26. Selingkuh

763 22 0
                                    

Happy reading ....

.

.

Bulan bingung, benar-benar bingung. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Kuliahnya sedang cuti, karena ia masih amnesia. Sedangkan orangtuanya, mereka sedang ada pekerjaan di kantor cabang di luar kota. Jadi, ia di rumah hanya dengan pembantunya saja. Mau ngajak Fajar jalan-jalan pun, lelaki itu sedang kuliah, begitupun dengan para sahabat-sahabatnya.

Lalu, Bulan harus apa? Sekarang ia hanya bisa duduk di teras dengan tangan kiri memegang ponsel. Sementara tangan kanannya, masih memakai arm sling atau penyangga lengan, yang biasa digunakan oleh orang yang sedang patah tulang.

"Gue harus ngapain, ya? Mau ngerjain sesuatu juga susah karena tangan gue sakit," monolog Bulan dengan muka bingungnya. "Apa gue jalan-jalan aja kali, ya? Kan dekat sini ada taman. Tapi–masa gue pergi sendiri? Kan nggak enak."

Bulan menaruh ponselnya di lantai, lalu pandangannya mengarah ke depan, menatap dengan kosong. Sepi rasanya ketika ia di rumah sendiri, walaupun masih ada Bi Sari juga, sih, sebenarnya. Tapi, kan, beliau lagi sibuk beberes, mana bisa menemaninya.

Dengan menghela napas kasar, Bulan bangkit dari duduknya dan berjalan menuju gerbang. Ia mau berjalan-jalan sebentar. Sudah lama rasanya ia tidak menikmati udara luar. Rencananya ia akan pergi ke taman komplek di ujung sana.

Komplek rumah Bulan memang cukup asri, karena di sepanjang jalan ada pohon-pohon yang tumbuh. Ya, walaupun tidak besar, sih. Tapi, cukup indah dan asri bila dipandang.

Suasana jalannan tidak terlalu ramai, mungkin karena ini sudah menjelang siang, dan lagipula ini hari kerja. Pasti orang-orang sekarang tengah berkutat dengan pekerjaan mereka. Terlebih, komplek ini dihuni oleh orang-orang yang bekerja kantoran, dan pengusaha. Jadi, sudah wajar bila jam-jam sekarang mereka tidak ada di rumah, atau berjalan-jalan seperti Bulan.

Akhirnya, setelah beberapa menit berjalan, Bulan sampai juga di taman komplek. Sebuah taman yang cukup luas, yang ditumbuhi oleh tanaman hias. Sangat cantik bila dipandang, apalagi bunga-bunga di sini sedang mekar, membuat taman ini semakin cantik. Bulan lalu duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Ia menghirup udara segar dengan mata terpejam. Cukup lama Bulan seperti itu, sebelum ada sebuah suara memaksa matanya untuk terbuka.

"Bulan?" panggil orang itu sedikit ragu.

Bulan mengernyitkan dahinya bingung. Siapa, nih, cowok? batinnya.

"Lo siapa?" tanya Bulan dengan wajah datarnya. Antisipasi bila lelaki itu hanya sok kenal saja.

"Lo nggak ingat gue? Gue Gallen teman lo." Gallen tersenyum manis, dan duduk di samping Bulan, tanpa meminta persetujuan gadis itu.

"Sorry, tapi gue emang nggak kenal lo." Baru saja Bulan mau bangkit dan pergi dari sana, Gallen sudah lebih dulu menarik tangan kirinya, hingga Bulan terduduk kembali.

"Mungkin lo ragu kalau gue teman lo. Tapi serius, gue emang teman lo. Gue tahu lo amnesia, makanya gue mau lo ingat lagi sama gue," jelas Gallen dengan tampang meyakinkan. Entah apa maksud dari yang dilakukan Gallen sekarang. Yang jelas dia punya rencana untuk balas dendam lagi, mengingat rencana sebelumnya sudah gagal.

Dahi Bulan kembali berkerut, otaknya mencoba mengingat siapa lelaki ini. Wajahnya benar-benar asing. Dan hatinya menjadi ragu kalau Gallen memanglah temannya. Kemungkinan besar Gallen hanya pura-pura, dan ada maksud terselubung. Bulan harus hati-hati.

"Maaf, gue harus pergi." Bulan berdiri dan mulai melangkah pergi meninggalkan Gallen, yang merubah tatapannya menjadi tajam.

Belum genap enam langkah dari tempat duduk Gallen, Bulan menghentikan langkahnya karena perkataan Gallen.

Good Bye Backstreet [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang