27 : Penenang

4.2K 1.1K 141
                                    

"Nggak mau bilang makasih karena udah gue tolongin?" tanya Ali, menyindir Pita yang sejak tadi diam saja.

"Makasih," kata Pita seperti tak terniat.

"Sama-sama." Meski begitu Ali tetap saja menerima ucapannya.

"Lo kenapa berantakan?" tanya Pita setelag melihat penampilan Ali.

"Kan gempa."

"Gempa palamu!"

Ali mengerucutkan bibirnya saat Pita bersiap mencakarnya. Namun gadis itu segera mengurungkan niatnya sehingga tangannya hanya mengepal gemas.

"Pit?"

Pita mengangkat sebelah alisnya ketika raut Ali berubah sendu seperti menyimpan sesuatu.

"Kenapa lo? Jelek tahu!" cerca Pita lalu mendorong wajah hantu itu dengan telapak tangannya.

"Lo masih inget pesen gue, kan?" tanya Ali. Mendapati kernyitan dari Pita, lantas ia kembali melanjutkan, "jangan terlalu mentingin dunia hantu sampe lo lupa sama dunia lo sendiri!

Pita ternganga mengerti. "Iya gue inget. Lagi berusaha beradaptasi," jawab Pita tanpa tenaga, antara ada dan tiada saat mengatakannya.

"Pit?"

"Apa, sih?!"

"Hantu yang lo bilang noob ini sayang sama lo."

Pita terhenyak. Mulutnya yang setengah terbuka itu bergerak gagu seakan ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Lo—"

"Gue Ali Refaldi ngaku cinta dan nggak mau kehilangan lo," Ali menarik napas dalam-dalam, "Pitaloka Oncella."

𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢

"Assalamualaikum."

Pita langsung gelagapan saat mendengar Serua dari luar kamarnya. Tentu saja Pita hafal betul suara itu. Suara serak-serak cempreng. Siapa lagi jika bukan Juliet. Eh, tapi? Tumben apa hantu itu mengucapkan salam?

"Atok... oh, Atok.... Atok!!"

Sebuah sapu seketika langsung melayang ke arah Juliet.

"Ngapain lo? Tumbenan?" tanya Pita langsung.

"Kebiasaan deh, lo! Kalau gue ke sini, selalu... aja lo bilang 'tumbenan-tumbenan'," balas Juliet kesal.

"Ya emang tumbenan! Lo ngucap salam gitu biasanya enggak," kata Pita kemudian ia langsung tercekat karena lupa menjawab salam, "Waalaikumsalam. Sori lupa jawab," lanjutnya yang membuat Juliet ingin menghantam gadis itu ke dinding.

"Oke, sehubung gue udah ada di sini, jadi gue mau langsung to the point aja. Males menye-menye soalnya." Juliet kemudian mengeluarkan sebuah buntelan dari balik punggungnya.

"Taraaaaa!" Juliet membuka buntelan tersebut sehingga tampaklah sebuah potongan nasi kuning berukuran kecil.

"Ini dia ... tumpeng hasil syukurannya si tuyul," kata Juliet yang terlihat begitu semangat empat lima, "beberapa jam yang lalu dia habis rayain ulang tahun ke-12."

"Kalah lagi gue sama setan," gumam Pita.

Seumur-umur, Pita sama sekali belum pernah merayakan ulang tahunnya. Selain karena hilang minat, Pita pun sadar bahwa sejak dulu dirinya tidak memiliki teman. Jadi dirayakan pun siapa yang akan datang? Pikirnya selalu.

"Lo tahu nggak kenapa rambut gue keriting?"

"Karena lo nggak pernah bonding?" jawab Pita asal.

"Betul! Tapi bukan itu penyebabnya, dodol!"

"Lah, terus? Gue harus nebak sampe ketemu jawabannya gitu?"

Juliet menggeleng. Lalu hening cukup lama di antara mereka. Pita sendiri tidak mengerti dengan sikap Juliet hari ini.

"Waktu kecil gue mati kesetrum listrik," celetuk Juliet, memberitahu pada Pita soal penyebab rambutnya bisa keriting.

"Astaga nggak estetik banget lo matinya!"

