-
-"Yoongi?" gumam Hyeji dengan bola mata yang seolah ingin keluar dari cangkangnya.
Sementara pria berkulit pucat itu berjalan dengan angkuhnya melewati Hyeji yang kini tengah terperangah. Duduk berdampingan dengan Tuan Kim, menunggu acara dimulai.
Hyeji semakin mengapit lengan kekar sang kakak sambil menyaksikan acara pertunangan itu berlangsung. Ikut bertepuk tangan seperti tamu yang lain saat Jimin menyematkan cincin berliannya di jari manis milik Hyeri. Para tamu beranjak untuk mengucapkan selamat pada dua insan di depan sana. Tapi tidak dengan wanita bermata bulat yang kini lebih menyibukkan dirinya untuk melamun, sampai-sampai sang kakak menepuk tangan adiknya itu yang melingkar di lengan kirinya agar cepat tersadar dari lamunannya.
"Ayo kita ucapkan selamat pada Hyeri dan Jimin," Seokjin berujar dengan senyum mengembang di wajah tampannya, menandakan jika dirinya ikut berbahagia. Tanpa mendengar rintihan hati yang menangis pilu di sampingnya.
Setelah mereka berdiri di depan Hyeri yang duduk di kursi roda, Seokjin menyalami adik bungsunya itu terlebih dahulu. Mengucapkan selamat, lalu memeluk singkat Hyeri, baru kemudian kepada Jimin sambil membisikkan, "Aku titip Hyeri." Sudah biasa. Pesan seorang kakak pada seorang pria yang dipercayai bisa menjaga adiknya memang seperti itu, bukan?
Kini giliran Hyeji yang akan menyalami keduanya atas ikatan tunangan yang baru saja diresmikan. Ia memeluk Hyeri seraya memejamkan mata begitu dalam, menahan degupan jantung yang berdeyut perih saat merasakan pelukan bahagia dari adiknya saat ini. "Selamat, ya," ucapnya sambil mengusap punggung sang adik.
"Terima kasih, Kakak. Aku berjanji mulai sekarang, aku akan membuat Jimin benar-benar mencintaiku," begitu balasan Hyeri yang membuat kakaknya kini menghela napas dalam.
Untung saja Hyeji pandai dalam bersandiwara, meski belum sempat ia membintangi sebuah drama. Sedikit pun tidak ada bercakan kecemburuan yang menggenang di pelupuk matanya. Serta-merta sempat ia tampilkan senyum walau sangat tipis dan penuh paksaan. Ya, meskipun jauh di lubuk hatinya ia menangis. Menangis atas derita dirinya sendiri.
"Selamat." Kini tangan Hyeji menjulur ke depan, menunggu balasan dari sosok pria yang sekarang berstatus sebagai tunangan adiknya. Sejenak-sejenak, rahang Jimin tampak mengeras. Walau pada akhirnya, Jimin membalas uluran tangan tersebut, setelah sekian lama Hyeji menunggunya. Mata mereka saling menumbuk, gejolak kecewa di bola mata sang pria semakin tergambar jelas. Tangan kekar itu kian mencengkeram tangan mungil wanitanya. Tanpa peduli sebagian pasang mata mulai menyorot pada keduanya, karena sikap mereka-terutama Jimin mendadak terbilang cukup aneh.
Yah, memang seperti itu seorang Park Jimin. Tipe pria yang tidak bisa menahan diri. Sulit baginya untuk mengendalikan diri, memang beda sekali dengan Hyeji yang kini menerbitkan senyum indah yang mengiringi sardiwaranya. Omong-omong, bicara mengenai sandiwara, memang Jimin sangatlah buruk dibanding Hyeji dalam ber-akting. Demi Tuhan, jika bukan karena bayi yang ada di dalam kandungan wanitanya, ia tidak akan pernah mau memainkan drama yang rumit dan penuh kebohongan ini. Dari guratan wajahnya saja, sudah bisa dibaca jika Jimin kini sedang menggerutu dalam diam.
Dan, satu lagi ... tatapan menajam yang ia berikan pada sang belahan jiwa sekaligus penguji kesabarannya saat ini ... entahlah. Sulit ditebak. Hyeji menarik paksa tangannya dari cengkeraman Jimin. Arkian, kembali berdiri di samping Seokjin yang tadi sempat menjadi salah satu orang yang menyorot tajam seketika sifat Jimin berubah aneh.
Seketika Hyeji menundukkan wajah. Begitu merasakan tubuhnya tiba-tiba ringan, serta denyutan perih itu masih tidak menghilang. Sepintas ia melihat mata Jimin yang masih terpaku pada dirinya. Malam ini Hyeji benar-benar merasa menyedihkan atas jalan takdir yang memperimainkan. Dan, entahlah. Mengapa semakin lama denyutan itu kian menjalar pada setiap pembuluh darah. Sakit, sungguh sakit. Seperti ribuan lebah menyengat di sekujur tubuhnya. Yang seperdetik berikutnya Hyeji merasa tubuhnya mati rasa. Entahlah, seberapa sanggup ia masih bisa bertahan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie [On Going/4]
Fanfiction@Ji_Cyna.26820 "Aku yang lebih dulu. Tapi sekarang peranku sebagai pengkhianat!" Kim Hyeji sudah menjalin hubungan empat tahun lamanya dengan Jimin. Namun, entah bagaimana awalnya takdir mempermainkan, yang terpaksa membuat Hyeji menjadi pihak keti...