Sudah dua hari ini Pita tidak menemukan Ali di mana pun. Bahkan hantu lain saja seakan ikut bersembunyi dari Pita sehingga ia kesulitan untuk sekadar menanyakan keberadaan Ali. Ia merasa bersalah karena sempat mengabaikan hantu noob itu. Tetapi ... Ia juga merutuki kemunculan Ali di waktu yang tidak tepat saat memergokinya jalan bersama Evan. Di mana Pita mendadak jadi penurut dan tidak memutuskan untuk kabur dari lelaki itu sebelumnya.
Namun, mengapa Pita harus peduli? Mengapa ia seolah takut Ali marah padanya? Sungguh, ini memusingkan kepala Pita lebih dari pusingnya menghadapi tugas yang menumpuk.
Pita menoleh pada jendela kamarnya. Detik itu juga sebuah koran menimpuk tepat mengenai wajahnya yang kecut bagaikan asem. Semar mesem... semar mesem....
Belum sempat Pita mengeluarkan umpatan indahnya, kepala Juliet menyembul dari bawah jendela. Hantu itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar lalu menyengir ketika tatapannya langsung bertemu dengan Pita. Juliet tampak kelimpungan awalnya. Tapi selanjutnya ia berdeham cukup keras. Malahan sekarang ini sedang bersusah payah melejitkan gaun dan menaikkan kaki kirinya lebih dulu untuk bisa memanjat jendela ini.
Juliet mengembuskan napas panjangnya begitu berhasil duduk di ambang jendela.
"Kebetulan lo di sini." Pita menghampiri Juliet yang sedang kelelahan.
"Haus, woy! Kasih gue minum dulu, kek," ujar Juliet dengan nada ketus. Bagaimanapun juga Juliet tamu dan harus semestinya disambut dengan baik.
Pita beranjak sejenak untuk mengambil minum dan kembali lagi lalu menyerahkannya pada Juliet. Juliet terlihat sangat kehausan dari caranya menegak minum tersebut.
"Berubah pikiran?" tanya Pita setelah menaruh gelasnya ke atas nakas.
"Ahahaha, no way! Mustahil gue ini bisa berubah pikiran," Juliet ngakak terpingkal-pingkal, "emang berubah pikiran tentang apa?" lanjutnya dengan wajah yang berubah datar.
"Papi rucika emang!" cerca Pita dan hampir saja tangannya dibiarkan menoyor kepala hantu itu.
"Pipa, ogeb!" ralat Juliet dan malah dia yang menoyor kepala Pita hingga membuatnya mendelik.
Pita tersenyum miring dan bersedekap memandang Juliet yang mengangkat satu alis.
"Lo ke sini mau bilang kalau lo terima gue sebagai teman?"
Juliet mengibaskan rambut panjangnya yang tak terurus. "Emang, ya. Setan cantik kayak gue selalu diarep-arepin." Juliet berjalan mengintari tubuh Pita dan menyembulkan kepalanya dari belakang menuju depan wajah gadis itu.
"Tapi pede lo udah nggak bisa ditolong! Karena sampe rambut gue lurus juga gue nggak bakal mau temenan sama lo," lanjut Juliet.
"Lagian kenapa nggak bonding aja, sih?!"
Juliet memicingkan matanya. "Mahal." Hahahaha.
Pita memutar bola matanya. Kepalanya pusinnya mulai kumat dan kini lebih terasa cenat-nenut nya.
"Jadi ngapain lo ke sini?" Pantaskah Pita bertanya? Oh, tentu! Karena makhluk satu ini tak pernah setumben ini sebelumnya.
Juliet menggerakkan bola matanya ke atas seolah berpikir. Kemudian ia maju dan membisikkan sesuatu, "Ali kenapa?" tanyanya.
Perasaan yang tak seharusnya muncul malah nyelonong begitu saja. Khawatir bukan main setelah Ali menghilang ditambah Juliet yang jarang-jarang nongki di rumahnya memilih mampir hanya untuk bertanya akan hal itu.
Pita mencondongkan diri. Juliet pikir Pita akan memberitahukan jawabannya. Tetapi yang keluar dari mulut gadis itu malah, "Ali kenapa?"
Sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗻𝗱𝗶𝗴𝗼 𝗞𝗲𝗿𝗲𝗻 : 𝗜 ✔
Humor𝐒𝐞𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐝𝐢𝐩𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭, 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. #ODOCTheWWG #SujuX (Juara #2 ODOC TheWWG SujuX) #Rank 1 On Remaja (06-11-21) [Cerita ini merupakan cerita fiktif dari penulis. Latar, budaya, dll tidak...