"Kalau sebelum mati bisa pesen tempat dulu juga pastinya gue bakal milih mati di pelukan Lee Minho."

"Lo kalau ngimpi nggak usah ketinggian! Nanti punggung lo encok yang ada suruh diamputasi."

"PUNGGUNG MANA BISA DIAMPUTASI?!"

"Bisa ... kalau lo siap dimutulasi."

"Anjir, lah! Jauh-jauh lo dari gue!" Juliet mendorong Pita menjauh. Membuat Pita tertawa tanpa dosa karena berhasil menjahili hantu biadab satu ini.

Setelah lama terjadi adegan kejar-kejaran karena Juliet yang terus berlari dari Pita sementara dia yang menjadi alasan itu malah tak henti-hentinya mengejar. Akhirnya Pita mendudukkan diri, merasa lelah. Berbeda dengan Juliet yang tampak ngos-ngosan tetapi aslinya jreng alias tidak merasa lelah sedikit pun.

"Pit? Ausss. Ada deterjen?" Juliet mengusap kerongkongannya.

Pita membelalak. "Lo mau minum deterjen? Yang bener aja!"

"Heh, bukan buat minum! Itu buat nyuci."

"Syukur kalau lo tahu. Buat nyuci apa emang?"

"Nyuci muka."

"Punya tampang haram beginilah jadinya."

"Udahlah bacot! Muka, muka gue. Sirik aja lo!" cerocos Juliet kesal. "Oh, ya, Pit. Gue mau terima tawaran lo waktu itu."

Pita menguap dan menatap Juliet datar. "Maaf, anda siapa?" Dan langsung diberi toyoran oleh Juliet.

"Gue mau jadi temen lo," kata Juliet.

Diam sejenak, Pita lantas tertawa mengejek menanggapi perkataan Juliet. Semula hantu itu bersikap jual mahal padanya dan sekarang malah bersikap layaknya mengambil keputusan sendiri.

"Ah masaaa?" Pita bertanya diselingi nada, "tapi maaf. Tawaran gue udah lewat masa tenggang dan masuk ke masa kadaluarsa."

Juliet mengangkat sapu, bersiap melemparkannya ke arah Pita tapi tak jadi.

"Untung, yaaaaa! Untung aka lo temen gue!" Juliet berkacak pinggang, "asal lo tahu, Pita! Lo, dan gue ... kita adalah bespren dari kecil!"

"Oke, gue percaya."

"Dengan mudahnya?!"

"Iya. Asal gue dapet gip uwey."

Haduh pusing pala Juliet pala Juliet oh oh oh...

Sudah Juliet duga sejak awal bahwa Pita tidak akan mungkin percaya dengan mudahnya pada apa yang dikatakan olehnya. Tetapi ini bukanlah candaan. Sungguh, Juliet adalah teman Pita sejak kecil. Lebih tepatnya ... Juliet adalah hantu yang pertama kali dilihat Pita saat umurnya delapan tahun.

Hantu Juliet kecil dan Pita kecil.

Juliet sadar bahwa dulu dia adalah penyebabnya Pita jadi penyendiri. Namun, sekarang dia hadir menjadi hantu yang berbeda dan jauh lebih dewasa. Setidaknya itu cukup untuk membuktikan pada manusia, bahwa hantu pun masih bisa berkembang biak.

Terutama Juliet ingin sekali menebus kesalahannya pada Pita. Tetapi saat awal dipertemukan lagi, Juliet justru berinisiatif untuk jual mahal pada gadis itu. Baginya terasa seru jika bersenang-senang lebih dulu.

"Lupain aja masalah gue. Yang terpenting, lo harus tahu sama apa yang terjadi sama Ali." Perkataan Juliet sukses mengundang rasa penasaran bagi Pita. Jantung Pita berdebar merasa cemas.

"Ali kenapa?!" tanya Pita terburu-buru. Matanya menyorot penuh ancaman.

Juliet tersenyum kaku. "Ali ... Ali di rumah sakit, Pita."

"Di mana?!"

"Rumah sakit."

"Di mana?!"

"Rumah Sakit Sejahtera!"

𝗜𝗻𝗱𝗶𝗴𝗼 𝗞𝗲𝗿𝗲𝗻 : 𝗜 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang