Part 17

82 18 31
                                    

Di sebuah restoran dengan ruangan VIP yang disewa Min Yoongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah restoran dengan ruangan VIP yang disewa Min Yoongi. Mereka makan malam setelah sejak sore mengelilingi kota Seoul.

Untuk beberapa saat mereka hanya diam saja. Sesekali saling tatap dengan tatapan penuh misteri satu sama lain. Namun akhirnya, setelah menghabiskan beberapa potong kentang goreng, Hyeji menyesap minuman dari gelas tangkai lalu mengelap setiap sudut bibirnya menggunakan tisu.

"Aku tahu seleramu bukanlah diriku, Tuan Muda Min Yoongi." Hyeji melipat tangan di meja, menatap lawan dengan tajam. "Lalu mengapa kau masih ingin mengenalku lebih jauh. Bukannya aku dulu sudah pernah membuatmu malu di depan keluargamu?"

Yoongi justru tergelak, juga mengelap bibir dengan tisu. Lalu balas menatap dengan sorot dingin. Seolah ia telah menemukan topik yang lucu dalam kalimat Hyeji yang kini menyorot sinis.

"Hm, kau benar sekali, Nona. Seleraku jauh dari dirimu. Bahkan dadamu masih kecil, tidak cukup untuk memuaskanku. Sungguh selama ini aku mencari tipe wanita idealku. Tapi ironinya, semua wanita yang kutemui sama saja, cacat, tidak ada yang sempurna. Termasuk dirimu," celanya menggerakkan bahu sepintas, mencibir. Kembali menyantap makanan yang ada.

"Apa yang lebih sempurna bagimu selain harta, Tuan Muda Min." Satu alis Hyeji melapuk tinggi. Menarik sebelah sudut di bibirnya, ia sudah menduga laki-laki di hadapannya ini pasti akan merendahkan dirinya. Namun itu adalah suatu hal yang biasa.

"Aha! Itulah salah satu hal yang kusuka darimu, kau selalu bisa membaca apa yang ada di otakku." Garis tipis memanjang di bibirnya, Yoongi memandang seolah kagum akan kemampuan puan yang mampu menerawang isi kepalanya.

Hyeji berdecih. "Ya. Itu adalah hal yang mudah bagiku. Sekarang jawablah, mengapa kau masih melanjutkan hubungan ini setelah kupermalukan dirimu. Atau jangan-jangan kau sudah tidak punya urat malu?" sindirnya lalu menyesap minumannya lagi. Dan lagi, bukannya terpancing emosi laki-laki justru mengulum tersenyum yang sangat jarang ia tampilkan.

"Inilah hal kedua yang kusuka darimu. Keras kepala dan gaya bicaramu. Luar biasa," komentar Yoongi menggeleng pelan. Kekaguman seolah bertambah lagi di maniknya.

"Terima kasih atas pujianmu. Aku permisi." Hyeji beranjak, kemudian melangkah pergi.

"Tunggu!"

Menoleh, dari ekor matanya ia bisa melihat Yoongi tengah berdiri di seberang meja.

"Katakan pada ayahmu, seharusnya dia belajar kepadamu agar tidak terlalu bodoh dalam menilaiku," imbuhnya lalu tersenyum simpul. Hyeji mendengus, dan segera pergi dari sana.

 Hyeji mendengus, dan segera pergi dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lie [On Going/4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang