28. Satu Rumah Sakit

538 20 0
                                    

Happy reading ....

.

.

Delvin menyenderkan punggungnya pada tembok di belakangnya. Kepalanya mendongak dengan mata terpejam. Sekarang ini, lelaki itu tengah berada di depan ruang IGD, sedangkan Bulan di dalam sana tengah diperiksa oleh dokter. Ia tadi sudah mengabari kedua orangtuanya yang tengah berada di luar kota. Dan mereka sekarang tengah dalam perjalanan menuju ke sini.

Rasa cemas masih menguasai diri Delvin. Ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Bulan. Apalagi belum ada seminggu adiknya itu keluar dari rumah sakit, dan sekarang malah kembali ke tempat yang khas dengan bau obat-obatan ini. Ia hanya berharap Bulan baik-baik saja.

Dari ujung lorong sebelah kiri, terlihat Gina dan Agnes berjalan mendekat. Mereka baru saja kembali dari toilet. Dan, ya. Rumah sakit tempat papa Fajar dirawat sekarang, sama dengan rumah sakit tempat Bulan ditangani. Sebuah kebetulan, bukan?

"Nes, itu bukannya bang Delvin, ya?" tanya Gina sembari menunjuk Delvin yang masih setia dengan posisinya.

"Mana?" tanya Agnes ikut menghentikan langkahnya. Gadis itu menajamkan matanya untuk melihat ke arah yang ditunjuk oleh Gina. "Iya, itu bang Delvin. Ngapain dia di sini?"

"Samperin aja, gimana?" ajak Gina. Agnes dengan cepat mengangguk. Ia juga penasaran dengan keberadaan Delvin di sini. Perasaannya juga tiba-tiba tidak enak. Semoga pikiran negatif yang bersarang di otaknya tidak benar adanya.

Kedua gadis yang bersahabat itu kemudian melangkahkan kakinya ke arah Delvin. Lelaki itu belum menyadarinya, bahkan ketika Gina dan Agnes sudah ada di depannya pun ia masih belum sadar.

"Bang Delvin?" panggil Gina.

Merasa namanya dipanggil, Delvin membuka matanya. Dan ia terkejut melihat kedua sahabat adiknya ada di hadapannya. "Loh, kalian? Kalian ngapain di sini?" tanyanya bingung.

"Kita lagi nemenin Fajar, Bang. Papanya kritis. Abang sendiri ngapain di sini?" jawab Gina.

"Om Fathan kritis? Kok bisa?" tanya Delvin kaget. Kenapa tidak ada yang memberi tahunya?

"Iya, Bang. Dan besok rencananya om Fathan bakal dioperasi," jawab Agnes. "Bulan di mana, Bang?" tanya gadis itu lagi, karena jujur ia merasa ada sesuatu terjadi. Dan ini tentang Bulan, sahabatnya.

Delvin menyendu. "Sebenernya gue ke sini karena Bulan jatuh, dan di–"

"HAH?! JATUH?!" pekik Gina dan Agnes bersamaan, yang membuat perkataan Delvin terpotong.

Lelaki yang berstatus sebagai kakak kandung Bulan itu mengusap telinganya yang berdengung karena teriakan dua gadis di depannya. "Dia kesandung, terus kepalanya terbentur meja. Mungkin karena baru selesai operasi, makanya Bulan sampai pingsan."

"Terus sekarang gimana keadaannya, Bang?" tanya Agnes khawatir, begitupun dengan Gina yang sama khawatirnya.

"Masih ditangani dokter di dalam," jawab Delvin.

"Ya, ampun! Semoga Bulan enggak kenapa-kenapa, deh. Semoga Tuhan melindungi dia," ucap Gina cemas.

"Kalian jangan bilang sama Fajar dulu, ya? Gue nggak mau dia nambah khawatir. Apalagi besok om Fathan mau operasi," pinta Delvin pada Gina dan Agnes.

"Pasti, Bang. Kita juga nggak mau lihat Fajar nambah khawatir. Tadi aja dia udah kayak frustasi banget," jawab Agnes yang disetujui oleh Gina.

"Ya, udah. Sekarang kalian balik ke sana aja. Takutnya kalian malah dicariin, dan buat Fajar curiga," suruh Delvin.

"Iya, Bang. Nanti kalau ada apa-apa kabari kita, ya, Bang?" jawab Gina.

"Iya, pasti gue kasih tahu."

Setelahnya, Gina dan Agnes meninggalkan Delvin di sana menuju IGD yang berada di lantai dua. Mereka memang ke toilet yang ada di lantai satu, karena toilet di lantai dua sedang rusak, dan dalam proses perbaikan.

Good Bye Backstreet [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang