Gadis berambut sebahu bergelombang itu masih tidur nyenyak sambil memeluk gulingnya. Ali memperhatikannya sambil berkacak pinggang. Semalam, Ali dan Pita berperang argumen karena Ali yang kembali tak terima dengan hukuman yang diberi oleh gadis itu. Menurut Ali, Juliet itu sama seperti hantu lainnya. Meski wajahnya persis seperti dirinya dan Caca yang terlampau mirip sekali layaknya mereka benar-benar manusia, tapi Ali tak sanggup untuk berhadapan dengannya.
Sebelum Pita bangun, Ali sudah harus menjalankan aksinya untuk menarik perhatian Juliet agar mau berteman dengan gadis itu. Itu perintah dari Pita semalam setelah resmi ketuk jidat. Lagipun, yang untung gadis itu mengapa harus Ali yang dibuntungkan?
Sejak pertama kali bertemu Pita, Ali menganggap bahwa dia adalah gadis yang aneh dan kejam. Semasa hidupnya dulu, Ali tak pernah merasa dicampakkan bahkan dicerca oleh perempuan sedikitpun. Tunggu! Apa Ali mulai mengingat sesuatu?
Suara benda terjatuh berhasil membuyarkan lamunan Ali. Ali melirik Pita yang mulai menggeliat dan beringsut duduk dengan mata masih terpejam. Detik selanjutnya Ali sudah melesat secepat kilat untuk menjalankan tugas sebelum tertangkap basah oleh gadis itu.
Sepuluh menit pun akhirnya berlalu, Ali masih belum menemukan batang hidung Juliet di mana-mana meski kakinya sudah menepuh jarak berkilo-kilo meter jauhnya. Ia pun merasa lelah karena terus berjalan tanpa henti.
Suara deru motor terdengar. Ali menoleh dan mendengus saat itu juga begitu melihat si pengendara memakai kain putih di sekujur tubuhnya. Bahkan tak menyisahkan tangan maupun kakinya untuk terlihat.
"Woy, setan otong!"
Bukan otong! Tapi pocong. Ya, si pengendara motor itu adalah pocong. Dia tak mampu membebaskan tangannya dari kain kafan tetapi masih bisa mengendarai motor. Kalian bingung, apalagi yang nulisnya. Tetapi dari rumor yang beredar di negara perhantuan, selama ini para pocong selalu memakai jurus kameha-meha dan ronaldo wati sehingga bisa melakukan apa pun meski tanpa tangan dan kaki.
Si pocong yang dipanggil mendadak oleh Ali pun lantas mengerem secara spontan hingga terdengar bunyi decitan. Ali berlari menghampiri. Berniat menepis rasa muaknya karena terus menerus melihat mereka.
"What you ngomong?" tanya pocong itu.
"Lo lihat Juliet nggak?" tanya Ali.
"Juliet already isdet with Romeo. You tahu tidak??"
"Lo pocong blaster alien, ya?" cerca Ali. Pocong itu justru terbahak. Bukan tentang mengapa. Tetapi ia hanya merasa geli karena tidak memahami bahasa Ali.
"Yes. I just muter-muter not clear," jawabnya asal.
Ali tersenyum murka pada pocong itu. Sementara seseorang yang menjadi alasan Ali bersikap sedemikian justru terbahak lagi dengan watados alias wajah tanpa dosanya! Pocong itu kemudian menyalakan motornya dan berlalu pergi meninggalkan Ali tanpa berkata apa pun.
Baiklah. Di saat-saat seperti ini memang sulit untuk mencari hantu yang bisa diajak kompromi oleh Ali. Semuanya selalu serempak bersikap gaje apabila akan dimintai bantuan.
Mata Ali jatuh menangkap pemandangan sosok Juliet saat sampai di depan Hantu Mall Story. Juliet terkesiap begitu suara tak asing itu terdengar di telinganya. Juliet pura-pura tuli. Juliet berniat kabur dengan langkah pendeknya. Namun, gerak-geriknya sudah terbaca oleh Ali dan ia hanya bisa mematung di kala suara itu kembali menginterupsi untuk berhenti.
"Astaga ... kenapa lo lagi lo lagi, sih?! Untung lo itu ganteng!" cerca Juliet sambil meronta begitu kedua tangannya ditahan oleh Ali.
Ali tak mengindahkan. Matanya cukup terfokus pada gelang emas yang tersemat di pergelangan tangan kanan hantu itu. Tanpa harus bertanya dua kalipun mereka tahu bahwa hantu ini baru saja membelinya.
"Buset. Bening amat gelang lo. Gue tebak baru beli, nih, pasti. Harganya mahal, kan?" tanya Ali.
"Oh ya, jelas dong!" balas Juliet spontan, meski awalnya sempat ternganga bingung hanya untuk meresapi pujian dari Ali.
"Keren anying! Harganya berapa kira-kira?"
"Sepuluh ribu."
Ali mengusap dadanya yang berdenyut. Urat-urat malu tampak bermunculan kalau iya dirinya masih menjadi manusia. Menyesal sudah Ali telah memuji hantu satu ini.
"Oke nggak papa. Cewek emang selalu benar," kata Ali—memberi semangat pada dirinya sendiri.
"Gue boleh minta satu permintaan?" tanya Ali.
"Monmaap. Gue Juliet bukan jin!" sungut Juliet sambil mengibaskan rambut keritingnya yang panjang.
Ali tiba-tiba merogoh saku celananya dan mengeluarkan uang dua ribu dari sana. Ali memandang Juliet.
"Yakin, nih, nggak mau? Mayan, lho, dua ribu. Siapa tahu lo mau beli jarum pentol," kata Ali masih terus berusaha membujuknya.
"Jarum pentol buat apaan emangnya?!"
"Buat mementol-mentolkan hatiku."
Juliet sudah tak tahan untuk tidak melemparkan Ali dengan sendal bolong miliknya. Ali lagi-lagi dianggap salah. Oh, ayolah! Ali ingin hukumannya cepat berakhir saat ini juga. Agar dirinya bisa makan dengan tenang dan menonton kartun upin-ipin tanpa gangguan. Ali suka sekali menontonnya. Apalagi yang bagian misteri hantu durian. Ia akan senantiasa tertawa begitu melihat monyet yang muncul di layar.
"Enggak, ya! Mendingan lo pulang aja sana! Gue lagi sibuk, nih!" omel Juliet sambil memasang kembali sendal yang semula dilemparnya.
"Lo mau temenan sama Pita, yaaa?" mohon Ali.
"Oh ... jadi ini karena Pita?"
"Ya-ya-yaaa?" Ali mengerjapkan matanya berlagak imut.
Juliet menghela napas. Ia melirik kanan kiri guna mencari hantu pria yang barangkali ingin mengajaknya pergi berkencan sehingga dirinya pun bisa melarikan diri dari Ali.
"Hari ini pergi ke mall—"
"Cakep!" potong Ali.
"Gue nggak lagi pantun goblok!"
Komplotan hantu yang tak sengaja mendengar dan melintasi mereka berdua pun tiba-tiba tertawa histeris. Juliet memejamkan matanya menahan gejolak amarah. Bersama Ali terlalu lama akan membuat repotasinya hancur.
"Pergi sekarang juga ... atau gue bakal telanjangin lo di sini."
𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢
Pita bersedekap memandang Ali yang kini balik menatapnya dengan wajah cemberut. Bagaimana tidak, setelah ditolak oleh Juliet, Ali langsung dihunjam berbagai tawa dari komplotan hantu kurang ajar.
Jika bukan Pita, pasti saja Juliet. Ali heran dengan dirinya sendiri. Mengapa lelaki tampan selalu ditolak? Mungkin hanya ada satu jawaban yang tersemat. Yaitu; kurang otak.
"Udah gue duga sebelumnya. Lo emang payah! Ngambil hati Juliet aja nggak bisa," cibir Pita setelah Aki menjelaskan semuanya.
"Juliet, kan, emang nggak punya hati," balas Ali tak mau kalah.
"Terserah, lah!"
"Hukuman gue ... udah beres, kan?" Ali bertatap cukup lama dengan Pita. Sepertinya gadis itu tengah berpikir.
"Oke, udah!" Ali merekah mendengar jawaban tersebut.
"Berarti gue udah boleh makan plus nonton tipi, kan?"
Belum sempat Pita menjawab, Ali sudah mengacir lebih dulu sambil berjingkrak senang.
"Apakah yang sedang kalian bicarakan?"
Ali dan Pita kompak terlonjak mendengar suara yang tiba-tiba bertanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗻𝗱𝗶𝗴𝗼 𝗞𝗲𝗿𝗲𝗻 : 𝗜 ✔
Humor𝐒𝐞𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐝𝐢𝐩𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭, 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. #ODOCTheWWG #SujuX (Juara #2 ODOC TheWWG SujuX) #Rank 1 On Remaja (06-11-21) [Cerita ini merupakan cerita fiktif dari penulis. Latar, budaya, dll tidak...