26 : Hantu Itu Lagi

4.2K 1.1K 43
                                    

Adakah yang selalu menunggu cerita ini update?

Double update nanti besok ya. Staytune❤

.....

Untuk menuntaskan rasa penasarannya, Ali kembali mengunjungi rumah Nerlana. Berharap ia bisa bertemu lagi dengan hantu perempuan yang terakhir kali ia temukan.

Ali mulai memasuki rumah tersebut. Berjalan menyusuri ruang tengah yang begitu luas. Saat akan menaiki tangga, matanya menangkap sosok Nerlana yang sedang mengemasi barang-barang ke dalam kardus. Dan gang membuat Ali merasa tak tega adalah ketika wanita itu menangis tiba-tiba saat tangannya menggenggam sebuah bingkai foto.

Ali mendekat, tangannya berniat menyentuh bahu Nerlana namun tertembus. Ali tersenyum getir, sebelum netranya berpijak pada foto yang digenggam wanita itu. Ali terhenyak.

"ALIIII!"

"Lo kalau mau keluar malem-malem jangan lupa pipis dulu, lah! Biar kalau merinding nggak usah kencing di celana. Bau pesing, bego!" kata gadis itu lalu bergidik melihat celana Ali yang basah di area kejantanannya.
.

"Minggir woy, minggir! Orang cakep mau lewat!!" teriak Ali ketika motor vespanya mulai ngebut.

"Otw gulung jalan," celetuk gadis itu lalu berkacak pinggang.
.

"Mama?! Ali dikejer tetangga karena nyuri mangga!" lapor gadis itu ketika ia memasuki rumah.

"HOAX LO!" sahut Ali sambil menyembulkan kepalanya dari bawah meja.

"Reta ... nggak boleh gitu sama Ali!"peringat Nerlana.

"Tahu, nih, Tan. Hapus aja dia dari Kartu Keluarga! Pecat jadi anak! Usir dari rumah—"

"Mati aja lo monyet!"

Ingatan Ali terhenti. Kini ia mulai mengingat siapa hantu perempuan yang pernah ia lihat di rumah ini. Nerlana adalah keluarga satu-satunya yang ia punya. Tante, sekaligus ibu baginya. Sedangkan Reta adalah sepupu perempuannya yang hanya selisih setahun lebih tua dari Ali, sekaligus hantu perempuan yang ia temui.

"Mama rindu sama kamu, Nak...," lirih Nerlana. Wanita itu semakin terisak dan memeluk foto Reta yang tersenyum manis. "Kalau kamu udah tenang di sana ... tolong sampaikan ke Tuhan untuk jangan ngambil Ali. Karena dia satu-satunya yang Mama punya sekarang."

Seperti rasanya ditusuk ribuan belati di dasar hati, Ali terdorong untuk menangis tanpa bisa ditahan lagi. Segala ingatan ambigu yang pernah singgah di kepala tentang pelaku tabrak lari dirinya saat tengah memangku Reta yang saat itu berlumuran darah. Sayangnya ... Ali belum menemukan jawaban atas kematian Reta.

Ali berlari memasuki kamar yang terletak di samping kamarnya. Seperti dugaan, hantu perempuan itu selalu berdiam di sini. Kini Ali melihatnya sedang duduk di tepi ranjang dan menunduk sedih.

"Reta?" panggil Ali.

Hantu perempuan yang bernama Reta itu mengangkat wajahnya dan menatap Ali.

"Udah mati lo?" Kalimat pertama yang keluar dari mulutnya.

"Durhaka lo, ya! Ini momen lagi sedih tapi lo nyambut kek nggak punya dosa gitu," sungut Ali yang kemudian memberi jitakkan keras di kepala Reta.

"Lo najis dari hadas dan kotoran mending diem, deh!"

"Nangis gue."

"Ya siapa suruh mengeluarkan air mata?!"

"Ya terus nangis bagi lo keluarnya bom peledak, gitu?!"

Reta menunduk dalam dan mengusap air mata yang menyangkut di sela-sela matanya.

"Tapi iya, sih, gue juga nangis," kata Reta. Ali langsung menoyor kepalanya.

