Happy reading
.
.
.
"Bulannnn!!!"
Teriakan itu menggema di koridor kelas yang ramai, hingga tatapan orang-orang yang ada di sana mengarah pada seorang gadis berambut lurus sebahu itu. Sedangkan orang yang dipanggil hanya mampu menghela nafas berat, sambil menutup kedua matanya. Dia malu!
"Bulan, lo kenapa ninggalin gue, sih? Tega banget lo ninggalin gue di kelas." Gadis itu berjalan ke arah Bulan dengan menghentakkan kakinya, tanpa peduli tatapan semua orang yang masih memperhatikan tingkah gadis yang terkenal 'bar-bar' itu.
"Lo bisa enggak, sih? Enggak usah teriak-teriak seperti tarzan gitu? Malu tahu!" ucap Bulan sambil menatap jengah gadis di depannya yang bernama Agnes, Agnes Fellarian. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya Bulan. Sebenarnya ada satu lagi sahabatnya Bulan, namanya Gina Allisya, namun gadis itu hari ini sedang izin karena ada acara keluarga.
"Ya, maaf. Habisnya lo ninggalin gue tadi. Kan gue ngejar lo. Mana jalan lo cepet banget. Pegel kaki adek, Kak," jawab Agnes sambil mengerucutkan bibirnya.
"Alay!"
Setelah mengatakan itu, Bulan meninggalkan Agnes yang masih menggerutu karena dibilang 'alay'. Enak saja dia dibilang alay. Padahal kan dia hanya berperilaku sesuai dengan apa yang membuatnya nyaman. Apa itu salah?
"Dasar Bulan! Kalau bukan sahabat udah gue gantung itu orang di pohon timun! Eh ... enggak, deh! Mana bisa gantung di pohon timun. Yang ada timunnya yang roboh bukan si Bulan yang mati."
Dengan perasaan yang masih jengkel, Agnes mengejar bulan yang sudah berjalan ke arah parkiran. Rencananya mereka akan pergi ke sebuah kafe untuk mengerjakan tugas bersama-sama.
Ya, mereka berdua saat ini sudah menjadi mahasiswi semester 6 jurusan psikologi di salah satu universitas yang cukup terkenal di kota mereka. Bulan dan Agnes sudah bersahabat sejak SMA. Mereka dulu ada di kelas yang sama dari kelas sepuluh, dan sampai kelas dua belas pun mereka masih satu kelas, bahkan mereka tetap menjadi teman sebangku selama tiga tahun itu. Jadi, tidak heran kalau Bulan sudah terbiasa dengan sikap Agnes yang bar-bar. Begitu pula dengan Agnes yang sudah biasa dengan Bulan yang sedikit pendiam. Dan sekalinya bicara, Bulan sering mengeluarkan kata-kata pedasnya. Seperti tadi contohnya. Jika, mereka berdua sudah bersahabat sejak SMA, berbeda dengan Gina. Mereka ––Bulan dan Agnes–– bersahabat dengan Gina sejak masa ospek. Kebetulan mereka satu kelompok saat itu, dan menjadi sekelas, maka mereka bersahabat hingga sekarang.
Bulan Aurora Wijaya, atau yang sering disapa Bulan. Putri bungsu dari keluarga Wijaya. Dia bukan introver, tetapi ia hanya sedikit pendiam bila dalam situasi tertentu. Misalnya, ketika ia sedang dalam mood yang tidak baik atau dalam fase PMS. Tapi, bagi sebagian orang yang tidak terlalu mengenalnya, Bulan dianggap sebagai gadis yang dingin. Mungkin itu karena tatapan Bulan yang tajam dan mengintimidasi bila bertatapan terlalu serius. Namun, percayalah! Bulan sebenarnya adalah sosok yang hangat dan baik. Kecuali kalau ada yang mengganggu privasinya, itu bisa lain ceritanya.
***
"Lan, lo tahu enggak?" Agnes bertanya saat mereka tengah mengerjakan tugas mereka. Gadis itu menatap Bulan yang tengah serius mengetik di laptopnya.
"Enggak," jawab Bulan cepat, tanpa menoleh ke arah Agnes sedikitpun.
"Ih, lo mah! Gue kan belum selesai ngomong!" Agnes mencebikkan bibirnya kesal.
"Ya udah, lanjut!"
"Gue tadi liat Fajar lagi makan berdua sama kak Hanna di kantin atas. Kayaknya emang bener, deh, kalau mereka berdua itu pacaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Bye Backstreet [COMPLETED]
Teen FictionBulan dan Fajar merahasiakan hubungan mereka dari khalayak ramai. Hanya keluarga keduanya, dan sahabatnya Fajar saja yang mengetahui, sedangkan sahabat Bulan tidak. Bukan tanpa alasan mereka melakukan hal itu. Hanya saja, mereka takut kejadian di ma...