Happy reading ....
.
.
Rasa khawatir begitu merasuk dalam diri Bulan. Ia cemas akan keadaan papa Fajar dan juga Fajar. Ia sangat tahu kekasihnya itu. Lelaki yang kesehariannya selalu ceria. Sangat jarang sekali Fajar terlihat bersedih. Terakhir Bulan melihat Fajar bersedih adalah saat mama Fajar harus pergi ke pangkuan Yang Kuasa. Dan mendengar tangis Fajar yang memilukan tadi dari sambungan telepon, membuat Bulan benar-benar dilanda kecemasan. Hatinya gusar saat ini.
Karena terlalu cemas, Bulan sampai tidak sadar kalau ia sudah sampai di rumah sakit. Padahal, jarak rumahnya dengan rumah sakit itu lumayan jauh, dan memerlukan waktu dua puluh menitan untuk sampai di sana.
Bulan memarkirkan mobilnya dengan cepat. Lalu ia keluar dan tidak lupa mengunci mobilnya itu. Langkahnya sangat tergesa kala memasuki pintu rumah sakit. Gadis itu kemudian mengedarkan pandangannya. Ia tidak tahu dimana letak ruang UGD . Bodoh! Kenapa ia tidak bertanya pada perawat di sini saja.
"Sus!" Bulan menghampiri seorang suster yang kebetulan melintas di depannya.
"Iya, Mbak? Ada yang bisa saya bantu?" jawab suster itu ramah.
"Ruang UGD di mana, ya, Sus?" tanya Bulan.
"Dari sini Mbak lurus aja, lalu belok kanan. Nah, ruang UGD ada di sana, Mbak," jelas suster itu.
Bulan tersenyum, "terima kasih, ya, Sus."
"Iya, sama-sama." Suster itu membalas senyuman Bulan sembari menganggukkan kepalanya.
Bulan sedikit berlari menuju arah yang ditunjukkan suster tadi. Sampai di sana, hati Bulan terasa diremas saat melihat kekasihnya yang nampak kacau sambil menumpukan kepalanya di atas genggaman tangannya yang ditumpu pada lutut lelaki itu. Dengan pelan Bulan menghampiri Fajar.
"Jar ...."
Fajar mendongak. Ia melihat di hadapannya kini berdiri gadis yang ia cintai.
"Lan ...."
"Kamu kuat!" Bulan duduk di samping Fajar dan memeluk lelaki itu erat. Fajar membalas pelukan itu tak kalah eratya, ia menenggelamkan kepalanya di bahu Bulan. Air matanya yang tadi sudah kering, kini kembali jatuh.
"Aku enggak kuat, Lan. Aku takut kehilangan papa. Ak-aku enggak punya siapa-siapa lagi selain papa."
"Sssttt! Kamu jangan ngomong gitu! Kamu nggak boleh hilang semangat! Kita berdo'a, ya. Papa pasti baik-baik aja." Bulan berusaha menenangkan Fajar dengan mengelus punggung lelaki itu dengan lembut. Sedangkan Fajar, ia merasa sedikit tenang. Entahlah. Bulan selalu bisa membuatnya tenang. Bahkan dulu Bulan-lah yang selalu ada di sampingnya saat sang mama meninggal. Gadis itu yang membuatnya sadar kalau ia tidak boleh terpuruk dalam kesedihan dan kehilangan. Hingga pada akhirnya, ia bisa kembali seperti dulu lagi sebelum mamanya tiada.
Pintu ruang UGD terbuka, menampilkan seorang dokter laki-laki yang seperti biasa memakai jas dokternya dan membawa stetoskop. Fajar yang melihatnya lalu melepaskan pelukannya dengan Bulan, dan menghampiri dokter itu.
"Dok ... bagaimana keadaan papa saya? Baik-baik aja kan, dok?" tanya Fajar cepat. Bulan ikut berdiri dan menghampiri mereka.
"Bisa kita bicara di ruangan saya?" Dokter itu tidak menjawab pertanyaan Fajar. Dari raut wajahnya yang terlihat sedikit sendu, Fajar yakin ada sesuatu yang terjadi dengan papanya, dan itu artinya papanya tidak baik-baik saja.
"Bisa, dok. Apa saya bisa ajak pacar saya dok?" Fajar menatap dokter itu. Membuat lelaki yang sepertinya seumuran dengan papa Fajar tersenyum dan mengangguk. Beliau tahu kalau lelaki muda di hadapannya ini membutuhkan sandaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Bye Backstreet [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsBulan dan Fajar merahasiakan hubungan mereka dari khalayak ramai. Hanya keluarga keduanya, dan sahabatnya Fajar saja yang mengetahui, sedangkan sahabat Bulan tidak. Bukan tanpa alasan mereka melakukan hal itu. Hanya saja, mereka takut kejadian di ma...