Isakkan halus kemudian terdengar dari Reta. Hantu perempuan itu menangis tersedu-sedu sambil sesekali mendenguskan hidung akibat tersumbat oleh ingusnya sendiri.

"Ih-ih-ih." Ali bergidik ketika dengusan Reta semakin kencang. Reta tak peduli, ia tetap mendenguskan hidung agar ingusnya berkurang. "YA ALLAH ANAK KONDA KOK KELUARNYA KAYAK GITU, DIH." Ali reflek memekik saat ujung bajunya ditarik oleh Reta dan dijadikan lap untuk bekas ingusnya yang tersisa.

"Alay lo kayak jablay!" cerca Reta, mendorong perut Ali dengan kesal lantaran tak terima karena diejek.

Begitulah dia. Senangnya mengejek, tapi giliran diejek balik langsung kibarkan bendera perang.

"Et-et-et-ett! Nggak usah KDRT lo! Setan-setan gini gue juga punya presiden," seru Ali ketika Reta akan maju untuk menyerangnya. "Lo punya kartu BPJS di negara setan?"

"Punya."

"Gue suruh cabut bantuan buat lo sekarang juga."

𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢

"Halo, Mileaa?"

"Gue Pita! Bukan Milea!"

"Akhirnya gue ketemu juga sama lo."

"Gue, mah, nggak pernah ngilang kali!"

Pita menatap risih pada hantu preman yang tertawa tidak jelas saat ini. Sekali lihat, Pita tahu jika hantu itu sedang dalam keadaan mabuk.

"Sendirian, Neng?" tanyanya pada Pita.

"Ngomong sama gue lo?" Pita menunjuk dirinya sendiri.

"Yaiya! Elu, kan, sendiri."

"Ya terus kenapa tanya, goblok!"

Pita tak kuasa untuk tidak melempar sendal swallow-nya ke wajah hantu preman itu.

Beberapa menit yang lalu Pita memang berinisiatif untuk berkeliling komplek mencari udara segar di malam hari. Tetapi ketika sampai di jalan sepi, hantu tersebut malah membuatnya jengkel pakai acara-acara merayu segala.

"Daripada sendirian, mending Abang naikkin." Hantu preman itu tertawa.

"Naikkin ke mana?" tanya Pita.

"Ke udara!" sungutnya, "ya ke ranjang, lah! Atas bawah. Gue di atas, lo di bawah."

"Sori! Sayangnya gue nggak mau jadi ibu tuyul."

"Itu mah masalah kecil iwil-iwil! Kita tinggal mesen anak drakula sebelum bikin."

"Buset... itu anak apa shopee?"

"INI KENAPA JADI NGOBROL?!" Hantu preman itu terpekik begitu menyadarinya.

Pita memutar bola mata saat tangannya diraih dan langsung diborgol oleh hantu itu. Preman rasa polisi ternyata.

"Mau bawa gue ke mana lo, hah?!" Pita sewot saat dirinya diseret paksa oleh hantu itu.

"Ke Rahmatullah!" jawabnya lalu kembali menyeret Pita.

"WAHAI SILUMAN JAMET! BERHENTI ATAU GUE SERUDUK?"

Pita melihat ke belakang, di mana ada Ali yang berdiri di sana dengan senyum smirk-nya. Ali melangkah mendekati hantu preman itu dan mendorong dahinya dengan telunjuk.

"Ampun, Bang! Ampun...." Hantu itu mulai ketakutan. Padahal Ali baru noyor jidatnya doang.

"Lo harusnya tobat woy! Tobat! Kalau gabut tinggal keliling dunia lewat monopoli, kan, bisa," ceramah Ali.

"Sekarang lo boleh pergi! Nggak usah banyak bacot," usir Ali sembari mengibaskan tangan. Hantu itu langsung berlari ketakutan. Sayangnya ... Ali justru teringat sesuatu sehingga ia mengeprok tangannya, mengode hantu itu.

Hantu itu berlari menghampiri.

"Ada apa, Bang?" tanyanya.

"Bukain borgolnya! Gue nggak ngerti, anjim."

𝗜𝗻𝗱𝗶𝗴𝗼 𝗞𝗲𝗿𝗲𝗻 : 𝗜 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang