti ini.
Jika kakek-nya tidak menyerahkan segala tenaga kerja untuk terus mengembangkan perusahaan sang ayah sampai dirinya benar-benar siap melanjutkan, mungkin ia sudah tidur di jalan dan menjadi gelandangan.
Evan terkesiap dan buru-buru berbalik sesaat merasakan ada sesuatu yang baru saja lewat di belakangnya. Kondisi lampu yang temaram membuat mata lelaki itu memicing untuk melihat adakah seseorang di sekitarnya. Namun, saat Evan berteriak beberapa kali pun tetap tak ada yang menyahut.
Bersamaan dengan angin yang makin terembus kencang membuat bulu kuduk Evan merinding, sesosok hantu gadis kecil muncul dan langsung menarik ujung baju Ali yang sedari tadi sibuk lari ke sana kemari. Ya, bisa dikatakan bahwa Ali lah makhluk yang melintas di belakang Evan beberapa detik lalu.
"Om sedang apakah dari tadi?" tanya hantu kecil itu.
"Bikin dia merinding," balas Ali, mengupas rasa penasaran hantu yang ia lihat sedang tertawa sewaktu ditolak mentah oleh Pita untuk pulang bersama. Karena hantu kecil ini tidak terlihat jelek seperti hantu-hantu keseringannya. Alhasil Ali berkenalan dengan hantu ini—Caca—bahkan sampai sekarang belum terpisahkan.
"Apakah harus pakai lari-lari juga, Om? Apakah Om nggak sadar kalau ini, tuh, caranya nggak oke banget? Apalagi Om lari sambil goyang bokong." Caca tampak memanyunkan bibirnya merasa bosan.
Selepas ditolak Pita siang tadi, Ali berinisiatif untuk mengantar Caca ke Panti Asuhan Anak Setan yang letaknya cukup jauh dari rumah Pita. Namun begitu sampai, Caca malah menangis dan merengek ingin bersama Ali untuk beberapa jam ke depan.
"Apakah yang sedang Om lakukan sekarang?" Caca lagi-lagi melempar tanya ketika Ali tak lagi berlari dan justru meniup tengkuk Evan dari belakang.
"Ngipasin sate, Dek Apakah," jawab Ali, mencoba sabar.
Ali sebenarnya sempat protes ketika Caca memanggilnya dengan sebutan 'om' saat ia masih sangat muda. Tetapi karena Caca tetap saja nyolot dan tak mau dibantah, alhasil Ali mencoreng nama Caca menggantinya dengan sebutan 'Apakah'. Jika kalian bingung mengapa Ali menggantinya dengan julukan tersebut, kalian cukup perhatikan cara bicara Caca.
Netra coklat milik Ali jatuh pada minuman di tangan Evan yang masih sibuk mengedarkan kepala. Sepertinya Evan sudah mulai merasakan kehadirannya. Pikir Ali.
"Aduh, hausnya...." Ali mengambil minuman dari tangan Evan. Tetapi belum sempat Ali menariknya, minuman tersebut malah jatuh duluan. "Malah jatuh lagi," keluh Ali.
Saat keadaan terasa sangat sunyi ditambah aura mencekam. Evan bertambah kaget saat merasa ada yang menarik minuman di tangannya sebelum terjatuh begitu saja. Apakah benar rumahnya ini berhantu? Pertanyaan itu melayang di kepala Evan.
"Apakah itu mainan?" celetuk Caca setelah lama diam. Hantu kecil itu kemudian berjongkok untuk memunggutnya.
Tidak sadar akan kondisi dan keadaan. Evan rupanya ikut berjongkok untuk memungut minuman itu. Sehingga bokong Caca yang menungging di belakangnya berhasil menyundul bokong Evan hingga ia terjerembap dan bertumpuk dengan Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗻𝗱𝗶𝗴𝗼 𝗞𝗲𝗿𝗲𝗻 : 𝗜 ✔
Humor𝐒𝐞𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐝𝐢𝐩𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭, 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. #ODOCTheWWG #SujuX (Juara #2 ODOC TheWWG SujuX) #Rank 1 On Remaja (06-11-21) [Cerita ini merupakan cerita fiktif dari penulis. Latar, budaya, dll tidak...